Diimingi Recehan Dulu
Orang dulu banyak yang tertarik dengan ilmu kesaktian sebab di masa lalu adalah eranya perang, penjajahan dan minimal perkelahian. Di masa itu para guru sering memberi resep "wirid sakti" pada orang-orang yang suka kesaktian. Tetapi agar ampuh ada syaratnya, yaitu agar dibaca tiap sesudah shalat. Akhirnya orang yang awalnya tidak berminat shalat jadi shalat agar bisa ampuh wirid saktinya. Niat mencari kesaktian ini receh karena duniawi, tapi berhasil membuat orang shalat.
Kalau dipikir-pikir, metode iming-iming recehan ini juga bisa dicari landasannya di al-Qur'an. Dalam ayat perintah sedekah misalnya, kita dapati iming-iming bahwa sedekah kita akan diganti 10 kali lipat atau lebih, ini seperti menyuruh anak kecil untuk memberikan permennya yang seharga 1.000 lalu dijanjikan akan dibelikan permen baru senilai 10.000. Dibanding balasan surga, balasan di dunia ini hanya recehan, tetapi efektif membuat orang yang selalu perhitungan soal uang akhirnya tertarik bersedekah.
Karena itu tak perlu terlalu kritis ketika banyak guru di masa ini sering memberi iming-iming recehan untuk amalan yang seharusnya bisa mendatangkan balasan besar di akhirat. Misalnya:
✴ Ngajari orang bershalawat, membaca waqi'ah dan shalat dhuha dengan iming-iming agar lancar rezekinya,
✴ Ngajari berbuat baik ke orang dengan iming-iming agar dibalas kebaikan pula oleh orang lain,
✴ Ngajari pakai jilbab trendi agar dibilang anggun dan shalihah,
✴ Nyuruh mencari ilmu agar kelak jadi orang kaya dan sukses,
✴ Nyuruh belajar agama biar jadi ustadz terkenal atau jadi kyai besar yang terhormat.
Hal-hal semacam itu adalah recehan semua, bahkan dapat menghabiskan pahala kebaikan yang harusnya didapat di akhirat. Tapi iming-iming recehan itulah yang membuat banyak orang meniti jalan hidayah. Lambat laun ketika yang diinginkan tercapai atau ketika sudah menjadi pribadi yang lebih matang, maka besar kemungkinan untuknya beralih pada tujuan yang ideal, yakni ridha Allah semata.
Bagaimana bila justru goalnya adalah recehan terus? Banyak juga yang hingga tua kebaikannya hanya fokus pada tujuan recehan seperti ingin dihormati orang, kaya raya dan semacamnya. Yang demikian biasanya memang sudah "garisnya" di level itu saja.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
20 Juni 2021