Belajar dari Ibnu Abbas ra
Abdullah bin Abbas ra termasuk sahabat yunior dari segi usia. Ia lahir tiga tahun sebelum hijrah. Pada saat Rasulullah Saw wafat usianya baru 13 tahun.
Suatu ketika Ibnu Abbas menyediakan air untuk dipakai Nabi Saw berwudhuk. Nabi Saw pun mendoakannya:
اللهم فقهه فى الدين وعلمه التأويل
“Ya Allah, pahamkanlah ia dalam agama dan ajarkanlah ia takwil (tafsir).”
Doa Rasullah Saw tentu mustajab. Tapi apakah kemudian Ibnu Abbas hanya ‘mengandalkan’ doa Nabi itu saja? Ternyata tidak. Ia berjuang keras untuk mencari ilmu dari para sahabat senior yang masih hidup.
Suatu ketika ia mengajak temannya orang Anshar untuk pergi mencari ilmu. Ia berkata, “Ayo kita temui sahabat-sahabat Rasulullah. Mumpung mereka masih banyak yang hidup.” Temannya menjawab, “Engkau ini aneh Ibnu Abbas! Kau kira orang-orang akan membutuhkan dirimu sementara sahabat-sahabat Nabi masih banyak?”
Ibnu Abbas tidak hiraukan komentar negatif temannya itu. Ia pergi sendiri menemui sahabat-sahabat Nabi Saw. Setiap ia mendengar satu hadits dari seseorang, ia akan mendatangi orang itu. Kalau ternyata orang itu sedang tidur siang ia akan menunggunya di depan pintu. Tak jarang mukanya dipenuhi debu karena menunggu cukup lama.
Ketika orang itu bangun dan melihat Ibnu Abbas berada di depan pintu rumahnya, ia kaget dan berkata, “Wahai sepupu Rasulullah, kenapa tidak engkau suruh saja aku datang padamu?” Ibnu Abbas menjawab, “Aku yang seharusnya mendatangimu.”
Apa modal Ibnu Abbas dalam mencari ilmu?
Pertama, akal yang mudah memahami (قلب عقول).
Kedua, lidah yang suka bertanya (لسان سؤول).
Tiga, tidak mencukupkan dari satu sumber saja.
عن طاووس عن ابن عباس قال: إن كنت لأسأل عن الأمر الواحد ثلاثين من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم.
Dari Thawus, Ibnu Abbas berkata: “Aku sering bertanya tentang satu hal pada tiga puluh sahabat Nabi Saw.”
Empat, kerendahan hati untuk mengakui ada hal yang belum diketahui.
عن عكرمة عن ابن عباس قال: كل القرآن أعلمه إلا ثلاثا : الرقيم وغسلين وحنانا
Dari Ikrimah, Ibnu Abbas berkata: “Seluruh al-Quran aku tahu kecuali tiga hal: ar-raqim, ghislin dan hanan.”
Lima, menjaga wibawa dan kepercayaan orang lain.
Jamak diketahui bahwa Umar bin Khattab ra tak bisa menutupi kekaguman dan kecintaannya pada Ibnu Abbas ra. Hal ini membuat banyak sahabat yang iri, kenapa Umar selalu mengajak Ibnu Abbas muda ke majelisnya dan tidak mengajak anak-anak mereka yang seusia atau bahkan lebih senior darinya.
Melihat Umar mendahulukan Ibnu Abbas dari anak muda lain yang seusia dengannya, ayahnya (Abbas bin Abdul Muthalib) berpesan pada puteranya:
يا بني ، إن عمر يدنيك ، فاحفظ عني ثلاثا : لا تفشين له سرا ولا تغتابن عنده أحدا ولا يجربن عليك كذبا
“Anakku, sesungguhnya Umar menyukaimu, maka jaga pesanku tiga hal: jangan pernah sebarkan rahasianya pada siapapun, jangan pernah gunjingkan siapapun di depannya, dan jangan pernah ia tahu engkau berbohong.”
Karena itu, Umar bin Khattab menjuluki Ibnu Abbas dengan: فتى الكهول “Anak muda yang Dewasa”.
[YJ]
Sumber FB Ustadz : Yendri Junaidi