RENUNGAN....
Mengapa banyak alumni atau jebolan pondok pesantren yang kurang bisa berperan aktif menyebarkan ilmu di masyarakat? Bahkan ada yang alim semasa di pesantren atau pakar kitab dan bahtsul masail, tetapi di rumah dia kurang bisa meng-aplikasikan ilmu yang dia dapat. Yang terjadi, banyak alumni yang lupa dengan ilmunya dan kitab-kitab yang pernah dibeli hanya jadi pajangan di lemari. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Apa problemnya?
Bisa anda bayangkan, andai semua alumni pondok pesantren yang jumlahnya ribuan setiap tahunnya atau paling tidak mayoritasnya ikut andil menyebarkan ilmu, mengajar al-Qur'an anak-anak di desa, mengisi pengajian² yasinan ibu² dan bapak², ngajar madrasah diniyah, ikut ngajar di pesantren-pesantren, atau yang lain, mungkin masyarakat Indonesia sudah tidak istilah kaum abangan.
Tapi mengapa itu tidak terjadi?
Bahkan ada daerah yang tokoh agamanya bukan dari kalangan ahli agama. Sementara yang alumni pesantren enggan diajak ngurusi dakwah masyarakat. Kok bisa?! Apakah faktor ekonomi? Atau karena apa?
Dari pengamatan saya, alumni yang ketika dirumah masih mikir dakwah dan ngajar ilmu adalah yang kebetulan bapak dia seorang kyai yang punya pesantren atau madrasah, atau jadi mantu kyai yang punya lembaga pendidikan agama, atau memang dia mampu mendirikan lembaga pendidikan, baik pesantren, madrasah, atau lembaga lain. Tapi jumlahnya tidak sebanding dengan yang "nganggur" tidak aktif menyebarkan ilmu.
Memang manfaat dan berkahnya ilmu tidak diukur harus jadi kyai, ustadz, atau penceramah. Jadi ustadz untuk keluarga sendiri saja sudah cukup. Tapi bukankah masyarakat juga menunggu faidah ilmu yang telah dipelajari para santri dari pesantren? Bagaimana mau merubah negara dan masyarakat menjadi lebih Islami jika alumni pesantren tidak aktif mengisi setiap lini dakwah sosial kemasyarakatan?
Jadi apa solusinya? Entahlah, tentu setiap orang punya pendapat masing-masing. Dibawah ini mungkin bisa jadi solusi-nya [versi saya]:
1. Membentuk ikatan alumni se-almamater atau alumni antar pesantren di daerahnya untuk mengkaji suatu kitab, khususnya kitab fikih dan tasawuf. Beberapa alumni pesantren sudah ada yang melakukannya.
2. Aktif mengikuti kajian-kajian agama. Bahkan jika bisa ikut menginisiasi pengajian-pengajian agama di daerah-daerah dan mendanai da'i-da'i ke daerah² pelosok jika sekira dia ada dana lebih.
3. Aktif dakwah sosial, membatu anak-anak yatim, mendirikan pesantren rehabilitasi bagi pecandu narkoba, dakwah di kalangan remaja, dan dakwah-dakwah lain dengan melihat kemampuan diri masing-masing.
4. Mendirikan lembaga sosial untuk membantu anak-anak kurang mampu agar bisa masuk ke lembaga-lembaga agama atau pesantren.
5. Menulis buku-buku agama yang dibutuhkan masyarakat, dakwah melalui media sosial, aktif mengikuti diskusi-diskusi agama di WAG dan lain-lain.
6. Atau hal lain yang positif dan bermanfaat untuk umat.
Sumber FB : Hidayat Nur
Kajian · 8 Februari 2021 pada 12.33 ·