AL-MIZZI DAN IBN KATSIR
Banyak orang sulit percaya jika Imam al-Mizzi dan Imam Ibn Katsir adalah Asy'ari secara akidah karena alasan keduanya murid Ibn Taimiyah.
Hujjah bahwa al-Mizzi adalah Asy'ari secara akidah adalah karena beliau pernah menjabat sebagai pengajar utama di Madrasah Darul Hadits al-Asyrafiyah Damaskus, Suriah. Dan semua orang tahu, pihak yang mewakafkan Madrasah tersebut mensyaratkan guru pengajarnya harus berakidah Asy'ariyah selain juga sangat pakar dibidang hadits. Imam Ibn Shalah, Imam an-Nawawi, Imam Abu Syamah, Imam Ibn Wakil, Imam az-Zamlakani dan lain-lain tercatat pernah menjadi pengajar di Madrasah tersebut karena menetapi syarat yang disyaratkan pewakaf diatas.
Walaupun saat meneken surat kesanggupan mengajar, al-Mizzi menulis sendiri bahwa beliau adalah pengikut Asy'ariyah, sebagaimana dicatat oleh Imam Tajuddin as-Subki, tetapi beberapa ulama' waktu itu tidak mempercayai ke-Asy'ariyah-an al-Mizzi. Hingga suatu hari pernah ada ulama' Asy'ari mengadu kepada Imam Taqiyuddin as-Subki agar beliau berkenan memecat al-Mizzi dari kursi mengajar di Madrasah Darul Hadits tersebut, namun usulan tersebut ditolak mentah-mentah.
Oleh karena itu, wajar jika ketika al-Mizzi hendak mengajar kitab "Khalqu Af'alil Ibad" karangan al-Bukhari, beberapa ulama Asy'ariyah protes karena kritikan kepada Jahmiyah dalam kitab tersebut khawatir ditujukan kepada Asy'ariyah, karena saat itu Asy'ariyah sedang difitnah sebagai Jahmiyah oleh pembencinya.
Uniknya, ditengah framing kawan-kawan Salafi Wahabi saat ini yang menarasikan al-Mizzi bukan Asy'ari secara akidah, beberapa ulama terkemuka Salafi Wahabi justru mengakui al-Mizzi sebagai pengikut Asy'ariyah. Salah satunya adalah Syaikh Dr. Abdullah bin Muhammad al-Ghunaiman.
Sama seperti Imam al-Mizzi adalah Imam Ibn Katsir yang juga pernah mengajar di Madrasah Darul Hadits diatas. Beliau juga mengaku sendiri sebagai pengikut Asy'ariyah saat berbincang dengan putra Ibn Qayyim.
Sayangnya beberapa pihak yang minim adab tak terima dengan informasi ke-Asy'ariyah-an Ibn Katsir. Mereka mendakwa dengan tanpa hujjah dan bukti bahwa pengakuan Ibn Katsir sebagai Asy'ariyah saat itu adalah karena bercanda atau tidak serius. Bagaimana bisa urusan akidah dibuat guyonan sementara beliau ulama kibar yang menjadi panutan? Beliau sendiri menjabat sebagai guru di Darul Hadits yang disyaratkan waqifnya berakidah Asy'ariyah?! Selain daripada itu, beliau juga memuji Imam al-Asy'ari dan pengikutnya dan catatan akidahnya juga tidak bertentangan dengan akidah Asy'ariyah.
Tentu saja, tulisan ini akan membuat panas dan gerah sebagian orang. Tapi bagi siapapun yang mengklaim berbeda dengan tulisan diatas dipersilahkan menyampaikan hujjah dan bukti kuat sebaliknya. Menurut saya, mengklaim keduanya bukan Asy'ariyah adalah sama dengan menuduh keduanya telah melakukan perkara haram karena malanggar syarat waqif di Madrasah Darul Hadits. Kita tahu, syarat yang disyaratkan waqif harus dilaksanakan karena kedudukannya seperti nash syariat (maklum bagi pelajar fikih).
Sumber FB Ustadz : Hidayat Nur