Haruskah Taqlid Kepada Satu Madzhab?

Haruskah Taqlid Kepada Satu Madzhab?

๐—›๐—”๐—ฅ๐—จ๐—ฆ๐—ž๐—”๐—› ๐—ง๐—”๐—ค๐—Ÿ๐—œ๐—— ๐—ž๐—˜๐—ฃ๐—”๐——๐—” ๐—ฆ๐—”๐—ง๐—จ ๐— ๐—”๐——๐—ญ๐—›๐—”๐—• ?

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

Pengertian taqlid kepada madzhab adalah perbuatan orang awam yang berpegang hanya kepada pendapat satu madzhab saja, dalam keadaan ia tidak mengetahui akan dalil-dalilnya.[1] Tentang hal ini para ulama berbeda pendapat, ada yang mewajibkan namun mayoritas ulama tidak mewajibkan.

๐Ÿญ. ๐—ฌ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ฒ๐˜„๐—ฎ๐—ท๐—ถ๐—ฏ๐—ธ๐—ฎ๐—ป

Sebagian ulama berpendapat wajib hukumnya untuk bertaqlid kepada madzhab fiqih yang ada bagi orang awam, dan tidak boleh baginya untuk memilah dan memilih pendapat yang ada.[2]

Al imam Nawawi rahimahullah berkata :

ูˆุงู„ุซุงู†ูŠ ‌ูŠู„ุฒู…ู‡ ูˆุจู‡ ู‚ุทุน ุฃุจูˆ ุงู„ุญุณู† ุฅู„ูƒูŠุง ูˆู‡ูˆ ุฌุงุฑ ููŠ ูƒู„ ู…ู† ู„ู… ูŠุจู„ุบ ุฑุชุจุฉ ุงู„ุงุฌุชู‡ุงุฏ ู…ู† ุงู„ูู‚ู‡ุงุก ูˆุฃุตุญุงุจ ุณุงุฆุฑ ุงู„ุนู„ูˆู…: ูˆูˆุฌู‡ู‡ ุฃู†ู‡ ู„ูˆ ุฌุงุฒ ุงุชุจุงุน ุฃูŠ ู…ุฐู‡ุจ ุดุงุก ู„ุง ูุถู‰ ุฅู„ู‰ ุฃู† ูŠู„ุชู‚ุท ุฑุฎุต ‌ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ู…ุชุจุนุง ู‡ูˆุงู‡ ูˆูŠุชุฎูŠุฑ ุจูŠู† ุงู„ุชุญู„ูŠู„ ูˆุงู„ุชุญุฑูŠู… ูˆุงู„ูˆุฌูˆุจ ูˆุงู„ุฌูˆุงุฒ ูˆุฐู„ูƒ ูŠุคุฏูŠ ุฅู„ู‰ ุงู†ุญู„ุงู„ ุฑุจู‚ุฉ ุงู„ุชูƒู„ูŠู 

"Pendapat lainnya menyatakan bahwa orang awam wajib memilih satu madzhab, dan ini adalah pendapat yang dipastikan dipegang oleh Abu Hasan al Kiya. Pendapat ini berlaku untuk semua orang yang belum mencapai tingkat ijtihad, baik dalam ilmu fiqih maupun ilmu-ilmu lainnya. 

Pendapat ini didasarkan pada argumen bahwa jika seseorang diperbolehkan mengikuti madzhab mana pun yang ia kehendaki, maka hal itu akan menyebabkan ia memilih keringanan dari berbagai madzhab sesuai dengan hawa nafsunya. Ia bisa memilih antara halal dan haram, wajib dan mubah, dan hal ini akan mengakibatkan hilangnya tanggung jawab dalam menjalankan kewajiban agama.

ุจุฎู„ุงู ุงู„ุนุตุฑ ุงู„ุฃูˆู„ ูุฅู†ู‡ ู„ู… ุชูƒู† ‌ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ุงู„ูˆุงููŠุฉ ุจุฃุญูƒุงู… ุงู„ุญูˆุงุฏุซ ู…ู‡ุฐุจุฉ ูˆุนุฑูุช: ูุนู„ู‰ ู‡ุฐุง ‌ูŠู„ุฒู…ู‡ ุฃู† ูŠุฌุชู‡ุฏ ููŠ ุงุฎุชูŠุงุฑ ู…ุฐู‡ุจ ูŠู‚ู„ุฏู‡ ุนู„ู‰ ุงู„ุชุนูŠูŠู†

Hal ini tentu berbeda dengan zaman dahulu, di mana madzhab-madzhab yang mencakup hukum-hukum belum terstruktur dan juga belum dikenal dengan baik. Oleh karena itu, (menurut pendapat pertama ini) wajib bagi orang awam untuk memilih salah satu madzhab yang akan ia ikuti secara pasti.”[3]

Syaikh al Bujairami rahimahullah berkata :

‌ูƒู„ ‌ู…ู† ‌ุงู„ุฃุฆู…ุฉ ‌ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ ‌ุนู„ู‰ ‌ุงู„ุตูˆุงุจ ‌ูˆูŠุฌุจ ‌ุชู‚ู„ูŠุฏ ‌ูˆุงุญุฏ ‌ู…ู†ู‡ู…، ูˆู…ู† ู‚ู„ุฏ ูˆุงุญุฏุง ู…ู†ู‡ู… ุฎุฑุฌ ุนู† ุนู‡ุฏุฉ ุงู„ุชูƒู„ูŠู، ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู…ู‚ู„ุฏ ุงุนุชู‚ุงุฏ ุฃุฑุฌุญูŠุฉ ู…ุฐู‡ุจู‡ ุฃูˆ ู…ุณุงูˆุงุชู‡، ูˆู„ุง ูŠุฌูˆุฒ ุชู‚ู„ูŠุฏ ุบูŠุฑู‡ู… ููŠ ุฅูุชุงุก ุฃูˆ ู‚ุถุงุก.

“Semua imam dari empat madzhab berada di atas kebenaran, dan wajib bertaqlid kepada salah satu dari mereka. Barangsiapa yang bertaqlid kepada salah satu dari mereka, maka ia telah memenuhi kewajiban dalam tanggung jawab agama. Orang yang bertaqlid harus meyakini keunggulan madzhabnya atau kesetaraannya dengan madzhab lainnya, dan tidak boleh bertaqlid kepada selain mereka dalam fatwa atau hukum.”[4]

๐Ÿฎ. ๐—ฌ๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—ง๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐˜„๐—ฎ๐—ท๐—ถ๐—ฏ๐—ธ๐—ฎ๐—ป

Sedangkan sebagian ulama yang lain berpendapat tidak ada kewajiban untuk bertaqlid dengan madzhab yang ada. Bagi orang awam boleh mengikuti pendapat yang ada dari setiap madzhab atau di luar madzhab dengan syarat (1) tidak  menyelisihi ijma’ ulama, bukan untuk mencari-cari yang mudah dari setiap pendapat madzhab, dan (3) jika itu bukan pendapat dari madzhab, meyakini keulamaan orang yang ditaqlidi.

Al imam Ibnu Hajar al Haitami rahimahullah berkata :

ูุงู…ุชู†ุน ุฃู† ูŠุดุชุฑุท ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุชุฒุงู… ู…ุฐู‡ุจ ู…ู† ‌ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ‌ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ ู„ุฃู† ููŠู‡ ู…ู†ุนุง ู„ู‡ ู…ู…ุง ูŠุฌูˆุฒ ุชู‚ู„ูŠุฏู‡ ูˆู„ู… ูŠู…ุชู†ุน ุฃู† ูŠุดุชุฑุท ุนู„ูŠู‡ ุงู„ุชุฒุงู… ุงู„ุฑุงุฌุญ ู…ู† ู…ุฐู‡ุจู‡

“Maka tidak diperbolehkan mewajibkan seseorang untuk mengikuti salah satu madzhab tertentu dari empat madzhab, karena hal itu akan menghalanginya dari sesuatu yang boleh untuk ia ikuti (bertaqlid kepadanya). Namun, tidak dilarang untuk mensyaratkan kepadanya untuk mengikuti pendapat yang lebih kuat dari madzhabnya sendiri, karena tidak diperbolehkan untuk bertaqlid kepada pendapat yang lemah dalam madzhabnya.”[5]

Al imam al Qarafi rahimahullah berkata :

ูŠุฌูˆุฒ ‌ุชู‚ู„ูŠุฏ ‌ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ููŠ ุงู„ู†ูˆุงุฒู„ ูˆุงู„ุงู†ุชู‚ุงู„ ู…ู† ู…ุฐู‡ุจ ุงู„ู‰ ู…ุฐู‡ุจ ุจุซู„ุงุซุฉ ุดุฑูˆุท ุฃู„ุง ูŠุฌู…ุน ุจูŠู†ู‡ุง ุนู„ู‰ ูˆุฌู‡ ูŠุฎุงู„ู ุงู„ุฅุฌู…ุงุน ...ูˆุฃู† ูŠุนุชู‚ุฏ ููŠู…ู† ูŠู‚ู„ุฏู‡ ุงู„ูุถู„ ุจูˆุตูˆู„ ุฃุฎุจุงุฑู‡ ุฅู„ูŠู‡ ูˆู„ุง ูŠู‚ู„ุฏู‡ ุฑู…ูŠุง ููŠ ุนู…ุงูŠุฉ ูˆุฃู„ุง ูŠุชุชุจุน ุฑุฎุต ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ

"Diperbolehkan bertaqlid kepada madzhab dalam masalah-masalah baru (nawazil) dan berpindah dari satu madzhab ke madzhab lain dengan tiga syarat: Pertama, tidak boleh menggabungkan antara pendapat-pendapat tersebut dengan cara yang bertentangan dengan ijma'. 

Kedua, harus meyakini keutamaan ulama yang ia taqlidi dengan sampai kepadanya berita-berita yang sahih, serta tidak bertaklid secara membabi buta. Ketiga, tidak boleh mengikuti keringanan-keringanan dari berbagai madzhab."[6]

Pendapat kedua ini yang cenderung dipilih oleh mayoritas ulama termasuk yang dirajihkan oleh al imam Nawawi rahimahullah.[7]

Namun juga harus diingat, meskipun mengikuti satu madzhab itu bukan perkara yang diwajibkan, akan tetapi taqlid kepada pendapat madzhab adalah perkara yang lebih baik dibandingkan taqlid kepada selainnya. Berkata Syaikh Hammad bin Nashir al Hanbali rahimahullah :

ุชู‚ู„ูŠุฏ ‌ุงู„ู…ุฐุงู‡ุจ ‌ุงู„ุฃุฑุจุนุฉ ‌ุฃูˆู„ู‰ ‌ู…ู† ‌ุบูŠุฑู‡ุง، ูˆู„ุง ูŠุฌุจ

“Taqlid terhadap madzhab yang empat itu lebih utama dari mengikuti pendapat selain empat madzhab, namun tidak sampai wajib.”[8]

Dan tentang masalah ini kami telah membahasnya di bab tersendiri. Wallahu a’lam.

๐—ž๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป

Tidak wajib taqlid hanya kepada satu madzhab menurut jumhur ulama, terlebih jika itu membuat berat dalam mengamalkan agama. Namun dalam banyak keadaan, tentu mengikuti dan mengamalkan satu madzhab adalah sebuah kemudahan dan itu yang lebih utama untuk dilakukan.

๐Ÿ“šWallahu a'lam

_______________

[1] Raudhah ath Thalibin (11/117)

[2] Irsyad al Fukhul hlm. 272

[3] Majmu’ Syarh al Muhadzdzab (1/55)

[4] Hasyiah al Bujairami ala al Khatib (1/58)

[5] Al Fatawa al Fiqhiyah al Kubra (2/212)

[6] Adz Dzakhirah (1/140)

[7] Al Mausu’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah (13/164)

[8] Hukmu at Taqlid hlm. 82 

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Haruskah Taqlid Kepada Satu Madzhab? - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®