Menangkap Pesan Al-Quran
Susahnya menangkap pesan Al-Quran karena kita tidak hidup di zaman turunnya Al-Quran. Kita agak terlambat lahir sekitar 14 abad. Juga salah lokasi, agak mencleng 9.000-an km dari Mekkah dan Madinah.
Seandainya kita lahir di zaman pas Al-Quran lagi diturunkan, lokasinya di Mekkah atau Madinah, pasti ceritanya jadi lain.
Pesan-pesan yang teramat halus yang terkandung dalam tiap kata di berbagai ayat pasti bisa kita tangkap dengan mudah.
Sebab kita bukan sekedar menguasai bahasanya, tapi juga idiom yang biasa digunakan.
Misalnya ayat berikut ini bicara tentang larangan membelenggu tangan ke leher. Apa maksudnya?
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. (QS. Al-Isra' : 29)
Kita tahu tangan, belenggu dan leher. Tapi larangan membelenggu tangan ke leher itu maksudnya bagaimana?
Ternyata itu idiom, bukan secara fisik betulan. Idiom untuk orang yang pelit dan kikir.
Begitu juga dengan mengulurkan tangan, ternyata maknanya jadi bermurah hati suka memberi.
Jadi ayat ini meminta kita berlaku yang sedang dan pertengahan. Jangan terlalu pelit tapi juga jangan terlalu boros.
Ternyata idiom terdapat banyak sekali dalam Al-Quran. Dan meski kita bisa bahasa Arah, tapi bisanya kita cuma sekedar bisa. Tidak sampai yang paham banget. Sehingga banyak idiom yang kita kurang paham.
Makanya tafsir dari Nabi, shahabat dan tabi'in itu penting sekali kita baca. Sebab kepada mereka itulah Al-Quran diturunkan dengan bahasa yang hanya mereka saja yang memahami.
Kita meski paham bahasa Arab, belum tentu kita kita mengerti maksudnya. Karena Al-Quran punya kosa kata dan bahasa ungkapan yang begitu luas.
Maka kalau mau tahu apa maksud dari kalimat yang Allah SWT katakan, tanya kepada yang punya bahasa, yaitu penutur bahasa aslinya.
Sumber FB : Ahmad Sarwat
25 Januari 2021 pada 14.16 ·