Tadarruj, Bertahap Dalam Belajar
Salah satu penyakit yang kerap kali menjangkiti sebagian penuntut ilmu ketika belajar, adalah berpindah-pindah dari satu kitab ke kitab lain dalam kondisi kitab-kitab tersebut belum dikhatamkan. Kadang baru dapat seperempatnya, atau setengahnya, atau bahkan baru pendahuluannya, sudah pindah kitab yang lain lagi. Dan begitu seterusnya. Hanya pernah belajar, tapi tidak pernah khatam. Biasanya, fenomena seperti ini dipicu oleh rasa bosan (bosanan/kurang tlaten) dan ambisi untuk menguasi banyak ilmu dalam waktu singkat.
Menurut hemat kami, metode belajar seperti ini akan membentuk pemahaman yang tidak lengkap dan rapuh. Pada akhirnya tidak ada yang mutqin (kuat) dari kitab-kitab tersebut karena semuanya hanya sampai marhalah ‘mencicipi’, tidak ada yang tuntas. Jika kondisi seperti ini terus dipertahankan, selama apapun seorang menuntut ilmu, maka pemahamannya tidak akan pernah terbentuk dengan baik. Dalam bahasa jawa diistilahkan dengan “ngambang”. Ya, hanya “sekedar tahu” atau “sedikit tahu”, tapi tidak menguasi dengan baik dan lengkap.
Untuk ilmu-ilmu dasar, pelajari kitab-kitab yang paling ringkas dalam fan ilmu tertentu terlebih dahulu. Setelah itu, baru naik ke kitab yang di atasnya. Setelah itu naik ke kitab yang di atasnya lagi. Pokoknya sampai khatam semuanya. Pantang keluar dari majelis, sampai benar-benar menyelesaikan kitab-kitab tersebut di hadapan para syeikh (guru). Adapun kitab-kitab yang muthawwalat (besar yang berjilid), dijadikan untuk tambahan referensi dan wawasan. Tidak dikhatamkan tidak masalah. Tapi kalau mampu mengkhatamkannya, baik di hadapan guru atau dibaca sendiri, tentunya lebih bagus lagi.
Demikian tradisi keilmuan para ulama yang berusaha kami jalani. Jadi kalau dikatakan si fulan pernah belajar Fath Qarib atau Fath Mu’in atau Alfiyyah Ibnu Malik –misalnya -, itu artinya dia telah selesai mempelajari kitab-kitab tersebut di hadapan guru dengan sebenar-benarnya sampai halaman terakhir. Huruf demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat, lembar demi lembar, demikian terus sampai selesai. Bahkan titik dan komanya saja ikut dibaca (he..he...).
Hal ini juga bisa diterapkan dalam hal membaca buku. Biasakan kalau membaca suatu buku, diselesaikan. Lalu pindah buku yang lain lagi. Terutama buku-buku ringkas atau tidak terlalu tebal yang sarat dengan berbagai faidah penting dan bernas.
Demikian sekedar sharing pengalaman pribadi. Siapa tahu bermanfaat bagi teman-teman semuanya. Mohon dimaafkan jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Barakallahu fiikum.
(Abdullah Al-Jirani)
###
Foto : Syarh Ibnu Aqil ‘ala Alfiyyah Ibnu Malik dengan Hasyiyah Al-Khudlari. Selesai bulan Shafar th 1425 H atau 17 tahun lalu.
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani
Kajian · 27 Mei 2021·