PELANGI
Manusia itu macam-macam, berbeda-beda, tidak sama semuanya. Jadi, menurut hemat kami, kalau saat ini kita ingin memaksakan seluruh manusia di atas satu pendapat mengikuti pendapat kita, merupakan hal yang amat sangat sulit, atau bahkan bisa dikatakan mustahil. Coba kita lihat sejarah. Di zaman sahabat saja saat Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, sudah terjadi perbedaan pendapat. Lalu perbedaan pendapat terus terjadi dan meluas di zaman setelahnya, zaman tabi’in, tabi’ut tabi’in, para aimatul huda (para imam yang mendapatkan petunjuk), dan imam mujtahidin ashabul mazahib wa bil khusus imam mazhab yang empat, Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Asy-Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal serta murid-murid mereka.
Jika di zaman yang penuh dengan ilmu, ulama dan ketaqwaan (rasa takut kepada Allah) saja terjadi perbedaan pendapat, lalu bagaimana kita di zaman yang amat sedikit ilmu dan ulama, sedikit rasa takut kepada Allah, banyak tersebar hawa nafsu dan kebodohan, lalu kita ingin mewujudkan sesuatu yang hal itu sulit terjadi di zaman itu. Tentu ini tidak masuk akal. Siapa mereka, lalu siapa kita. Bagai langit dan bumi, alias tidak bisa dibandingkan karena tidak apple to apple.
Perbedaan pendapat dalam masalah furu’ (cabang) agama atau masalah khilafiyyah ijtihadiyyah, merupakan sunatullah (ketetapan Allah) atas umat ini sebagai bentuk rahmat (kasih sayang Allah) kepadanya. jadi, biasa saja, tidak ada masalah. kalau kita bisa mengemasnya dengan baik, akan menjadi sesuatu yang indah. Pelangi itu indah karena berwarna-warni, kalau satu warna tidak indah bukan ?
Selama ushul (pokok) agamanya sama, rukun Islam dan Imannya sama, perkara-perkara yang mujma’ ‘alaihi (yang disepakati) dan ma’lum minnad din bidh dharurah juga sama, maka tidak masalah (bahkan dalam sebagian masalah masih perlu perincian yang njlimet). Semuanya muslimin, mu’minin, dan ahli kiblat yang mana ketika mereka wafat di atasnya, dijamin pasti masuk Surga.
Prinsip kami pribadi jika memiliki pendapat, maka pendapat itu akan saya sampaikan. Jika ada yang setuju dan mengikuti, Alhamdulillah. Jika ternyata ada yang tidak setuju dan mengikut pendapat ulama yang lain, ya tidak ada masalah. Santai saja. Lha wong mereka juga mengikuti ulama, dan tentunya mereka (para ulama) yang mereka ikuti juga berfatwa atas dasar ilmu (dalil) dan rasa takut kepada Allah. kita tidak perlu baper, apalagi sampai menyesatkan orang yang berbeda dengan “pendapat” kita (memang kita ini siapa he..he..). Jadi, mari kita memperbesar persamaan dan memperkecil perbedaan. Jangan memaksakan pendapat kepada orang lain. Dan yang terakhir, hormatilah pendapat orang lain yang mungkin berbeda dengan kita. Barakallahu fiikum jami’an.
(Al-Faqir, Abdullah Al-Jirani)
Pict. : Kitab Irsyad Al-'Ibad ilaa Sabiil Ar-Rasyad, karya Imam Al-Allamah Asy-Syaikh Zainuddin Al-Malibari Asy-Syafi'i rahimahullah rahmatan wasi'ah.
Baca juga kajian tentang ikhtilaf berikut :
- Ikhtilaf Terjadi Karena Meninggalkan Quran-Sunnah?
- Jangan Terpecah Hanya Karena Berbeda Pendapat
- Kisah Perdebatan Imam Syafi’i dengan Yunus Bin Abdul A’la
- Belajar Bijak Berbeda Pendapat Dari Sahabat Nabi
- Ikhtilaf Adyan, Ikhtilaf Firaq dan Ikhtilaf Madzahib
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani
Kajian· 8 Agustus 2021 pukul 07.37 ·