𝐌𝐞𝐧𝐠𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐢𝐥𝐚𝐭𝐮𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐌𝐞𝐦𝐩𝐞𝐫𝐩𝐚𝐧𝐣𝐚𝐧𝐠 𝐔𝐦𝐮𝐫
Kebanyakan kita pernah dengar hadīts mulia tentang perbuatan baik menghidupkan hubungan silaturahim itu bisa memperpanjang usia.
📌 Kata Baginda Nabī ﷺ di dalam sabdanya:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
(arti) _“Siapa saja yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menghidupkan silaturahim.”_ [HR al-Bukhōriy no 2067, 5985-6; Muslim no 2557; Abū Dāwūd no 1693].
Di sisi lain, di dalam al-Qur-ān jelas-jelas ditegaskan bahwa ajal itu sama sekali tidak dapat ditangguhkan walau barang sedetik pun juga.
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
(arti) _“Maka apabila ajal mereka telah tiba waktunya, tidaklah mereka dapat meminta penundaan atau percepatan walau hanya sesaat pun.”_ [QS al-A‘rōf (7) ayat 34 / an-Nahl (16) ayat 61].
Jadi, pada dasarnya perkara ajal ini sudah tetap, dan demikian pula di dalam sebuah hadīts mulia lainnya, Baginda Nabī ﷺ juga menerangkan bahwa pada saat ruh anak manusia itu ditiupkan oleh Malā-ikat pada janin, maka pada saat itu pula Malā-ikat menyebutkan ketetapan Allōh ﷻ (taqdir) tentang ajalnya kapan.
❓ Lalu bagaimana mengkompromikan wahyu yang tampaknya saling bertentangan itu…?
🔵 Pertama, hadīts tentang menghidupkan silaturahim itu dapat dipahami secara tekstual, yaitu memang akan dipanjangkan secara riil usia orang yang menghidupkan silaturahim oleh Allōh ﷻ.
Allōh ﷻ Maha Kuasa dan berbuat sekehendak-Nya terhadap segala sesuatu, termasuk juga dalam perkara taqdir.
📌 Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:
يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ
(arti) _“Allōh menghapuskan apa yang dikehendaki-Nya dan menetapkan (apa yang dikehendaki-Nya), dan di sisi-Nya lah terdapat Ummul-Kitāb (Lawhul-Mahfūzh).”_ [QS ar-Ro‘d (13) ayat 39].
Seperti kita ketahui, Lawhul-Mahfūzh itu adalah kitāb induk taqdir segala sesuatunya.
ℹ️ Jadi ketika Malā-ikat membacakan taqdir usia seorang anak cucu Ādam ketika ruhnya ditiupkan, maka itu adalah taqdir yang sesuai pengetahuan Malā-ikat. Ketika Allōh ﷻ berkehendak seorang anak cucu Ādam ketika menjalani kehidupannya banyak menghidupkan silaturahim, maka Allōh ﷻ pun Maha Kuasa merubah taqdir ajalnya menjadi lebih panjang.
🔵 Kedua, hadīts tentang menghidupkan silaturahim itu dita‘wil oleh para ‘ulamā’ dengan mengatakan bahwa maksud dari "dipanjangkan usianya" adalah keberkahan dari usia dari seorang anak cucu Ādam dengan sebab menghidupkan silaturahim.
Maksud keberkahan itu adalah Allōh ﷻ memberikannya:
⒜. Kemampuan untuk berbuat keta'atan.
⒝. Kemudahan untuk dapat menjalani kehidupannya dengan hal-hal yang memberikan manfaat kepadanya kelak di hari Ākhirot.
⒞. Penjagaan dari penyia-nyiaan umurnya dalam hal-hal yang tidak bermanfaat baginya di hari Ākhirot.
⇛ Menghidupkan silaturahim menjadi penyebab bagi seseorang diberikan oleh Allōh ﷻ taufiq (kemampuan berbuat keta'atan) dan dijaga oleh Allōh ﷻ dari berbuat kemaksiyatan.
⚠ Intinya, tidak ada seseorang pun juga yang tahu bagaimana, kapan, dan di mana taqdir ajalnya. Kematian itu tidaklah harus menunggu usia tua, dan tak pula harus karena menderita sakit keras. Karenanya, hidupkanlah terus silaturahim, semoga usia kita diperpanjang di dalam kebaikan dan keberkahan oleh Allōh ﷻ.
Adapun silaturahim yang paling utama itu adalah kepada yang benar-benar memiliki hubungan darah.
Demikian, semoga bermanfaat.
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ
Sumber FB : Arsyad Syahrial
18 September 2021 pada 16.53 ·