Mambangkik Batang Tasawuf
"Arrazy Hasyim," ujar sang guru. "Izin buk, pai suluk," ujar saya sebagai ketua kelas singkat. Jawaban yang selalu saya kemukakan setiap guru mata pelajaran mengambil absen saat kami sama-sama menempuh pendidikan di kelas III.2 MTsN Payakumbuh. Memori 20 tahun yang lalu itu muncul ketika saya dapat bertatap muka kembali dengan Buya Dr. Arrazy Hasyim dalam kajian "Mambangkik Batang Tarandam" di Masjid Darul Falah, Parumpuang, Kabupaten Limapuluh Kota, Senin malam (1/11).
Sejak remaja, buya Arrazy memang sudah ikut tarekat. Dia rela beberapa lama tak masuk sekolah demi pergi bersuluk. Bayangkan, sejak usia muda beliau sudah menjalani perjalanan spiritual yang begitu mendalam hingga menjadi mursyid. Maka tak heran, As-Syadzili dan An-Naqsabandi tersemat di belakang namanya.
"Tema kito malam kini Mambangkik Batang Tarandam. Tapi batang apo nan ka dibangkik? Batang aqidah, fiqih, atau tasawuf?" ujar buya memulai kajiannya. "Tasawuf," jawab jamaah serentak.
Saya perhatikan, sudah menjadi kebiasaan buya Arrazy memulai kajiannya dengan sejarah masa lalu ulama setempat. Beliau menceritakan silsilah ulama tersebut dalam berguru. Menariknya, semua ulama tersebut bertarekat. Buya seakan memberikan pesan bahwa hidayah Islam yang kita nikmati hari ini tentu tak lepas dari jasa para ulama tersebut.
Kemana pun kita pergi ke pelosok Luak Limopuluah, akan ditemukan jejak-jejak dakwah berupa makam dan surau suluk para ulama tasawuf yang sejak dulu senantiasa membimbing umat. Makanya aneh, jika ada generasi Luak Limopuluah hari ini malah menghujat tasawuf, seakan tercerabut dari akar sejarah mereka sendiri.
Usai ceramah di Parumpuang, buya melanjutkan safari dakwahnya ke Surau Suluk Koto Tuo Lubuak Batingkok. Saya sendiri datang terlambat karena usai pengajian di Parumpuang, sepeda motor saya berulah. Terpaksa, mampir dulu ke bengkel.
Sampai di Koto Tuo, saya kaget. Surau begitu sesak sehingga saya hanya kebagian tempat di luar. Sungguh tak menyangka akan seramai ini. Menariknya, sebagian besar yang hadir adalah generasi muda. Mereka begitu meminati kajiannya. Hal ini seakan menandakan kebangkitan dunia tasawuf di Luak Limopuluah.
Bagi saya sendiri, di usia yang sudah lebih 35 tahun ini, kajian tasawuf merupakan sesuatu yang baru. Padahal tasawuf sepertiga bagian dari ajaran Islam setelah aqidah dan syariat. Ketika buya Arrazy pulang akhir Mei lalu, alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti kajian beliau tentang Kitab Martabat 7 di Surau Nur Muthmainnah, Koto Tangah, Koto Nan Ampek. Itulah kajian tasawuf buya yang pertama kali saya ikuti secara offline. Yang datang belum seramai sekarang.
Kajiannya begitu nikmat sekaligus menjawab pertanyaan saya selama ini terkait hakikat hubungan sang Khalik dengan makhluk. Sejak itu, saya seperti kecanduan mendengarkan kajian tasawuf buya Arrazy di Youtube. Jiwa berjingkrak kegirangan menyimak kajian tentang Nur Muhammad, Ahad Ahmad Muhammad, Al-Hikam, dan seterusnya.
Selain membangkitkan dunia tasawuf, saya juga menangkap sinyal keinginan dari buya Arrazy untuk meluruskan potensi praktik tasawuf yang menyimpang. Buya sepertinya begitu geregetan jika ada praktisi tasawuf yang mengatakan bahwa "ada wujud Allah dalam wujudku" sehingga beranggapan tak perlu lagi shalat ataupun menunaikan kewajiban syari'at lainnya. "Untuak apo sumbayang naiak turun lai. Allah alah di dalam."
Dijelaskan buya, dalam belajar hakikat, memang ada ungkapan bahwa tiadalah di tulangku melainkan ada nama Allah, di dagingku ada nama Allah, di darahku ada nama Allah, dan seterusnya, namun kita tidak akan pernah menjadi Allah. Karena kita tak akan pernah wusul dengan dzat-Nya, melainkan hanya pada nama dan sifat-Nya.
Dengan demikian, kepulangan Buya kali ini disamping mambangkik batang tarandam tasawuf tapi juga mengembalikan kebeningan tasawuf yang ditempuh meliputi syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat.
Video 1.
Potongan dari channel Al-Falah Minangkabau. Kajian buya Arrazy di Masjid Darul Falah Parumpuang. Sanangnyo ati, namo wak disabuik buya dalam ceramahnyo.
Video 2.
Sholawat penutup kajian di Surau Suluk Koto Tuo Lubuak Batingkok, Senin malam (1/11)
Sumber FB : Arie Alfikri
3 November 2021 pukumli 114.175c6d ·