Al-Wahhâb, Allah Yang Mahapemberi
"Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan sesudah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Mahapemberi" (QS. li 'Imrân [3]: 8)
Al-Wahhab, Allah Yang Mahapemberi. Maknanya, Allah yang memberi beragam karunia, yang melimpah ruah dan terus menerus. Tidak ada yang mampu memberi seperti itu, kecuali Yang Mahamemiliki segalanya. Dan setelah diberikan, la tidak lantas menjadi kekurangan.
Sebenarnya Allah telah memberikan karunia kepada kita sejak sperma dan sel telur bertemu. Ketika di rahim ibu terjadi pembelahan sel secara sistematis. Di tempat yang kecil dan tersembunyi tersebut, sel demi sel berubah hingga akhirnya kita dilahirkan. Siapakah yang mengurus selama proses itu? Yang Mahapemberi Dokter pun tidak tahu bagaimana pembelahan sel di rahim berlangsung. Ibarat pembangunan sebuah masjid. Kita dapat membayangkan, bisakah dari sebuah batu bata membelah dirinya sendiri menjadi pondasi, tembok, atap sampai menjadi masjid? Tanpa ada perencanaan pembangunan, serta kita yang membangunnya.
Ketika dilahirkan, kita diberi-Nya hidayah insting dan juga indera. Saat lahir kita langsung menangis. Kemudian bisa memperoleh ASI hingga badan kita gemuk Bisa memanggil, "Mak, ibu, mama!" dan sebagainya. Apakah dokter atau bidan yang membantu persalinan yang mengatur semua ini? Tidak, melainkan al-Wahhab.
Pada sebagian kita ada yang tidak mendapatkan ASI, dan minum susu sapi. Namun kenapa tidak ada efek ke sapi-an padanya. Dari cara bicaranya sampai persoalan genetik, DNA, kromosom, dan sebagainya. Kasih sayang antara ibu dan anak tetap terjadi, dan bukan antara kita dan induk sapi
Lalu, kita diberi-Nya pula hidayah akal, dan Islam. Dia lah yang mendesain otak kita sedemikian rupa Dia yang memberi kemampuan pada kita untuk bersyahadat. Dia yang memampukan kita beribadah dan belajar agama.
Jadi, diantara karunia yang kita nantikan adalah turunnya rahmat Allah Swt. Dan, semua rahmat inilah yang tertangkap oleh indera, dan tembus sampai di lubuk hati kita yang paling dalam. Seorang yang mendapat rahmat yang melimpah, seandai di penjara sesempit apapun, hatinya tetap lapang. Punya atau tidak punya uang, hatinya tetap kaya. Dan bagaimana pun ia dihina, dia tetap mulia. Kita tidak akan selamat hanya dengan mengandalkan amal, tetapi keselamatan kita ditentukan oleh rahmat dan karunia-Nya, yang diberikan oleh al Wahhab.
Buku Ikhtiar Meraih Ridha Allah jilid 2
Sumber FB : KH. Abdullah Gymnastiar
Favorit · 12 Februari 2021 pada 16.30 ·