MUHASABAH DI IDUL FITRI
Tanggal 1 syawal disebut dengan hari raya hari kemenangan karena hari ini merupakan hari puncak dari rentetan ibadah yang telah kita lakukan selama bulan suci Romadhon, dari mulai ibadah wajib sampai dengan ibadah sunnah, dari mulai ibadah puasa, sholat 5 waktu, sholat taraweh, tadarus al qu’an, sodaqoh, zakat dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Artinya hari idul fitri ini adalah hari kita bersyukur kepada Allah karena telah memudahkan kita untuk mendapatkan banyak pendidikan dan pelajaran selama bulan suci Romadhon. Maka dari itu jadikan hari ini adalah hari untuk kita bermuhasabah dan mengoreksi diri kita.
Muhasabah yang pertama kita perbaiki dan benahi urusan kita dengan Allah. ketaatan kita dengan perintah-perintah dan larangan-laranganNya. Jika memang hari ini adalah hari kemenangan untuk kita maka setelah romadhon ini harus banyak perubahan pada diri kita. Diri kita harus menjadi semakin lebih baik dan lebih dekat dengan ketaatan kepada Allah.
Jika selama romadhon kita terbiasa dengan menahan diri dari sesuatu yang Allah bolehkan yaitu makan dan minum atau berhubungan dengan pasangan, maka seharusnya diri kita lebih bisa menahan diri dari hal-hal yang Allah larang. Jika selama Romadhon kita terbiasa dengan sholat tarawih maka setelah romadhon seharusnya kita bisa dengan mudah menjaga kewajiba sholat 5 waktu.
Jika selama Romadhon kita terbiasa dengan membaca al qur’an maka semangat tersebut juga seharusnya masih kita pertahankan walaupun di luar bulan romadhon. Itu lah makna hari ied yang sebenarnya, hari di mana ketaqwaan kita kepada Allah semakin bertambah.
Sungguh sangat disayangkan jika setelah romadhon ini tidak ada peningkatan apa-apa dalam kualitas ibadah kita bahkan na’udzubillah setelah melewati Ramadhan semakin kembali banyak melanggar perintah dan larangan Allah mengisi hari raya dan setelah hari raya dengan kemaksiatan maka dikhawatirkan kita termasuk yang masuk dalam hadits Nabi bahwasanya malaikat Jibril pernah berkata kepada Rasulullah:
يا محمد مَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ أَبْعَدَهُ اللهُ, قُلْ آمِينَ (رواه ابن حبان)
“barang siapa yang mendapatkan bulan Ramadhan tetapi dia tidak mendapatkan ampunan Allah semoga dia jauh dari rahmatNya, maka Nabi pun mengamini doa malaikat Jibril tersebut”.(HR Ibnu Hibban)
Muhasabah yang kedua adalah kita benahi dan perbaiki urusan dan hubungan kita dengan sesama. Antara kita dengan orang tua, dengan pasangan kita, tetangga, kawan, sanak family dan yang lainnya. Allah mensifati dalam al qur’an tentang orang-orang yang berakal ulil albab dalam firmanNya
الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ (20) وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
“yaitu orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian. Dan orang-orang yang menyambung apa yang Allah perintahkan untuk disambung (yaitu silaturahmi) dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”.
Silaturahmi atau halal bi halal adalah hal yang sering kita dengar di momen lebaran. Di saat pandemic covid 19 ini tidak menghalangi kita untuk tetap bisa menjaga silaturahmi dan kehangatan hari raya karena silaturahmi yang sesungguhnya bukan hanya sekedar pertemuan jasad, jabat tangan atau basa basi di lisan atau di media sosial tetapi harus ada sambung hati dan saling cinta karena Allah, kesungguhan hati yang saling mengkhikhlaskan dan memaafkan. Rasulullah bersabda:
لَا تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتى تَحَابُّوا أَوَلَا أَدُلُّكُمْ علَى شَيءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُم ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)
“kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman dengan sesungguhnya sampai kalian saling mencintai. Mau kah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai ? yaitu tebarkan salam di antara kalian” (HR. Muslim)”
Itu lah muhasabah yang kedua yang harus menjadi bahan renungan kita juga di hari yang suci ini. Alangkah indah jika kebersamaan, kekompakkan dan keakraban terjalin di tengah masyarakat kita. Bukan hanya ridho Allah dan rahmatNya yang kita dapatkan tetapi keindahan-keindahan lainnya akan tercipta. Kita tidak ingin kebaikan dan amal kita selama tidak sempurna atau mungkin habis karena urusan kita yang belum selesai dengan sesama. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh al Imam al Bukhori:
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا فَإنَّهُ لَيسَ هُنَاكَ دِينارٌ ولَا دِرْهَمٌ مِنْ قَبْلِ أَن يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِن حَسنَاتِه فَإنْ لَم يَكُنْ له حَسنَاتٌ أُخِذَ مِن سَيِّئَاتِ أَخِيه فَطُرِحَتْ عَليهِ (رواه البخاري)
“barang siapa yang mempunyai kesalahan dengan sesamanya maka mintalah maaf karena di akhirat nanti tidak ada dinar atau dirham untuk menebusnya sebelum kebaikannya diberikan kepada temannya yang dizholimi, jika dia tidak memiliki kebaikan maka dosa teman yang dizholiminya itu diberikan kepadanya”. (HR Bukhori)
TAQABBALALLAHU MINNA WA MINKUM, SHIYAMANA WA SHIYAMAKUM
Sumber FB Ustadz : Alhabib Quraisy Baharun
14 Mei 2021