Bahaya Laten Wahhabi
Oleh Ustadz : Rahmat Taufik Tambusai
Nabi telah bersabda muslim itu bagaikan satu bangunan, yang menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sebagaimana nabi juga mengatakan bahwa para nabi bagaikan batu bata yang menyusun bangunan syariat, dan nabi muhammad merupakan batu bata terakhir sebagai penutupnya.
Sejarah telah mencatat bahwa ulama aswaja telah bertungkus lumus mendirikan bangunan syariat islam mulai dari pondasi, tiang pancang, dinding sampai atap yang kokoh hingga sekarang, walaupun pada masa itu, banyak hambatan dan rintangan dari kelompok yang ingin menghancurkannya, diantaranya Khawarij, Syiah, Qodariyah, Jahmiyah, Muktazilah, Mujassimah, Musyabbibah, Muatthilah, Karramiyah dan Taimiyin.
Bangunan syariat islam yang telah didirikan ulama aswaja banyak memberikan kemudahan kepada umat islam dalam menjalankan syariat islam, karena telah disusun secara sistematis oleh ulama aswaja, tinggal dipraktekkan dan diamalkan, sebab tidak semua umat islam mampu menggali langsung dari Al Quran dan sunnah, mulai dari akidah, fiqih dan tasawuf, sehingga tidak menimbulkan perpecahan di dalam barisan umat islam. Jika ada perbedaan sifatnya hanya dalam hal cabang khilafiyah.
Ulama aswaja telah membuat kaidah - kaidah khusus sebagai antisipasi jika terjadi perbedaan dalam memahami nash, ada yang dikelompokkan dalam ushul pokok dan ada yang masuk dalam kelompok cabang khilafiyah, yang tidak boleh berbeda dalam hal ushul pokok, sedangkan dalam hal cabang khilafiyah boleh berbeda, sehingga umat islam tidak mudah dibenturkan satu sama lainnya.
Wahhabi merupakan salah satu kelompok pada masa sekarang yang ingin meruntuhkan bangunan islam yang telah didirikan oleh mayoritas ulama sepanjang masa, yang tetap tegak lurus, sebaliknya aliran yang ingin meruntuhkannya kebanyakan sudah habis punah, apakah akan berlaku terhadap wahhabi ?
Konsep wahhabi dengan orientalis dalam meruntuhkan ajaran islam beda beda tipis dan miripnya lebih banyak, diantaranya :
1. Membuat keraguan atas kealiman dan keahlian ulama islam.
Cara ini paling berbahaya karena jika umat islam telah ragu kepada ulamanya, maka kepada siapa lagi umat percaya, sedang pemahaman yang baik dan lurus dibawa turun temurun oleh ulama bersanad sampai kepada nabi, yang telah mendapatkan jaminan dari Allah dan nabi, dalam Al Quran disebut sebagai hamba yang paling takut kepada Allah dan dalam hadits sebagai pewaris nabi.
Ungkapan keraguan yang selalu didoktrin Wahhabi, mengatakan bahwa yang mayoritas belum tentu benar, lalu kita jawab yang banyak saja belum tentu benar, bagaimana yang sedikit. Mereka mengatakan ulama aswaja tidak maksum, maka kita jawab apalagi ulama wahhabi yang kemampuannya tidak setara dengan ulama aswaja yang hafal ratusan ribu hadits.
Tujuan ungkapan seperti ini tidak lain tidak bukan, agar orang awam pindah kepada pendapat ulama mereka.
Metode ini merupakan cara lama orientalis, tujuannya untuk menimbulkan keraguan atas kemampuan para ulama, jika sudah ragu, maka mereka akan mengiring orang awam agar berijtihad sendiri atas syariat islam, sehingga muncul perselisihan diantara umat islam, kemudian dari kejauhan mereka melihat sambil ketawa, karena pertanda umat islam akan berpecah belah.
Akibat Metode ini adalah senjata makan tuan, sehingga hari ini muncul varian wahhabi dengan berbagai aliran dan kelompok, antara satu kelompok dengan yang lain saling tahzir, walaupun sama - sama mengaku salafi
2. Mempertanyakan kesahihan, keabsahan dan keotentikan hadits nabi.
Kalau orientalis mempertanyakan keaslian dan keotentikan kitab suci Al Quran, dengan tujuan agar umat islam ragu terhadap kitab sucinya, dan diantara syubhat yang diutarakan orientalis, mengatakan Al Quran produk budaya, hasil jiplakan, saduran, nukilan dan kopian dari kitab - kitab terdahulu.
Sedangkan wahhabi meragukan kesahihan suatu hadits dan amalan umat islam, yang mana telah dikaji oleh ulama super cerdas, yang hapal ratusan ribu sampai satu juta hadits, adapun yang meragukannya mereka yang tidak hapal hadits.
Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengelabui orang awam, sehingga seolah - olah hadits yang dipakai mayoritas ulama aswaja lemah dan palsu, sehingga dianggap pemahaman aswaja tidak sesuai dengan sunnah nabi, sedang yang dipakai wahhabi semuanya sahih dan benar.
Padahal semua perangkap dan alat ilmu berkaitan hadits nabi digagas, disusun dan ditulis oleh ulama aswaja, apa mungkin wahhabi lebih pintar dari mereka ?
3. Membuat metode baru dalam memahami isi kandungan Al Quran.
Kalau orientalis menciptakan tandingan dalam islam, berupa aliran sesat, radikal, teroris, sekuler dan liberal, yang merusak ajaran islam dari dalam.
Dan membuat model masyarakat islam versi orientalis, seolah - olah seperti itulah penerapan islam yang diinginkan oleh Al Quran dan sunnah, seperti isis, khilafah ala baghdadi dll, sehingga umat islam antipati dan menjauh dari islam, karena dianggap ajaran islam radikal.
Sedangkan wahhabi menciptakan metode sendiri dalam memahami isi kandungan Al Quran dan hadits, tidak mengikuti mayoritas ulama dalam memahami ajaran islam, dan tidak bermazhab tetapi langsung kembali kepada Al Quran dan sunnah versi wahhabi, sehingga berbenturan dengan pendapat mayoritas ulama, dan sesama mereka yang mengaku salafi juga terjadi benturan, dibuktikan saling tahzir.
Jika metode yang digagas oleh wahhabi salafi baik, maka pastilah tidak akan terjadi benturan dan saling tahzir sesama mereka, sebagai contoh ustad salafi yang menjadi guru tetap di masjid salafi A, tidak akan pernah mengisi kajian di masjid salafi B, karena beda pemahaman, akibat dari metode akal - akalan dan cocoklogi.
Beda dengan aswaja, jikapun beda Mazhab tidak ada saling tahzir, tidak menuduh bidah, syirik, penyembah kubur dan sesat, karena metodenya digagas oleh ulama super cerdas, mampu memilah memilih mana yang boleh berbeda dan mana yang tidak boleh berbeda, sebagai contoh sholat lima waktu itu wajib, tidak boleh berbeda, sedangkan bersedakap tidaknya waktu sholat maka itu boleh berbeda.
Kenapa wahhabi termasuk bahaya laten, karena wahhabi menghidupkan kembali ajaran khawarij, mujassimah, musyabbibah, jahmiyah, karramiyah dan taimiyah, yang mereka campur adukkan menjadi gado - gado, seperti yang kita lihat hari ini, dikatakan ikut taimiyah 100% tidak, dikatakan ikut khawarij 100% tidak juga, ya itulah salafi wahhabi. Jika cocok dengan selera diambil, jika tidak cocok tinggalkan, sebagai contoh ibnu taimiyah mengatakan hadiah pahala sampai kepada mayit, wahhabi mengatakan tidak, lucunya mereka mengaku mengikuti ibnu taimiyah.
Dalu - dalu, Rabu 31 Januari 2024
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa