Tak Semua Kasyaf Diamalkan dan Tak Semua Kasyaf Ditinggalkan
Ilmu fiqh yang dhan-nya dhahir mundhabith aja ijtihadnya bisa salah. Apalagi ilmu hakekat, gak semua kasyaf benar, semuanya wilayah ijtihad, bahkan wilayahnya lebih luas, makanya peluang salahnya lebih besar. Jadi menerima atau menolak kasyaf itu ga sembarangan atau sesuka hati kita.
Sebagaimana ijtihad fiqh gak bisa mengikat, makanya sampai ada 4 mazhab, begitu juga kasyaf lebih lagi tidak bisa mengikat. Maka dari itu, yang tashdiq dengan kasyafnya sendiri atau orang lain, ya insyaallah bisa dapat manfaat dan berkah, selama tidak melanggar syariat
Yang gak tashdiq dengan kasyaf orang lain walaupun orang itu soleh juga gapapa, bisa jadi dapat berkah jalur lain, selama tetap menjaga adab pada solihin. Toh kasyaf itu wilayah ijtihad dan dhan, maka gak ada yang bisa memaksa orang lain untuk percaya pada kasyaf kita atau kasyaf orang yang kita percaya
Seorang bebas memilih kasyaf siapa yang dia tinggalkan selama menjaga adab dan bebas memilih kasyaf siapa yang dia percaya selama tidak melanggar syariat. Jadi dalam ilmu tasawuf, memaksakan ijtihad kita agar orang lain mengamalkan itu jatuh dalam perangkap nafsu, adapun merendahkan ijtihad orang yang zahirnya istiqamah itu kurang ajar
Ilmu tasawuf itu ilmu yang mindhabit, bukan ilmu mengkhayal, sebagaimana mempercayai kasyaf punya dhawabit, meninggalkan kasyaf juga punya dhawabit, gak boleh sembarangan.. Jika kita tidak mau ikut dhawabit dalam bertasawuf maka kita akan jatuh pada suul adab dengan waliyullah atau kita akan tersesat menuju kesesatan yang disebabkan kasyaf kita.
Dua-dua pilihan itu berbahaya. Makanya sebelum menolak dan menerima, ada baiknya ngaji tasawuf dulu, sehingga dari sana kita akan memahami bagaimana cara menerima atau meninggalkan sesuatu dan sesuai dengan manhaj ilmiyah
Sumber FB Ustadz : Fauzan Inzaghi
17 September 2021