Para Penggila Muhammad SAW dan Larangan Menghalangi Pencintanya

Para Penggila Muhammad SAW dan Larangan Menghalangi Pencintanya

Para Penggila Muhammad SAW dan Larangan Menghalangi Pencintanya

Oleh: Fauzan Inzaghi

Di antara aksi Sayidina Abdullah bin Amr bin 'Ash yang paling keren ialah ketika ayahnya berperang bersama Sayidina Ali. Ijtihadnya mengatakan bahwa dia harus bergabung dengan Ali, tapi Ali menegur bukankah Rasulullah SAW pernah berkata padamu secara khusus "taatilah kedua orang tuamu". Akhirnya Abdullah megikuti saran Imam Ali, tapi dia tidak mau angkat senjata, dia ikut pasukan ayahnya di barisan paling belakang hanya untuk mengikuti kata-kata Nabi yang walaupun secara konteks bukan di sini tempatnya, tapi manusia level Abadillah Arbaah dan level Imam Ali tahu arti dari keberkahan kalam nabawiyah. Butuh rasa/dzauq untuk mencapai tahap ini, dan level ini tidak berlaku untuk umum, karena  itu tempatnya bukan fatwa.

Sayidina Ibnu Umar disebut Si gila muhammad, karena mengikuti Nabi Muhammad SAW dalam segalanya, pakaian seperti pakaian Nabi SAW, rumah seperti rumah Nabi SAW. Segala sisi, baik lahir maupun batin, beliau mengikuti Nabi SAW. Bahkan ketika mengendarai kuda, ia berusaha melewati jalan yang dilalui Nabi SAW, di tempat Nabi SAW berhenti beliau berhenti. Tanpa sebab? Iya, tanpa sebab! Alasan beliau hanya karena Nabi SAW pernah berhenti di situ. Pernah suatu kali beliau menunduk tanpa alasan kecuali karena Nabi pernah menunduk disitu, dan panah melewati kepalanya, beliau selamat, ini masalah cinta, gak semua orang bisa masuk ke mazhab ini.

Di zaman ini banyak para penggila Muhammad SAW yang aku jumpai. Habib Umar, disebut oleh syekh Albuthi, adalah orang yang sangat tergila-gila dengan Nabi Muhammad. Kata beliau, Habib Umar kemana-mana bawa tikar bahkan jika tidur di hotel beliau tidur di atas lantai dengan tikar, hanya untuk mengikuti kekasihnya, Rasulullah SAW. Pernah suatu hari Syekh Albuthi melihat Habib Umar menaiki bak mandi karena kerannya melawan arah kiblat dan beliau ingin menghadap kiblat karena perintah Rasulullah SAW. Sebagian orang mungkin mengatakan itukan sunnah, lagian konteks perkataan Nabi bukan seperti itu. Lagi-lagi, aku harus mengatakan "ini soal rasa, bung, masalah cinta, yang belum punya rasa atau berkumpul dengan pencinta akan sulit memahami masalah ini".

Syeikh Syukri Luhafy, seorang Abdal negeri Syam, lebih keren lagi. Pernah ketika hadrah shalawat Syaziliyah, aku melihatnya sedang sakit berat, bahkan setengah sadar, beliau datang dengan selimut ke mesjid karena di situ ada majelis shalawat. Beliau duduk di sudut mesjid sambil menikmati majlis shalawat, terlalu maksa? Ini masalah rasa bung, beberapa orang di dunia ini akan mati bila sedetik tidak melihat Muhammad SAW.

Syeikh Samir Annas, yang kharismatik dan pelit bicara, ada satu cara memancingnya untuk berbicara. Tanyakan saja tentang Muhammad, beliau akan berbicara, dan menjelma orang lain yang sangat ramah. Atau sisi lain beliau akan tampak saat maulid, beliau menari bersama anak kecil dan seperti anak kecil. Itulah ekspresi kegembiraan beliau saat Nabi disebutkan di depan beliau. Ini berbeda saat beliau tasmi' Al-Qur'an, di mana sisi jalal beliau lebih tampak. Jika orang melihat beliau saat itu, seolah beliau tidak bisa bercanda, tapi saat pembacaan burdah beliau menjadi orang lain yang begitu periang. Mereka itu adalah orang gila Muhammad SAW.

Tak perlu kita berbicara akhlak nubuwah pada orang-orang ini, luar dalam mereka sudah Muhammad. Syekh Bassam Hamzawi pernah mengatakan jika kamu melihat orang meniru sifat zahir Sayidina Muhammad SAW, seperti memakai celana di atas mata kaki dan lainnya, walaupun kamu tahu bahwa itu di luar konteks dan itu bukan cara satu-satunya dalam memahami hadis, janganlah kamu merendahkannya dengan menghina pakaiannya dengan kata-kata seperti "pasukan celana cingkrang". Paling tidak, hormatilah kalau gaya seperti itu pernah dipakai Nabi

Karena kita tidak meributkan ketika anak-anak kita meniru gaya berpakaian ala idola mereka yang kebarat-baratan padahal kita tahu itu bukan adat kita, lalu kenapa kita meributkan ketika anak-anak kita mengikuti gaya idola mereka Nabi Muhammad? Apa salahnya? Siapa tau mereka memang benar mencintai Nabi, kenapa harus diprotes? Yang ditakutkan nanti kita akan diharamkan Tuhan dari berkumpul bersama para pecinta Nabi SAW.

Tapi kan konteks hadisnya bukan seperti itu? Hadis bisa ditafsirkan seperti ini dan ini. Oh Tuhan, ini masalah dzauq, ini masalah cinta, selama tidak bertentangan dengan zahir syariat kenapa tidak? Ini masalah rasa, hanya para pecinta yang memahaminya, tapi akhlaknya? Perbaiki saja akhlaknya. Ilmunya? Perbaiki saja ilmunya, hatinya? Sejak kapan kamu bisa melihat hati seseorang. Jika kamu ingin beramal dengan konteks hadis silahkan, tapi jangan halangi orang lain mengekspresikan cintanya pada Rasulullah SAW dengan caranya. Kalau memang dengan cara itu membuat mereka makin cinta, biarkan saja, gak semua orang sama dalam mengekspresikan cinta, cara kita belum tentu cocok bagi orang lain.

Madad, madad, madad, ya Rasulallah. Tahu apa kita tentang cinta, ini masalah dzauq. Masalah rasa, biarkan mereka mengekpresikan cinta mereka kepada kekasih mereka, selama tidak ada yang dirugikan biar saja, kenapa tidak? Jangan sampai kita menjadi penghalang cinta orang lain pada Muhammad SAW, agar kita tidak diharamkan berkumpul dengan para pencinta kelak, "kamu kelak bersama orang yang kamu cintai". Oh Tuhan, kalau aku tidak bisa menjadi orang yang salih, tapi biarkanlah aku berada di hati orang yang salih, jika aku tidak bisa mencintai seperti mereka, jangan jadikan aku penghalang cinta mereka. Aku tahu ini masalah rasa, beberapa orang di dunia akan mati jika satu detik tanpa Muhammad, ilal habib khuzuny

Selamat datang rabiulawal, semoga engkau menjadi rabi fi qulubina, shollu alan Nabi.

Sumber FB : Serambi Salaf

20 Oktober 2021 pada 13.45  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Para Penggila Muhammad SAW dan Larangan Menghalangi Pencintanya - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®