Sahih Bukhari Kitab Tersahih?
Musnad adalah salah satu kitab hadis Nabi yg terkenal dan terluas, dan kedudukannya menempati posisi yang diutamakan di kalangan Ahlus Sunnah. Musnad yg paling awal ialah Musnad asy Syafe'iyah, kitab ini terlengkap dalam bab hadist setelah al Muwatha karya imam Malik, di ikuti kemudian, musnad Imam Ahmad. Musnad eranya lebih dahulu ketimbang Kutubus as Sittah (enam kitab hadist Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmudzi, An Nasai', Ibnu Majjah).
Perhitungan ahli² hadits menyebutkan dlm musnad Syafei ada lebih kurang 40 ribu hadits ditulis berurutan sesuai nama para Sahabat² Nabi Muhammad yg meriwayatkan hadisnya, dan jumlah sahabat yg diriwayatkan di sini terhitung sebanyak 904 orang.
Kitab itu dibagi dalam 18 bagian, dan bagian permulaannya mencatat hadist² dari sepuluh orang yg dijanjikan masuk surga, riwayat² ummul Mukminin, riwayat sahabat² Makkah & Madinah, dan bagian terakhirnya ialah musnad Shahabiyah (sahabat Nabi yg perempuan). Dan di sana, banyaklah hadis sahih yg tak didapati dalam Shahihain (yakni riwayat Bukhari &Muslim).
Timbul pertayaan, jika begitu Musnad Imam Syafi'i lebih rendah tingkatannya dari Sahih Bukhari??
Dalam menilai suatu karya kita harus objektif dan adil. Kita harus melihat sejarah dan latar belakang, serta konteks yg ada. Jadi rendah atau tingginya suatu kitab harus dilihat dari sudut pandang yg tertentu.
Bisa saja kitab tertentu lebih bagus dari kitab lain dari sisi format dan kelengkapannya. Tetapi dibandingkan dengan origninalitasnya, justru lebih rendah. Dan semua itu bisa berlaku sebaliknya juga.
Mari kita buat sedikit perbandingan biar masalahnya lebih jelas dan terang, agar kita memahami duduk perkaranya.
Kita ambil tamsil (contoh pembading), kalau dibandingkan secara penampilan seni dan estetika, kartu undangan pernikahan jauh lebih indah dan menarik ketimbang naskah proklamasi 1945.
Secara tampilan seni dan keindahan, tentu lebih bagus desain kartu undangan pernikahan. Hurufnya indah, kertasnya wangi, kata-katanya menyentuh, dilengkapi dengan kaligrafi dan ilustrasi yg menarik.
Sementara naskah proklamasi 1945 itu hanya ditulis di atas kertas putih dengan tulisan tangan yang penuh dengan coretan, sama sekali tidak menarik dari sisi keindahan.
Namun kita tidak bisa katakan bahwa tukang desain kartu undangan pernikahan itu lebih tinggi derajatnya dari Bung Karno dan Bung Hatta. Memang naskah proklamasinya kurang indah, tetapi nilai yg terkandung di dalamnya tentu jauh berharga , lebih tinggi dan lebih penting ketimbang kartu undangan pernikahan. Semua orang juga tahu itu, karena sisi kandungan sejarah yg ada dalam naskah proklamasi. Sedang kartu undangan merupakan sejarah bagi sohibul hajat saja.
Demikian juga dengan kitab² fiqih. Dalam mazhab syafi'iyah, kitab fiqih yg paling awal adalah kitab Al Umm, yg ditulis oleh Imam Asy-Syafi'i.
"Lalu para murid beliau pun menulis kitab, yg tentu saja masing² menambahi dengan informasi yg berguna. Bahkan disana-sini diubah tata letak dan susunannya, serta diatur bab demi bab agar lebih mudah di pahami & dibaca".
Para ulama generasi berikutnya menambahkan dalil-dalilnya, sebagian kemudian memberikan informasi perbandingan mazhab di antara mazhab-mazhab fiqih. Bahkan sebagian ulama menambahi dengan fatwa² (keputusan) yg belum dikupas di dalam al Umm.
Semakin lama semakin banyak muncul kitab² mazhab Syafi'iyah yg lebih sistimetis, lebih lengkap, lebih informatif. Pada abad keenam hijriyah, muncul Imam An Nawawi dengan karyanya, Majmu' Syarah Muhadzdzab yg fenomenal. Kita sebagai orang awam akan merasakan bahwa Al Majmu' itu sudah jauh mengalami penyempurnaan ketimbang Al Umm yg ditulis oleh Asy-Syafi'i langsung pada abad ketiga hijriyah.
Tetapi kita tidak bisa mengatakan bahwa An-Nawawi lebih tinggi derajatnya dari Asy-Syafi'i. Selain keduanya hidup di tiga abad yg berbeda, keduanya dibedakan berdasarkan level kemampuannya dalam berijtihad. Asy-Syafi'i adalah mujtahid mutlak mustaqil, yg dalam berijtihad sama sekali tidak butuh hasil ijtihad orang lain. Justru beliau sendiri peletak dasar ilmu ijtihad. Beliau adalah orang yg menyusun dan menetapkan kaidah² (rumus²) dalam berijtihad, dimana semua mujtahid akan berjalan sebagaimana yg beliau tetapkan.
Sedangkan An-Nawawi dalam strata para mujtahid menempati level mujtahid tarjih, tiga level di bawah level mujtahid mutlak mustaqil. Namun karyanya memang secara subjetif lebih tepat bagi kita, karena lebih mudah dan lebih lengkap, seusai dengan zamannya.
Demikian juga Musnad imam As-Syafi'i disusun memang bukan dengan tujuan sebagaimana imam Bukhari menyusun kitab Shahihnya. Keduanya punya tujuan dan latar belakang yg berbeda dalam penyusunannya. Bukhari memang punya tujuan satu saja, yaitu semata-mata hanya fokus kepada kritik para perawi dan sanad saja. Dan untuk itu beliau membuat kriteria sendiri yg berbeda dengan kriteria ahli hadits lainnya.
Sementara Musnad Imam Syafi'i sendiri tidak disusun untuk semata-mata mengumpulkan hadits yg dikritisi secara ketat sisi perawinya. Tentu dalam hal ini tidak bisa dibandingkan begitu saja dengan kitab Shahih Bukhari.
Memang benar pernyataan bahwa Shahih Bukhari adalah kitab tershahih kedua setelah Al-Quran.
"Tetapi banyak yg tidak tahu, bahwa selama tiga abad lamanya umat Islam tidak pernah merujuk kepada kitab Shahih Bukhari ini".
Kenapa?
Karena penulisnya yaitu imam Bukhari belum lahir saat itu. (Beliau lahir 198 H, imam Syafe'i 204 H wafat), artinya ketika imam syafe'i wafat, Bukhari baru berumur ± 8 tahun).
Lantas apakah umat Islam tidak ada yg menggunakan hadits shahih selama 3 abad pertama?
Jawabannya tentu saja mereka pakai hadits shahih. Namun bukan pakai Shahih Bukhari, karena memang belum ada. Yg meraka pakai hadist² yg terhimpun dari al Muwatha imam Malik, musnad imam syafe'i, musnad imam Ahmad, bahkan hanya dari hafalan² guru² mereka di era abad 2 - 3 Hijriyah yg bersambung ke tabi'in.
Dan jangan sekali-kali kita beranggapan bahwa hadist² sebelum kelahiran imam Buhkari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, An Nasai, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban, al Hakim, Ibnu Khuzaimah, at Thabari, At Thobroni, masih samar² dan belum benar. Tentu ini adalah pandangan yg keliru.
Bahkan ketika ditulis pertama kali pun, kedudukan Shahih Bukhari ini belum langsung jadi kitab tershahih. Kitab itu tidak tiba² mendapat status sebagai kitab tershahih.
Sebab yg menyatakan "pertama kali bahwa kitab Shahih Bukhari ini merupakan kitab tershahih setelah Al Quran tidak lain adalah Ibnu Shalah yg hidup di abad 6".
Nama lengkapnya Utsman bin Abdurrahman bin Utsman bin Musa bin Abi Nahshr an Nashri Al kurdi Asy Syarakhani Asy Syahruzuri atau yg kerap disapa dengan panggilan Ibnu Shalah lahir 577 H, di wilayah kota Arbil, salah satu kota besar di negeri Irak bagian utara, wafat 643.
Beliau itulah yg membuat pernyataan bahwa kitab ini adalah kitab tershahih di dunia setelah Al Quran. "Dan setelah itu pendapat Ibnu Shalah itu diamini oleh banyak ulama berikutnya".
"Artinya 4 abad lamanya baru sahih Bukhari mendapatkan pengakuan lewat proses yg alami"
والله اعلم
Sumber FB Ustadz : Musa Muhammad