Penyebab Wahabi Memantik Permusuhan Kepada Muslim Mayoritas
Kenapa perbedaan pendapat dalam masalah khilafiyah ijtihadiyah dan furu’ (cabang) agama seringkali djiadikan alasan untuk memantik permusuhan, atau sebagai parameter untuk membangun wala’ (loyalitas) dan bara’ (kebencian), atau mengeluarkan seorang muslim dari lingkup Ahlus Sunah wal Jama’ah ?
Penyebabnya banyak dan beragam, diantaranya :
1. Mungkin karena gurunya sendiri menutup mata terhadap fakta perbedaan pendapat yang telah ada sejak zaman ulama salaf (Sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) serta zaman-zaman setelahnya. Bahkan khilafiyah, dianggap sebagai sebuah celah atau sekedar alasan untuk mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan dalil.
2. Mungkin saat menyampaikan pendapat yang dianggapnya rajih (kuat), dikesankan sebagai kebenaran mutlak. Rajih sama dengan alhaq. Sehingga pendapat apa saja yang menyelisihi pendapatnya, dianggap sebagai kebatilan dan orangnya sebagai ahli batil.
3. Mungkin terlalu keras dan kaku saat menyampaikan masalah khilafiyah, seolah sedang menyampaikan masalah yang mujma alaihi (disepakati ulama) atau masalah ushul (pokok) agama. Sehingga barang siapa yang menyelisihinya, layak untuk disesatkan dan dikeluarkan dari lingkup ahlu sunah wal jama’ah.
4. Mungkin karena kurangnya edukasi seputar fiqh khilaf (ilmu tentang bagaimana berbeda pendapat) dan adab-adabnya. Terkhusus dalam masalah khilafiyah yang sensitif dan berpotensi besar untuk terjadi gesekan di antara sesama muslim.
5. Mungkin karena sudah ada bibit fanatik buta sejak awal, baik kepada guru, atau komunitas, atau kelompok, atau ormas tertentu. Sehingga senantiasa berusaha untuk menutup diri dari segala informasi yang berasal dari ‘luar’ dengan alasan bahwa semua itu sebagai syubhat (kerancuan).
6. Mungkin karena kurangnya wawasan keilmuan dan minimnya literasi sehingga mudah sekali menvonis pendapat orang lain salah, atau tidak ada dalilnya, atau tidak ada ulama yang menfatwakannya. Dalam suatu peribahasa dinyatakan : “Bahwa seorang itu akan memusuhi sesuatu yang tidak dia ketahui.” Padahal, andai mau belajar lebih banyak, akan sedikit pengingkarannya (menyalahkan orang lain).
7. Mungkin karena sikap inkonsisten (standar ganda) dalam menerapkan kaidah-kaidah agama. Kadang diberlakukan, tapi kadang tidak. Atau pemberlakuannya hanya terbatas untuk orang tertentu, tapi tidak untuk yang lain. Yang kira-kira ‘menguntungkan’ diterapkan, dan yang kira-kira ‘merugikan’ tidak diterapkan.
8. Bisa jadi sudah ada bibit kebencian terhadap personal atau kelompok tertentu sehingga menyebabkan seorang sulit untuk bersikap inshaf (adil). Kata peribahasa : “Mata yang penuh keridhaan itu akan buta terhadap kekurangan, sedangkan mata yang penuh kebencian akan menampakan seluruh keburukan.”
Dan mungkin masih ada sebab-sebab yang lainnya yang belum kami sebutkan. Dari teman-teman ada yang bisa menambahkan ? Silahkan.
(Abdullah Al-Jirani)
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani
21 Oktober 2021 pukul 07.30 ·