Perlawanan Jurus Mabuk
Tiiga status terakhir saya sebelum ini membahas akidah tajsim Syaikh Utsman ad-Darimy berdasarkan berbagai pernyataan faktual yang tertulis di kitabnya sendiri dan bisa dibaca siapa pun. Seperti diduga, banyak yang meradang dan tidak terima dengan vonis mujassim yang saya berikan sebab dia adalah salah satu rujukan salafi modern a.k.a wahabi.
Mereka yang meradang itu lalu membuat rangkaian pembelaan terhadapnya sambil menyelipkan olok-olok pada saya, baik secara terang-terangan atau sindiran. Meski seolah merasa tahu banyak hal, hingga kini TAK ADA SATU PUN dari mereka yang membahas data yang menjadi alasan kenapa saya memvonisnya mujassim? Bagaimana ucapan-ucapan ad-Darimy yang jelas sesat dan menyesatkan, sama sekali tidak mereka bahas. Semua kompak pura-pura lupa dan seolah tidak bisa membaca kitabnya ad-Darimy sendiri sehingga berputar ke mana-mana untuk merujuk kitab-kitab sekunder. Data primer diabaikan, data sekunder malah dijajakan.
Yang mereka lakukan hanya menulis keutamaan-keutamaan ad-Darimy yang begini dan begitu. Padahal saya sama sekali tak menafikan keutamaannya dalam banyak hal di luar akidah, saya hanya bilang dia mujassim. Sama seperti Muqatil bin Sulaiman yang kita tahu adalah orang alim pakar tafsir, tapi mujassim. Menyebut mujassim bukan berarti tidak mengakui keutamaannya di bidang lain. Andai misalnya saya bilang bahwa ad-Darimy bodoh dalam bidang hadis dan fikih, maka sepantasnya saya dibantah dengan data yang membuktikan dia alim dalam bidang hadis dan fikih. Tetapi ketika saya bilang dia berakidah mujassim, tentu tidak nyambung bila dibantah dengan data semacam itu. Tinggal bahas saja data yang menjadi pijakan saya lalu bantah, harusnya itu yang dilakukan kritikus cerdas.
Karena tampaknya saya berhadapan dengan orang-orang yang susah paham logika sederhana, maka saya beri analogi yang mudah dipahami. Ketika misalnya saya bilang Fulan kentutnya bau, maka bila anda tak terima jangan melawannya dengan pernyataan bahwa Fulan tersebut ganteng, dermawan, ramah dan suka menabung. Gak nyambung, bung.
Merendahkan saya sebagai orang bodoh atau bagai burung mematuk gunung juga takkan menyelesaikan masalah. Bahkan mau saya gila sekalipun, selama perkataan ad-Darimy mengarah jelas ke arah tajsim, maka dia tetap mujassim kecuali bisa dibuktikan bahwa perkataan tersebut tidak valid darinya. Kadang saya heran kenapa tetiba mereka bergaya seolah pengikut sejati para imam dan tidak pernah bicara pedas padahal kita tahu siapa yang biasa meremehkan pemdapat empat imam mazhab yang "tidak makshum" itu, dan bagaimana vonis mereka pada Imamul Haramain, Al-Ghazali, ar-Razi dan banyak lainnya.
Kalau mau, anda bisa melihat bantahan mereka yang memakai jurus mabuk itu di link-link yang dikirim ke kolom komentar tiga status sebelumnya dan mungkin di komentar status ini. Lihatlah sendiri ketika mereka menghantam ke kanan saat saya berada di kiri lalu menyerang ke kiri saat saya ada di kanan. Selain melatih pola pikir kritis, anggap saja ini hiburan gratis.
Sumber FB : Abdul Wahab Ahmad
Kajian · 27 Februari 2021 pada 02.48 ·