Sederhanakan Saja
Saudaraku. Kita sudah sepakat bahwa dunia tidak boleh menempel di hati. Dalam hal ini, mungkin ada sebagian yang amat suka kalau contohnya mobil. Karena dikatakan mobil yang hanya kaleng, dan banyaknya juga mencicil dan nebeng. Padahal, maksudnya tidak apa-apa jika tidak punya Bukan setiap kali melihat ada tetangga yang membawa mobil lalu berbisik, "Ah, cicilan!"
Misalnya motor. Motor sama dengan mobil. Sama sama tidak boleh lengket di hati. Dengan adanya motor, jangan membuat diri merasa hebat dibanding yang naik angkot atau berjalan kaki. Semuanya sama-sama karunia dari Allah. Dunia hanyalah pelayan dan tempat kita mampir. Yang penting selama mampir kita diridai Allah.
Jadi, biasa saja terhadap motor. Seperti, pertama, tidak perlu menyiksa diri dengan menostalgiai motor. Misalnya, "Motor ini jasanya tak terhitung, saya mencicilnya juga bertahun-tahun sejak gaji pertama" Jangan menyiksa diri. Kalau memang tidak dipakai dan daripada mengurusnya kerepotan, lebih baik dilepas saja. Pergunakan uangnya untuk yang lebih bermanfaat di jalan Allah.
Atau, misalkan ada waktunya motor diambil oleh Allah. Seperti saat ada saudara yang sakit atau usaha kita tiba-tiba bangkrut, dan motor harus dijual. Maka juallah! Segala sesuatu ada waktunya. Tidak perlu melankolis, "Tapi ini sejarahnya"Karena sejarahnya berhenti sampai di sini. Atau, "Tapi belinya dulu 14 juta, masa dijual 8 juta?" Dijual 14 juta juga tidak ada yang mau membeli. Jual saja, nanti rezeki pasti ada lagi. Jangan mengotori hati. Waktu lahir dulu kita juga tidak membawa motor.
Lalu, yang kedua, jika Allah mengambil sesuatu yang dititipkan pada kita, ingatlah pahala yang diberi dan gugurnya dosa kita atas itu. Digugurkannya dosa dan diberi pahala jauh lebih berarti daripada apa yang hilang. Misalnya motor kita tabrakan atau ditabrak orang Maka jangan sibuk emosi memeriksa bagian motor yang penyok. Tapi seharusnya periksa hati atau diri kita sendiri
Seperti, "Ya Allah, selama ada motor ini berapa banyak dosa yang telah saya perbuat, Seharusnya kalau yang dibonceng bukan sesama lelaki, Karena ada hitungannya di sisi Allah. Allah mengetahui, misalnya mengapa motornya digas atau tiba-tiba direm.
Ini serius, saudaraku. Allah Mahatahu semua siasat, strategi, dan setiap isi pikiran kita. Tidak ada satu pun yang terlepas dari pengetahuan Allah. Makanya kalau suatu saat motor tabrakan maupun hilang, ingatlah dosa kita Ampunan Allah jauh lebih berharga daripada motornya. Dibanding sibuk ingin motor kembali, lebih baik sibuk berharap kepada Allah agar dosa kita digugurkan.
Tentunya bukan hanya urusan dengan motor yang harus disederhanakan. Termasuk juga seperti jaket dan sepatu. Kalau misalkan datang waktunya harus dijual, juallah. Atau, coba kita buka lemari, lalu periksa hati, "Untuk apa saja yang disimpan di sana?" Kalau ada jaket, baju, sarung maupun mukena yang jarang dipakai, lebih baik disedekahkan.
Tidak perlu bernostalgia, "Yang ini kenang kenangan, ini pemberian, ini dari luar negeri, ini warnanya cocok dengan ini, ini selendang biru" Kalau terus saja begitu tidak jadi disedekahkan. Bisa saja Allah mendatangkan tikus untuk menggerogotinya. Kehendak Allah kalau ada tikus menggerogoti baju atau sepatu kita. Misalnya kaos kaki saudara digigit tikus, mungkin karena kaki jarang ke masjid. Sedangkan tikus tidak mengerti apa-apa.
Ayo, saudaraku. Jangan dibikin berat. Sederhanakan saja urusan kita, baik dengan motor jaket, sepatu hingga kaos kaki. Mari kita mulai supaya dunia ini tidak menempel di hati. Contoh lain, kalau ada yang meminjam kopiah atau pulpen kita, lalu dia kelihatannya suka dan tidak mengembalikan, halalkan saja buat dia. Beres dan sederhana urusannya.
Termasuk jika ada yang berutang pada kita. Tidak dikembalikan, apalagi kelihatan dia sudah susah, maka halalkan saja. Mungkin ada yang merasa berat, Meski kita pikirkan, dia juga tidak punya untuk membayarnya. "Tapi siapa tahu tahun depan dia bisa membayar."Ya siapa tahu juga bulan depan dia sudah meninggal. Kalau kita masih sanggup, halalkan!
Sederhanakan saja. Untuk apa sakit hati dengan orang yang tidak membayar utang pada kita? Kita sendiri masih bisa makan, minum, dan berpakaian. Lebih baik mensyukuri makanan yang ada di depan kita daripada memikirkan uang yang di luar. Walaupun dia menipu juga tidak apa-apa. Sudah ada urusannya sendiri dengan Allah. Apalagi kalau misalnya yang menipu sudah jelas kabur entah ke mana, harusnya makin jelas untuk tidak memikirkannya.
Ayo, saudaraku. Jangan membuat dunia menempel di hati, apa pun itu. Sederhanakan saja. Tidak usah sibuk repot, berat memikirkan maupun bernostalgia. Untuk apa? Lagi pula belum tentu umur kita panjang, sedangkan kita dunia ini juga hanya mampir sebentar.
Sumber : Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah jilid 2
Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar
Favorit · 14 Februari 2021 pada 16.30 ·