Ziarah ke Palestina
By. Ahmad Sarwat, LC.MA
Siapa yang tidak ingin berziarah ke Masjid Al-Aqsha?
Namun saat ini masjid itu masih sulit kita datangi. Bukan hanya karena Indonesia tidak punya hubungan diplomatik, namun suasana keamanan disana sering berubah tidak menentu.
Perjuangan umat Islam terhadap pembebasan Palestina itu sudah terjadi sejak lama. Sejak pertama kali Israel mendirikan bendera di tahun 1948.
Artinya sudah berlapis generasi berganti. Mungkin tiga atau empat lapis generasi hingga hari ini.
Sudah banyak pengorbanan yang diberikan umat Islam se-dunia kepada saudara mereka di Palestina. Bukan perjalanan yang baru dilakukan hari ini. Namun sebuah perjalanan sejarah yang teramat panjang.
Mereka yang lagi berjuang di Palestina sekarang ini boleh jadi pas lahirnya pun sudah dalam suasana perjuangan. Dan kita yang tidak tinggal disana pun sudah ikut andil berjuang.
Bukan di masa kini saja, tapi sejak zaman ayah dan kakek kita. Semuanya sudah kita berikan, dana, air mata, sumbangan pemikiran hingga lafadz doa munajat yang terlontar dari hati yang terdalam.
Semua kita sudah berjuang untuk Palestina. Tidak ada yang boleh merasa paling berjasa dan paling jadi pahlawan dalam perjuangan membebaskan masjid suci itu.
Tiap kita punya hak yang sama dalam memperjuangkannya. Tentu masing-masing dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Karena kemampuan tiap orang tidak sama. Potensi yang dimiliki bisa beda-beda. Dan perbedaan itu justru menguntungkan, karena perjuangan bisa dijalankan dengan berbagai macam cara dan metode.
Ada yang bantu semangat, dana, doa, pemikiran, ekonomi, ilmu pengetahuan, sains, hukum, budaya dan juga seni. Bahkan lantunan syair dan puisi pun termasuk bagian dari andil yang tak ternilai harganya.
Karena kita semua cinta Palestina. Kita semua bangga Palestina. Kita semua ingin bangsa Palestina bisa ikut mendapatkan apa yang kita semua miliki.
oOo
Saya sendiri qadarullah belum sempat berizarah ke masjid Al-Aqsha. Dulu di tahun1997 sempat ikut rombongan umroh. Namun terjegal di Border tidak dapat izin masuk.
Rupanya ada sedikit kesalahan cetak di passport saya. Sehingga semua jamaah umroh bisa masuk, saya yang jadi tour leadernya malah nyangkut di Amman.
Saya coba negosiasi dan beri penjelasan. Tapi ada kendala bahasa. Mereka pakai bahasa Ibrani dan Inggrisnya patah-patah. Saya pakai bahasa Betawi dan Inggrisnya patah-patah juga. Hehe
Kalimat terakhir cuma satu yang saya ingat : You must go back to Amman. Titik
Untung ibu saya waktu itu juga jadi tour leadernya. Jadi jamaah tidak kehilangan induknya. Sementara saya cuma bengong seharian di kamar hotel di Amman nungguin jamaah balik lagi besoknya.
Untung waktu itu saya ditemani para mahasiswa kita yang lagi kuliah di Jordan. Mereka malah menghibur saya, dan bilang bahwa mereka saja banyak yang belum pada pernah kesana.
Wah senasib dong kalau begitu.
Teman saya malah ada sampai tiga kali gagal masuk ke Al-Aqsha. Kayaknya kena blacklist dia.
Teman lain lagi bisa masuk, tapi isi HP nya semua terbongkar dan terbaca pakai detektor. Rada lama juga diinterogasi, soalnya suka nyimpen gambar senjata dan alat-alat perang.
Semoga suatu hari nanti kita bisa berziarah ke masjid Al-Aqsha dengan nyaman dan gembira.
Semoga Allah SWT memberkahi umat Islam dan menyatukannya dalam shaf yang sama di belakang Rasulullah SAW. Amin ya rabbal alamin
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
16 Mei 2021