Menyinyiri Ilmu
Agak heran juga saya dengan orang yang anti dengan ilmu. Tiap saya nulis status yang bicara tentang betapa pentingnya kita belajar ilmu-ilmu keislaman, selalu saja ada komen-komen yang sinis dan nyinyir terhadap ilmu.
Kesannya ingin bilang bahwa jadi muslim itu tidak perlu berilmu, yang penting semangat, yang penting jihad, yang penting perang, yang penting ini dan yang penting itu.
Pokoknya setiap kali saya ingin mengarahkan orang-orang untuk mencintai ilmu, ada saja yang memotong dan menghalangi. Seakan khawatir kalau umat Islam jadi banyak mempelajari ilmu-ilmu keislaman yang pada dasarnya memang wajib itu.
طلب العلم فريضة على كل مسلم
Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim.
Saya coba analisa, kenapa ada umat Islam yang anti dengan ilmu. Ada beberapa kemungkinan.
Pertama : Iri Karena Tidak Punya Ilmu
Boleh jadi mereka yang terus-terusan nyinyirin ajakan untuk belajar ilmu-ilmu keislaman karena merasa iri hati, dengki, hasut dan cemburu. Sebab dirinya tidak punya ilmu, lalu semua orang yang berilmu malah dimusuhi.
Padahal seharusnya kalau merasa diri tidak berilmu, terus diajak cari ilmu, ya justru senang dong. Masak diajak cari ilmu malah marah-marah tidak terima.
Tidak terima kalau ada orang diajak cari ilmu. Tidak terima kalau ada orang mau belajar ilmu. Tidak terima kalau sampai umat Islam melek ilmu agama.
Kedua : Tidak Pernah Menikmati Ilmu
Kemungkinan kedua dirinya selama ini memang tidak pernah merasakan manisnya belajar dan menuntut ilmu. Di lidahnya, ilmu itu hambar tidak ada rasanya, cenderung dianggap pahit.
Padahal itu manis sekali, semua orang suka. Setidaknya orang normal. Kalau sampai ada yang tidak suka, kita jadi curiga jangan-jangan lidahnya bermasalah.
Ketiga : Korban Bujukan Iblis
Iblis itu memang dengki sekali dengan orang-orang yang berilmu. Maunya iblis itu umat Islam tidak usah punya ilmu agama.
Lalu Iblis pun banyak mengarang ajaran-ajaran aneh bin ajaib, yang intinya agar kita tidak usah ribut belajar ilmu agama. Berislam itu yang penting beriman, bertaqwa, dan pasrah saja. Tidak perlu jadi orang pinter dalam ilmu agama.
Sebaliknya, Iblis itu hobi banget ngarang-ngarang cerita buruk tentang orang berilmu. Ada-ada saja idenya. Pokoknya buat Iblis, orang berilmu habis lah dicaci-maki, dihina, dikata-katain buruk dan sama sekali tidak ada nilainya.
Iblis itu lihay sekali nyinyirin sosok orang berilmu. Seringkali orang berilmu diidentikkan dengan orang yang suka riya', sombong, sok tahu, tinggi hati, takabur, belagak pintar, dan beragam sifat buruk lainnya.
Saya juga heran, kok ketemu aja alasan untuk menghalangi kita belajar dan berilmu. Termasuk bikin kajian aneh dengan judul unik : "Berakhlaq Sebelum Berilmu".
Sangat sinis sekali dan terkesan semua orang berilmu otomatis tidak berakhlaq. Aneh, ambisius sangat terstruktur sekali langkah dan polanya dalam memerangi ilmu-ilmu keislama.
oOo
Padahal Allah SWT di dalam Al-Quran dengan tegas menyatakan bahwa orang-orang berilmu itu ditinggikan posisinya beberapa derajat.
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah : 11)
Di sisi lain, perlakuan Allah SWT kepada orang yang berilmu jelas tidak bisa disamakan dengan orang yang tidak berilmu.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Az-Zumar : 9)
Dan saya suka dengan kata-kata bijak berikut ini :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الاثْنَتَينِ مَعَاً فَعَلَيْهِ بِالعِلْمِ
Siapa yang menginginkan dunia, maka dia harus pakai ilmu. Siapa yang menginginkan akhirat, maka dia harus pakai ilmu. Dan siapa orang yang menginginkan keduanya, maka dia harus pakai ilmu.
Sebagian kalangan bilang bahwa statemen itu milik Sufyan Ats-Tsauri.
oOo
Ibarat kata, para alim ulama itu datangnya pakai diundang secara khusus, sambil dibawakan oleh-oleh. Datangnya dijemput khusus dan pulangnya diantar.
Pas acaranya, walau pun datangnya belakangan, tapi tetap disediakan tempat di depan.
Giliran acara selesai, jamaah biasa cuma dibagikan berkat, sedangkan para alim ulama dijamu makan-makan prasmanan.
Selain dikasih amplop tebal, juga dibawakan banyak berkat dan oleh-oleh.
Saya adalah saksi hidup atas semua itu. Musim maulid begini, nyaris tiap hari Ayah dan Ibu saya pulang bawa tentengan. Yang ditenteng lain dan amplopnya pun lain lagi.
Memang beda antara orang berilmu dengan tidak berilmu . . .
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian · 25 Oktober 2021·