Anti Vaksin
Saya lagi membayangkan mereka yang anti vaksin saat seperi sekarang pasti lagi mules-mules perutnya.
Kenapa?
Karena semua orang lagi pada vaksin. Sekolah dan pesantren lagi vaksin. Kantor-kantor ngadain vaksin.
Teman saya cerita kalau ketua RW nya bikin vaksin untuk seluruh warga.
Mau naik pesawat atau kereta api? Vaksin dulu syaratnya. Mau masuk mal, kantor, kampus, sekolah? Vaksin dulu. Gak mau vaksin ya gak akan naik pesawat dan kereta api selamanya.
Mau haji? Vaksin dulu lah. Mana boleh berhaji tnapa vaksin. Nggak mau vaksin? Selamanya tidak bisa ke tanah suci.
PNSdan guru kalau mau terima haknya,juga kudu divaksin dulu. Gak mau vaksin? Ya tidak cair lah duitnya.
Saya membayangkan para aktivis antivaksin itu pasti lagi marah-marah, kakinya dihentak-hentakkan ke tanah. Kesal pastinya, emosi memuncak. Darah naik dan nyinyir lebih giat lagi.
Sudah habis semua tenaga, daya dan upaya yang mereka kerahkan selama ini untuk melarang-larang orang bervaksin. Tapi justru semua orang pada vaksin sekarang ini. Maka semua jadi sia-sia belaka.
Padahal sudah banyak sekali argumen yang mereka ajukan, mulai dari info yang benar tapi diplintir sampai yang sama sekali tidak benar, yang bahkan sesama mereka sendiri saja tidak begitu percaya.
Tapi karena lagi punya musuh bersama, hoak pun dibelain juga.
Angka orang yang divaksin semakin hari semakin banyak saja. Bahkan yang pakai Drive thru pun sudah mulai ada.
Foto-foto antrian vaksin bertebaran dimana-mana. Sangat viral di hari-hari belakangan ini.
Saya yakin para aktivis antivaksin itu tambah mules perutnya. Karena pengikutnya semakin hari semakin brodol saja.
Sebenarnya saya malah kasihan dan iba melihatnya. Mereka itu hanya korban hoaks medsos yang sama sekali tidak punya ilmu. Hanya terpengaruh saja. Sekedar latah dan ikut-ikutan saja.
Semua argumentasinya benar-benar mentah. Orang semua mulai sadar pentingnya vaksin.
Tinggal pengurus masjid saja nih. Saya tunggu saja ketegasannya, kapan mau periksa jamaah berdasarkan kartu vaksin?
Ini yang susah kalau imam masjid dan DKM nya justru jadi aktivis antivaksin. Di daftar jadwal kajian saya, sudah mulai saya petakan mana yang anti vaksin dan mana yang pro vaksin.
Kemarin saya petakan berdasarkan sejauh mana yang taat protokol dan mana yang tidak taat. Masjid yang shafnya rapat, gelar karpet, atau jamaah tidak pakai masker malah didiamkan saja, sudah saya tandai.
Maka sejak awal minta saya ngisi kajian sudah saya tanya duluan, apakah seluruh DKM dan jamaah sudah 2 kali vaksin? Kalau belum semuanya, kajian kita online saja.
Kalau mau offline, pastikan di pintu ada pemeriksaan kartu sudah vaksin. Tidak bawa kartu atau surat keterangan pengecualian, silahkan ibadah di rumah saja.
Kalau bikin pengajian, sana bikin dengan sesama yang anti vaksin. Cari ustadz yang sesama antivaksin saja.
NOTE
Yang komen nyinyir saya hapus komennya dan saya blokir selamanya ya. Ngumpulnya dengan sesama yang anti vaksin saja gih sana.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
Kajian · 1 Agustus 2021 pada 13.17 ·