JEBAKAN SETAN
Abdul Wahid Al-Faizin
Setan merupakan makhluk yang selalu menyesuaikan diri dalam menggoda manusia. Setan selalu bertransformasi dalam memberikan jebakan menyesuaikan kondisi manusia yang digoda.
Ketika seseorang jauh dari ibadah, maka setan akan selalu menggodanya agar selalu menjauh dari Allah. Namun ketika seseorang berhijrah, maka jebakannya bukanlah dengan menjadikan dia menjauhi shalat atau tempat kajian ilmu agama. Sebaliknya setan akan menjadikan dia merasa bangga dan sombong dengan ibadah dan ilmunya. Dia merasa paling baik dan benar sehingga dengan mudah meremehkan dan menyalahkan orang lain yang berbeda dengannya.
Akibatnya tidak sedikit hal tersebut menimbulkan permusuhan di kalangan para ahli ibadah dan para pencari ilmu lainnnya. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah
إنَّ الشَّيْطانَ قدْ أيِسَ أنْ يَعْبُدَهُ المُصَلُّونَ، ولَكِنْ في التَّحْرِيشِ بيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah orang-orang yang shalat, tapi ia (tidak putus asa) menimbulkan permusuhan dan fitnah di antara mereka.” (HR. Turmudzi)
Hebatnya lagi setan menjadikan perilaku tersebut seakan benar. Bahkan para pelakunya semakin semangat karena merasa itu adalah bagian dari dakwah dan menjauhkan orang dari kesesatan dan kesyirikan. Tidak jarang pula dia semakin berani untuk menyalahkan orang dengan dalih amar makruf dan nahi mungkar yang diwajibkan. Inilah kehebatan jebakan setan sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Hasan Bin Shalih sebagai berikut
الْحَسَن بْن صالح رحمه اللَّه يَقُول إن الشَّيْطَان ليفتح للعبد تسعة وتسعين بابا من الخير يريد به بابا من الشر
[ابن الجوزي، تلبيس إبليس، صفحة ٣٧]
“Sesungguhnya, setan akan membukakan sembilan puluh sembilan pintu kebaikan untuk seorang hamba. Namun, hal ini ditujukan untuk menjerumuskan sang hamba pada satu ke-burukan yang dia persiapkan"
Seharusnya tidak selayaknya kita mempermasalahkan dan menjadikan masalah khilafiyah sebagai bahan permusuhan. Karena persaudaraan sesama muslim itu jauh lebih berharga dibandingkan hanya mempertahankan pendapat yang memang menjadi objek perbedaan.
لَا يُنْكَرُ الْمُخْتَلَفُ فِيْهِ وَإِنَّمَا يُنْكَرُ الْمُجْمَعُ عَلَيْهِ
"Permasalahan yang masih diperdebatkan tidak boleh diingkari, sedangkan permasalahan yang sudah disepakati boleh diingkari"
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahid Alfaizin
4 November 2021·