CARA ULAMA CARI BARAKAH MENGAJI
Taushiah: KH. Luthfi Bashori
Transkrip: Rizal Affandi
Ada seorang Syekh yang alim bernama Syekh Abdullah bin Hamud Az Zabidi, mempunyai guru namanya Syekh Abu Ali Al Qali.
Syekh Abu Ali Al Qali ini memiliki rumah, sebagaimana zaman dahulu, beliau memiliki tunggangan unta atau kuda.
Karena beliau memiliki unta atau kuda, maka membuat semacam garasi atau kandang di sebelah rumah.
Sang murid, Syekh Abdullah ini seringkali tidur di kandang tersebut. Kalau ditanya oleh kawan-kawannya:
“Kenapa kau tidur di kandang unta atau kuda itu?.
Jawab Syeikh Abdullah: “Saya tidak mau, kalau saat mengaji itu didahului oleh murid-murid yan lain, saya ingin datang duluan.” Begitu alasan Syeikh Abdullah.
“Kalau saya tidur di kamar, maka bisa jadi saya terlambat bangun, lantas didahului oleh teman-teman saya, saya tidak mau seperti itu, saya ingin datang duluan, makanya saya pilih tidur di kandang unta atau kuda milik guru saya.”
Suatu saat, sang Guru pergi pada malam hari menjelang subuh, karena ada suatu keperluan. Kemudian Syeikh Abdullah tersebut mengikuti langkah gurunya dari kejauhan karena takut mengganggu.
Karena malam hari, sang Guru ini pun merasa was-was, beliau merasa ada orang yang mengikutinya.
Sang Murid saat mengikuti itu, tidak mau terlalu dekat karena takut mengganggu, tapi juga tidak mau terlalu jauh, karena khawatir tertinggal oleh sang Guru.
Tiba-tiba sang Murid tadi, menginjak sesuatu yang menimbulkan suara... kreseek !
Maka sang Guru itupun menoleh dan bertanya: “Siapa itu. Apakah kau orang jahat?
Karena yang bicara tadi adalah gurunya, maka sang murid itu pun terpaksa menjawab: “Ini saya wahai Guru, saya Abdullah.. murid anda...!”
Kemudian sang Guru bertanya: “Ada apa kau di situ?
Sang murid menjawab: “Saya ingin mengikuti pengajian anda, saya tidak ingin didahului oleh orang lain, karena itu kalau Guru ingin mengajar di mushalla atau masjid mana saja, saya ingin datang duluan, saya ingin duduk di tempat yang paling depan agar dapat barakah ilmunya Guru, dan jika ada kesempatan bertanya, saya juga akan tanya..!”
Kemudian sang Guru itu langsung memerintahkan muridnya itu untuk pulang: “Pulanglah…. Kamu kan sudah pandai ilmu Nahwu, maka segeralah pulang, tidak usah mengikuti saya.”
Akhirnya si murid itupun kembali. Ketika sampai di tempat pemondokan, tiba-tiba dia merasa faham ilmu Nahwu secara mendalam.
Hal itu berkat husnuddhan sang Murid, yang menganggap bahwa perginya sang Guru tadi untuk mengajar, dan ia selalu ingin datang pertama serta berada di barisan terdepan dalam majelis ta'lim gurunya.
https://youtu.be/0b9pcQZJ344
baca juga kajian tentang ulama berikut :
- Dalil dan Kumpulan Fatwa Ulama Atas Kebolehannya Merayakan Maulid Nabi
- Fatwa Ulama Terhadap Ibnu Arabi Bagian II
- Ulama Yang Memuji Ibnu Arabi
- Fatwa Para Ulama Terhadap Ibnu Arabi
- Nur Muhammad Dalam Pengakuan Para Ulama Sunni
Sumber FB Ustadz : Luthfi Bashori
12 Juli 2021·