Melestarikan Silsilah Keilmuan Aswaja (seri Minangkabau)
Oleh: Buya Arrazy Hasyim
Mengenal silsilah keilmuan sama wajibnya dengan mengetahui nasab keluarga. Dengan begitu, maka garansi kemurnian pemahaman keagamaan kita dapat dibuktikan. Selain itu, melahirkan adab yang luhur kepada sesama ahli ilmu meskipun beda faham dan pergerakan.
Alhamdulillah selama seminggu (23-28 Mei '21), kami mendapatkan kesempatan untuk menelusuri silsilah keilmuan Kaum Tua dan Kaum Muda di Ranah Minangkabau-Sumatera Barat.
Di sela-sela daurah kitab dan ziarah di MTI Pasia, kami menyempatkan diri untuk berkunjung kepada Abuya Nurdin bin Muhammad Amin, ahli Fiqh salah satu murid Syaikh Sulaiman Arrasuli dan Syaikh Husin. Setelah mendapatkan banyak faidah dari hasil bacaannya terhadap kitab I'anat At-Thalibin karya Sayyid Bakri Syatha, maka kami meminta ijazah kitab tersebut secara khusus, dan semua kitab yang diajarkan di MTI secara umum.
Lalu, di Tanah Datar kami mendapatkan ijazah dari Abuya Damanhuri dari Syaikh Ramli Bakr dari Syaikh Jamil Jaho.
Setelah itu, kami menziarahi Syaikh Ahmad Mukhtar Angku Lakuang, murid Syaikh Abdul Wahid as-Shalihi. Disana kami mendapatkan ijazah dari muridnya, Abuya Wazir Dt Djando. Jauh sebelum itu kami memang sudah dapat ijazah dari Abuya Nu'man Basyir dan Abuya Angku Luma Syamsurrijal.
Esok hari, kami berziarah kepada Syaikh Ibrahim Musa Parabek, pendiri Madrasah Thawalib. Alhamdulillah disambut hangat oleh 2 sosok syaikh al-madrasah pemegang sanad generasi ketiga, Abuya Masrur Sahar as-Syafi'i dan Abuya Deswandi as-Syafi'i. Mereka juga mengijazahkan kepada kami dari jalur Syaikh Ibrahim Jalil dari Syaikh Ibrahim Musa Parabek.
Dari merekalah kami mantap memastikan bahwa image Thawalib identik dengan Wahhabiyah tidak benar. Betul, Thawalib tergolong pergerakan Kaum Mudo, tapi secara Akidah dan mazhab, baik MTI dan Thawalib sama-sama berhaluan Ahlus sunnah Asy'ariyah dan Syafi'iyah. Karena, Syaikh Jamil Jaho, Syaikh Ibrahim Musa, Syaikh Abdul Wahid as-Shalihi, dan Syaikh Sulaiman Arrasuli sama-sama beguru kepada Imam Ahlus Sunnah, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.
Masyaikh berkata: "Cukuplah (keberuntungan) bagi penuntut ilmu, apabila namanya ditulis di bawah nama Nabi Muhammad Saw". Ya Rabb..🙏
Sumber FB : Dakwah Buya Arrazy Hasyim
3 Juni 2021