SURGA UNTUK SIAPA?
Oleh: Abdul Wahab Ahmad
Untuk siapakah surga? Surga itu untuk semua manusia. Terlalu sempit surga bila hanya dialokasikan untuk satu agama saja. Terlalu besar kasih Tuhan bila hanya untuk mengasihi satu agama saja. Begitu katanya.
Sayangnya itu semua ucapan orang yang tak punya saham di surga. Saham untuk memastikan dirinya sendiri masuk surga saja tak punya, eh malah mau memasukkan seluruh dunia ke surga. Bagaimana harus kita sebut orang yang berkata seolah dialah pemegang otoritas surga padahal sama sekali bukan? Penipu yang menyamar sebagai pemegang otoritas surga atau calo karcis surga palsu?
Kalau mau tahu soal siapa calon penghuni surga, maka tanyalah pemegang otoritas tunggal atas surga dan seluruh isinya yang tak lain adalah Tuhan Yang Maha Esa. Bila anda Islam, maka infonya tak ada lain kecuali dalam al-Qur’an. Bila anda non-muslim, maka infonya bisa dicari di kitab suci masing-masing. Lakum dinukum waliya din.
Bila ingin mencari siapa yang paling benar, maka dialog teologi adalah solusinya. Tuhan itu ghaib, Ia di luar jangkauan indera, tapi Ia masih dalam jangkauan nalar yang tajam. Bahasa kitab suci memang eksklusif untuk penganutnya masing-masing, tapi bahasa nalar adalah universal.
Semua konsep agama tentang Tuhan dapat diuji dan didiskusikan. Di ruang diskusi akan kelihatan mana yang konsep ketuhanannya unggul dan mana yang hanya modal yakin dan modal "pokoknya" saja. Sejak dulu para ulama ahli kalam berada dalam garda terdepan dalam medan diskusi antar iman. Merekalah para penjaga benteng agama dari serangan luar.
Tapi tak semua orang layak terlibat dalam diskusi ketuhanan untuk menentukan siapa pemilik surga sejati. Mereka yang tak layak antara lain:
1. Orang-orang yang menutup diri dari diskusi sebab takut keyakinan pribadinya goyah.
2. Orang yang kemampuan nalarnya belum terasah secara akademis juga tak berhak ikut berdiskusi, meskipun banyak yang "merasa sudah pintar" karena sudah mikir sendiri ke sana ke mari tetapi tanpa ilmu yang memadai.
3. Orang yang hanya modal yakin dan modal pokoknya. Ini tipe orang tak bisa dan tak mau berdiskusi.
Pluralis yang menyatakan bahwa semua orang bisa masuk surga sebenarnya hanya orang yang putis asa; Putus asa karena tak mampu menilai mana pihak yang unggul, putus asa karena tak mampu berdiskusi dengan terbuka soal topik ketuhanan yang sangat sensitif, putus asa karena tak mampu memberikan resep kedamaian dalam ajang dialog antar agama, putus asa karena hidup dalam keragu-raguan sehingga tak mampu untuk memilih satu keyakinan yang baginya mutlak.
Pluralis tak lebih dari sekedar orang yang memberi ruang bagi ketiga jenis orang yang tak layak berdiskusi di atas. Di ruang itulah, dia ingin membuat semua golongan merasa jinak. Di ruang kelemahan itu jangan sampai ada yang bersemangat untuk menunjukkan keunggulan agamanya sebab pluralis putus asa terhadap orang semacam itu. Dia takut orang itu akan membawa bencana, padahal belum tentu. Dia takut klaim kebenaran akan merusak perdamaian, padahal belum tentu. Dia terlalu pengecut untuk melihat diskusi sehat soal teologi, akhirnya dia mencitrakan diskusi semacam itu sebagai hantu agar orang lain ikut takut. Di ruang kelemahan dan kejinakan buatan para pluralis itu, semua penakut yang tak mampu berpikir dan berdialog terbuka dengan cara damai telah bergabung dan merasa aman.
Sumber FB : Abdul Wahab Ahmad
Kajian· 29 Desember 2018 ·