Fatwa “Qunut Nazilah” Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari untuk Solidaritas Muslim Palestina
Dalam Majalah “Berita Nahdlatoel Oelama” (BNO) edisi no. 22, tahun ke-7 (20 Redjeb 1357 H / 15 September 1938 M) termuat fatwa Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang menyerukan dibacakannya do’a “qunut nazilah” sebagai bentuk solidaritas sesama umat Muslim atas peristiwa yang terjadi di Palestina.
Di sana juga disebutkan bahwa beliau Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari telah membacakan do’a qunut nazilah tersebut sejak beberapa minggu sebelumnya. Seruan sang Hadratus Syaikh ini pun segera dijalankan oleh hampir seluruh cabang HBNO (Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama/PBNU).
Peristiwa pembacaan do’a “qunut nazilah” untuk Palestina ini pun berjalan selama beberapa bulan lamanya. Hal ini sebagaimana tampak juga diberitakan dalam majalah BNO edisi Dzulhijjah 1357 H (Januari 1939). Tertulis di sana:
“Berkenaan dengan itoe, maka berhoeboeng dengan oeroesan Falesthin itoe, H.B.N.O. telah meminta tjabang-tjabangnja mendjalankan Qoenoet Nazilah itoe, dan soedah poela didjalankan di mana-mana tempat di Indonesia sini”.
* * * * *
Fatwa Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ini telah dirilis 83 (delapan puluh tiga) tahun yang lalu, jauh sebelum Indonesia merdeka. Kini Indonesia telah merdeka, sementara Palestina belum. Saudara-saudara kita bangsa Palestina masih terus berjuang untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaannya itu.
Saya jadi ingat apa yang dikatakan oleh Almarhum KH. Hasyim Muzadi (ketua umum PBNU 1999-2010) dalam konferensi ICIS (International Conference of Islamic Scholars) II yang diinisiasi PBNU dan digelar di Jakarta pada tahun 2008 silam, di mana saya menjadi salah satu penerjemah dan interpreter. Salah satu isu yang dikaji dan direkomendasikan adalah soal dukungan para ulama dunia Islam di konferensi ICIS II tersebut untuk kemerdekaan dan perdamaian Palestina.
Nasehat KH. Hasyim Muzadi terkait Palestina yang saya ingat betul (kurang lebih) adalah: “Dalam upaya perjuangan meraih kemerdekaannya, Palestina ini menghadapi dua musuh sekaligus, yaitu musuh eksternal dan musuh internal. Musuh eksternal Palestina adalah Israel. Ini sudah jelas. Sementara musuh internalnya adalah pertikaian dan perpecahan yang terjadi di dalam tubuh bangsa Palestina sendiri. Palestina akan lebih sulit mewujudkan cita-cita kemerdekaannya jika antar sesama kelompok di dalam bangsa Palestina sendiri (utamanya Fatah dan Hamas) masih suka saling bertikai dan tidak pernah mau duduk berdamai, berdialog dan bermufakat. Selesaikan perselisihan di antara kalian. Dukungan dunia internasional untuk kemerdekaan Palestina ini sangat jelas adanya dan tidak perlu dipertanyakan. Israel pun akan kalah kalau kalian bisa saling bersatu. Indonesia dulu bisa merdeka karena (salah satunya) antar kelompok organisasi, agama dan ideologi yang ada di Indonesia bisa mengesampingkan ego sektarian mereka, bisa duduk bersama dan bermufakat untuk tujuan bersama”.
Kita do’akan semoga saudara-saudara kita bangsa Palestina segera mendapatkan hak kemerdekaannya, dan kedamaian pun segera jumeneng di sana. Alfaatihah.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Ginanjar Sya'ban
16 Mei 2021 pukul 06.58 ·