Kisah Nabi Muhammad SAW Masuk ke Tempat Ibadah Non-Muslim
Ternyata, Nabi Muhammad SAW juga pernah memberikan ceramah di tempat ibadah Non-Muslim. Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban adalah dua orang ahli hadis yang meriwayatkan kisah Nabi Muhammad SAW berceramah di tempat ibadah umat agama lain. Berikut kisahnya.
Masyarakat disibukkan dengan perdebatan tentang KH. Miftah Maulana atau yang akrab dipanggil Gus Miftah yang baru saja memberikan ceramah kebangsaan di sebuah gereja di Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, ceramah tersebut sampai memicu komentar KH. Najih Maimun, seorang tokoh ulama dari Rembang, Jawa Tengah. Komentarnya tentu saja mengecam apa yang dilakukan oleh Gus Miftah.
Perdebatan tentang Gus Miftah juga menyoal seputar klarifikasi yang mana Gus Miftah diketahui salah dalam membaca teks Arab. Segera, hal itu menjadi bahan bully terhadap sosok pendakwah yang aktif berdakwah di dunia malam tersebut.
Terlepas dari keriuhan di media sosial terkait Gus Miftah yang berceramah di gereja, muncul pertanyaan, apakah Nabi Muhammad SAW pernah masuk dan memberi ceramah di tempat ibadah Non-Muslim seperti gereja atau sinogog?
Ternyata, Nabi Muhammad SAW juga pernah memberikan ceramah di tempat ibadah Non-Muslim. Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban adalah dua orang ahli hadis yang meriwayatkan kisah Nabi Muhammad SAW berceramah di tempat ibadah umat agama lain. Berikut kisahnya. Kisah Nabi Muhammad SAW Masuk ke Tempat Ibadah Non-Muslim.
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيُّ، قَالَ: انْطَلَقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا مَعَهُ حَتَّى دَخَلْنَا كَنِيسَةَ الْيَهُودِ بِالْمَدِينَةِ يَوْمَ عِيدِهِمْ، وَكَرِهُوا دُخُولَنَا عَلَيْهِمْ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ، أَرُونِي إِثْنَيْ عَشَرَ رَجُلًا يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ يُحْبِطُ اللَّهُ عَنْ كُلِّ يَهُودِيٍّ تَحْتَ أَدِيمِ السَّمَاءِ الْغَضَبَ الَّذِي غَضِبَ عَلَيْهِ، قَالَ: فَأَمْسَكُوا وَمَا أَجَابَهُ مِنْهُمْ أَحَدٌ، ثُمَّ رَدَّ عَلَيْهِمْ، فَلَمْ يُجِبْهُ أَحَدٌ، ثُمَّ ثَلَّثَ فَلَمْ يُجِبْهُ أَحَدٌ، فَقَالَ:” أَبَيْتُمْ فَوَاللَّهِ إِنِّي لَأَنَا الْحَاشِرُ، وَأَنَا الْعَاقِبُ، وَأَنَا الْمُقَفِّي آمَنْتُمْ أَوْ كَذَّبْتُمْ “، ثُمَّ انْصَرَفَ، وَأَنَا مَعَهُ حَتَّى دَنَا أَنْ يَخْرُجَ، فَإِذَا رَجُلٌ مِنْ خَلْفِنَا يَقُولُ: كَمَا أَنْتَ يَا مُحَمَّدُ، قَالَ: فَقَالَ ذَلِكَ الرَّجُلُ: أَيُّ رَجُلٍ تَعْلَمُونِي فِيكُمْ يَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ؟ قَالُوا: مَا نَعْلَمُ أَنَّهُ كَانَ فِينَا رَجُلٌ أَعْلَمُ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَلَا أَفْقَهُ مِنْكَ، وَلَا مِنْ أَبِيكَ مِنْ قَبْلِكَ، وَلَا مِنْ جَدِّكَ قَبْلَ أَبِيكَ، قَالَ: فَإِنِّي أَشْهَدُ لَهُ بِاللَّهِ أَنَّهُ نَبِيُّ اللَّهِ الَّذِي تَجِدُونَهُ فِي التَّوْرَاةِ، قَالُوا: كَذَبْتَ، ثُمَّ رُدُّوا عَلَيْهِ، وَقَالُوا لَهُ شَرًّا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:” كَذَبْتُمْ، لَنْ يُقْبَلَ قَوْلُكُمْ، أَمَّا آنِفًا، فَتُثْنُونَ عَلَيْهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا أَثْنَيْتُمْ، وَأَمَّا إِذَا آمَنَ كَذَّبْتُمُوهُ، وَقُلْتُمْ مَا قُلْتُمْ، فَلَنْ يُقْبَلَ قَوْلُكُمْ “، قَالَ: فَخَرَجْنَا، وَنَحْنُ ثَلَاثَةٌ: رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنَا، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَّامٍ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِ: {قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَكَفَرْتُمْ بِهِ} ” الْآيَةَ* [الأحقاف: 10]
Dari Auf bin Malik Al-Asyja’i berkata:
Pada suatu hari, Nabi SAW pergi dan aku bersama beliau hingga kami memasuki gereja Yahudi di Madinah di hari raya mereka. Mereka tidak menyukai kami memasuki tempat ibadah mereka.
Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada mereka, ‘Wahai sekalian orang-orang Yahudi, beritahukanlah padaku dua belas orang Yahudi yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang haq) kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, niscaya Allah akan menggugurkan kemurkaan yang ditimpakan kepada setiap Yahudi yang ada di bawah kolong langit!’
Mereka diam dan tidak ada seorang pun yang menjawab. Beliau mengulangi lagi tapi tidak ada yang menjawab, beliau mengulangi ke tiga kalinya tapi tidak ada juga yang menjawab. Beliau bersabda, ‘Kalian enggan (mengakuinya), demi Allah, sesungguhnya aku adalah pengumpul, aku nabi yang terakhir, aku nabi pilihan, baik kalian percaya atau pun mendustakan.’
Setelah itu beliau pergi dan aku bersama beliau hingga ketika kami hampir saja keluar, ada seseorang di belakang kami memanggil seraya berkata, ‘Engkau benar wahai Muhammad.’
Auf bin Malik berkata, “Lelaki itu berkata, ‘Wahai sekalian orang-orang Yahudi, siapa di antara kalian yang mengenalku?’
Orang-orang Yahudi itu berkata, ‘Demi Allah, kami tidak mengetahui ada seorang pun di antara kami yang lebih mengetahui Taurat melebihimu. Tidak ada yang lebih faham darimu, yang melebihi ayahmu dan juga kakekmu sebelum ayahmu.’
Lelaki itu berkata, ‘Aku bersaksi untuknya atas nama Allah bahwa ia adalah nabi yang diutus Allah yang kalian temukan dalam Taurat.’
Orang-orang Yahudi berkata, ‘Kau berdusta.’
Orang-orang Yahudi itu membantah pernyataan lelaki itu dan mereka mengatakan keburukan tentangnya.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalian berdusta dan perkataan kalian tidak akan diterima. Baru saja kalian memujinya dengan baik. Saat ia beriman kalian mendustakannya dan kalian mengatakan seperti apa yang kalian katakan. Perkataan kalian tidak akan diterima.’
Kami keluar dan kami berjumlah tiga orang; Rasulullah SAW, aku dan Abdullah bin Salam. Allah ‘Azza Wajalla menurunkan ayat berkenaan dengan Abdullah bin Salam, ‘Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al-Qur`an itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al-Qur`an lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.’ (Al-Ahqaaf: 10)
Demikian kisah Nabi SAW berdakwah di tempat ibadah kaum Yahudi Madinah. Dari peristiwa tersebut turunlah Qs. Al-Ahqaf: 10 yang memuji sahabat Abdullah bin Salam. Seorang intelektual Yahudi, anak seorang pendeta Yahudi. Ia menjadi saksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang telah ‘diramalkan’ kedatangannya dalam kitab suci Taurat.
Melalui kisah tersebut, kita dapat menjawab pertanyaan tentang apakah Nabi Muhammad SAW pernah memasuki tempat ibadah Non-Muslim, memberikan ceramah atau berdakwah di dalamnya.
Berdasarkan kisah ini, kita bisa menjawab bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukannya. Sekalipun hal itu membuat orang-orang Yahudi tidak suka. Hal yang umum terjadi jika ada penganut agama lain memasuki tempat yang dianggap suci oleh komunitas pengimannya. Kisah ini disebutkan oleh Imam Ibnu Hibban dalam Shahih Ibnu Hibban. Setidaknya, menurut Imam Ibnu Hibban, kisah ini berkualitas sahih. demikian Kisah Nabi Muhammad SAW Masuk ke Tempat Ibadah Non-Muslim.
https://harakah.id/kisah-nabi-muhammad-saw-masuk-ke-tempat-ibadah-non-muslim/
Sumber FB : Harakah ID
13 Mei 2021