Di suatu kesempatan menyatakan, bahwa mazhab fiqh yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) adalah sesat. Kalau belajar fiqh langsung ke Qur’an dan hadis saja, tidak boleh bermazhab. Mazhab itu merupakan perkara bidah dalam Islam. Bermazhab itu akan menyebabkan ta’ashub (fanatisme buta). Sampai-sampai sebagian orang yang berusaha ikut salah satu mazhab tersebut, disesatkan dan ditahdzir (secara zalim).
Tapi, lucunya, di kesempatan lain menyampaikan berbagai pernyataan dan melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya. Misalnya, menyatakan bahwa masalah ini dan itu telah disepakati oleh empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) akan keharamannnya. Atau menyatakan bahwa dalam mazhab Syafi’i, perkara itu tidak diperbolehkan. Atau menyatakan, bahwa menurut mazhab Hanafi perkara itu hukumnya demikian dan demikian. Katanya mazhab fiqh yang empat sesat, tapi perpustakaannya berisi kitab-kitab fiqh mazhab yang empat. kalau membahas masalah fiqh, juga merujuk (baca : numpang) kepada kitab-kitab fiqh mereka.
Ini gimana tho, mas ?! Kok bisa beda gitu ? Ini namanya inkonsisten (tidak konsisten) alias plin plan. Saat tidak menguntungkan, disesatkan, tapi saat menguntungkan, dipakai dan dipuji-puji. Model seperti ini sebagaimana halnya politikus. Di suatu kesempatan bilang A, di kesempatan lain bilang B. Intinya, mana yang menguntungkan. Tidak peduli lagi, mau salah atau benar, mau melanggar prinsip atau tidak, yang penting tujuan tercapai.
Oleh karenanya, jika kalian ingin mengetahui benar salahnya suatu pemahaman, maka ujilah konsistensinya. Jika tidak konsisten, hampir bisa dipastikan bahwa pemahaman itu salah. Selamat mencoba dan jangan lupa ngopi pagi. (Abdullah Al-Jirani – pembelajar mazhab Imam Asy-Syafi’i)
#fiqhmazhab #mazhabyangempat #mazhabsyafii #mazhabsyafiiisthebest
Sumber FB : Abdullah Al Jirani
20 Januari 2021 pada 07.27 ·