Kesempurnaan Allah
Makluk yang paling sempurna adalah manusia, sehingga sebagian orang yang tidak mengenal Allah cenderung berasumsi bahwa tuhan adalah sosok mirip manusia dengan spesifikasi lebih sempurna dalam segala hal.
Mereka akan marah jika tuhan digambarkan berekor, sebab ekor lebih identik dengan binatang. Tapi mereka tenang tenang saja jika tuhan digambarkan berwajah lengkap dengan mata hidung mulut. Mereka jengah tuhan digambarkan segede monster raksasa, kepalanya segede matahari, jari tangannya segede bumi, atau sekecil semut. Di saat lain mereka tenang tenang saja jika tuhan dibayangkan seukuran manusia. Padahal ekor, muka, dan tangan sama sama menjijikkan untuk dianggap tuhan.
Karena itu, Imam Al Ghazali dalam Al Maqshad Al Asna mewanti wanti agar kita umat Islam ahlussunnah tidak sembarang menyematkan sifat kesempurnaan, sebagai kesempurnaan tuhan.
Banyak sifat yang menunjukkan pujian kesempurnaan makluk, jika disematkan kepada tuhan menjadi sebuah penghinaan. Salah satu yang Beliau contohkan adalah sifat "iba, terenyuh, empati, ikut berduka" ketika melihat orang lain sedang menderita.
Bagi manusia, rasa empati, ikut sakit, saat melihat anak kecil diterkam dan dimakan harimau, adalah sifat mulia yang membuktikan adanya kasih sayang. Sedangkan sifat rahman rahim atau kasih sayang yang dimiliki Allah tak boleh dimaknai sebagai perasaan itu.
Kesempurnaan Allah adalah : Dia berbeda sama sekali dari makluknya.
Sumber FB Ustadz : Najih Ibn Abdil Hameed
5 Mei 2021