Dengan menelaah makna Allah Al-Muqit tersebut, ada sejumlah keutamaan yang dapat kita teladani dari asma' Allah yang satu ini, Satu di antaranya adalah memberikan santapan atau makanan kepada orang yang membutuhkan, semisal fakir miskin atau orang yang tengah kelaparan, bisa juga jamuan terhadap tamu dan makanan untuk orang yang hendak berbuka puasa
Dalam tafsirnya, Ibnu Ajibah Al Husaini mengatakan bahwa salah satu bentuk peneladanan terhadap Al-Muqit adalah "Engkau memberikan santapan kepada yang berhak menerimanya dari tanganmu. Dan, hal itu dapat dimulai dari dirimu sendiri, lalu orang yang berada dalam tanggunganmu, yaitu keluarga atau sanak saudara" Tentu saja, yang namanya santapan atau makanan di sini bukan sekadar makanan fisik yang menjadikan lapar kita hilang, tetapi juga makanan atau minuman ruhani yang membuat hati kita tidak kelaparan dan kering kerontang Intinya, dengan meneladani Allah Al-Muqit, kita menjadi orang
yang gemar berbagi, entah makanan, minuman, ilmu, atau apapun yang membuat saudara kita menjadi bahagia. Dan, inilah kunci kesuksesan yang sesungguhnya, yaitu ketika kita bisa menjadi manfaat bagi orang lain, meringankan bebannya, menutupi kekurangannya, meski keadaan kita pun sederhana saja. Bukankah kita disebut sukses ketika mendapat rezeki, kita berbagi demi membantu orang lain agar dia pun mendapat rezeki? Ketika kita berilmu, kemudian kita berbagi agar orang lain pun memahami ilmu
Oleh karena itu, Rasulullah bersabda, "Siapa menghilangkan kesulitan dari seorang muslim dari kesulitan kesulitan dunia, niscaya Allah akan mengulangkan darinya kesulitan kesulitan pada Hari Kiamat. Allah akan selalu menolong seseorang selama dia menolong orang lain." (HR Muslim, Ahmad, At Tirmidzi)
Saudaraku, kesuksesan kita bukan diukur dari banyaknya pujian orang lain. Andaikata ada seseorang yang merasa sukses padahal baru dirinya sendirian yang sukses, dia sebenarnya belum sukses. Maka dari itu, tingkatkanlah kemampuan agar semakin banyak orang yang bisa kita bantu. Adapun caranya, cobalah kita buat pemetaan.
Pertama, mulailah dari keluarga dan kerabat dekat. Perhatikan siapa saja yang perlu dibantu. Siapa di antara mereka yang sekolahnya tidak lancar. Siapa yang kesulitan membayar sewa rumah Siapa yang memerlukan pekerjaan. Siapa yang tidak bisa makan dengan layak
Kedua, lakukan hal yang sama pada tetangga Amatilah siapa di antara mereka yang perlu dibantu Siapa yang perlu biaya kuliah Siapa yang sudah jompo namun keluarganya tidak mampu merawatnya Siapa yang membutuhkan pekerjaan. Siapa yang tidak bisa makan karena sudah tidak punya beras dan uang. Jangan sampai kita sekali makan ratusan ribu. punya mobil seharga ratusan juta, tapi ada saudara atau tetangga kita yang tak bisa makan, tak bisa membayar uang sekolah, apalagi membeli rumah
Ketiga, hal yang tidak kalah penting juga untuk memperhatikan lingkungan kerja kita. Jangan sampai kita menggunakan aksesoris mahal, akan tetapi teman atau karyawan kita penghasilannya seret. Dukunglah mereka untuk memiliki kualitas diri yang lebih baik lagi
Membantu di sini pun sebaiknya membantu dengan cara memberdayakan. Kita ingin memberi makan seseorang, jika hanya diberi ikan sekali, itu bisa langsung habis. Namun, jika diberi alat pancing sedangkan dia tidak tahu cara memancing, apa yang kita berikan boleh Jadi tidak ada manfaatnya. Maka, selain memberinya ikan dan alat pancing, berilah ilmu agar dia bisa memancing sehingga dia pun mampu mendapatkan ikan secara mandiri
Alangkah baiknya jika bantuan yang kita beri adalah bantuan yang bermanfaat secara berkesinambungan agar yang dibantu makin meningkat kemampuannya Misalnya dengan dikursuskan dan dimagangkan. Atau, kalau kita berinvestasi, sebaiknya dengan bagi hasil. Walau keuntungannya tak begitu banyak, tapi kita bisa menolong banyak orang mendapatkan pekerjaan
Kita sering merasa bahwa rezeki itu apa yang kita dapatkan padahal menolong orang lain juga rezeki Misalnya saat berbelanja belilah kepada pedagang yang paling sederhana dan tak usah menawarnya jika memiliki kelebihan uang Rasulullah bukan hanya tidak menawar, bahkan menambahinya.
Dengan meneladani Allah Al Mugir, semoga kita menjadi manusia yang senantiasa bersemangat membantu sesama tanpa pamrih Semata mata hanya mengharap ridha Allah Bukan hanya bantuan yang konsumtif, tetapi juga dengan bantuan yang memberdayakan.
Sumber : Buku Asmaul Husna Agar Hidup Penuh Makna Jilid 2
Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar
8 Februari 2021 pukul 07.00 ·