Puasa Ramadan Itu Menata Hati
Warna hidup manusia itu terbentuk oleh suasana hatinya. Segala gerak-gerik hidupnya adalah gambaran dari suasana hati. Dan karenanya hati adalah penentu hitam-putih, sehat-sakitnya prilaku manusia.
Hakikat inilah yang digambarkan secara sederhana oleh Rasulullah SAW: “Sungguh dalam tubuh manusia itu ada segumpal darah, yang jika baik, baiklah seluruh anggota tubuhnya. Tapi jika rusak, maka rusak pula seluruh anggota tubuhnya. Itulah hati” (HR. Bukhari).
Berbagai kerusakan yang digambarkan oleh Alquran: “Tampak berbagai kerusakan di darat dan di laut karena tangan-tangan manusia”.
Tangan-tangan itu bergerak sesuai arahan motivasi manusia. Dan motivasi atau dorongan itu komandonya ada pada hati manusia.
Di sinilah rahasianya kenapa puasa menjadi sangat relevan dan urgen dalam membentuk karakter.
Ada dua alasan utama:
Pertama, karena puasa adalah bentuk ibadah yang bersentuhan langsung dengan “kata hati” yang paling dalam. Berpuasa itu adalah melakukan sebuah amalan yang benar-benar terbebas dari intervensi pihak ketiga. Interaksi yang terjadi hanya antara pelaku dan Allah SWT.
Maka puasa mengikat hati dengan sang Khalik secara langsung dan mendalam (intimate). Dengan ikatan itu hati menjadi lebih subur dan sehat.
"Puasa adalah bentuk ibadah yang bersentuhan langsung dengan 'kata hati' yang paling dalam."
Kedua, hati itu alaminya bersih dan esensinya kesucian (fitrah). Akan tetapi Allah juga menciptakan satu elemen dalam kehidupan manusia yang sangat diperlukan untuk menjalankan fungsi kekhilafahan (untuk membangun dunia). Tapi di sisi lain jika tidak dikontrol dengan baik akan menjadi pintu kerusakan hidup. Itulah hawa nafsu manusia.
Kerusakan pertama yang akan dilakukan oleh hawa nafsu yang tidak terkontrol adalah merusak kesucian hati manusia itu sendiri. Dan ketika hati telah terkontaminasi maka hati itu tidak lagi mampu memilah-milah mana yang benar dan mana yang salah.
Oleh karena puasa yang esensinya adalah menahan diri dari ganasnya dorongan hawa nafsu menjadi benteng penjagaan hati. Makna puasa sebagai “junnah” (shield) terutama adalah menjaga hati dari najis-najis hawa nafsu.
Jelaslah sudah bahwa puasa adalah wahana terbaik untuk menata hati manusia. Melalui “mujahadah” melawan godaan hawa nafsu buruk, hati merasakan kebersamaan dengan Allah.
Jika kebersamaan itu telah hadir, maka hati menjadi lembut, merasakan ketentraman dengannya (dzikrullah). Menjadi terdorong untuk melakukan kebaikan dan sensitif dengan keburukan-keburukan.
Hati yang kuat dan sehat akan tegar menghadapi tantangan-tantangan dan godaan-godaan hidup. Inilah salah satu makna Sabda baginda: “Ketika Ramadan telah tiba pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan terikat (shuffidat)”
Setan-setan terikat bukan karena tidak mampu menggoda. Melainkan karena manusia yang hatinya merasakan kedekatan itu tidak akan tergoda.
"Hati yang kuat dan sehat akan tegar menghadapi tantangan-tantangan dan godaan-godaan hidup."
Apalagi puasa merupakan ibadah yang nilai ikhlasnya sangat tinggi. Dan keikhlasan ini merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan setan.
Semoga puasa kita dan seluruh amal ibadah kita diterima oleh Allah Ta'ala
Sumber FB Ustadz : Alhabib Quraisy Baharun
25 April 2021