Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah (150-204 H)
Dr. Ahmad Sarwat , Lc MA
Kuliah S-1 saya 20-an tahun lalu adalah di Fakultas Syariah jurusan Perbandingan Mazhab, Universitas Al-Imam Muhammad Ibnu Suud, Kerajaan Saudi Arabia, cabang Jakarta. Lebih dikenal dengan nama : LIPIA.
Kuliah perbandingan Mazhab membuat saya akrab dengan banyak mazhab fiqih, wabil khusus Mazhab yang diinisiasi oleh Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i rahimahullah.
Di Kairo inilah beliau dimakamkan, disini pula beliau menyempurnakan pendapatnya yang dikenal dengan qaul Jadid.
Salah satu yang saya ingat dari pelajaran Ushul Fiqih waktu masih duduk di S-1, bahwa beliau adalah tokoh peletak dasar Ilmu Ushul Fiqih, sekaligus juga Ilmu Hadits.
Konon sebelumnya para ulama ketika berfatwa masih serba improvisasi, belum menggunakan kaidah-kaidah yang baku.
Maka beliau yang mengawali trend besar ulama, yaitu berijtihad itu harus pakai pola, kaidah, aturan serta logika nalar yang konsisten. Bukan berpendapat dulu baru kemudian mikirin logika hujjahnya.
Dan ini keren sekali, banyak ulama lain yang kemudian tertarik belajar logika dan nalar ketika melakukan istimbath hukum. Maka mereka pun bersimpuh duduk mengaji fiqih dan Ushul fiqih di hadapan sang Imam.
Tak terkecuali Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah. Beliau ini salah satu muridnya yang paling ta'zhim dan paling cerdas.
Sehingga sepeninggal sang guru, di Baghdad saat itu Imam Ahmad adalah satu-satunya Mujtahid mutlak mustaqil yang bisa mendirikan sebuah Mazhab besar yang terus eshtablish hingga hari ini.
Sedangkan sang Imam sendiri, di 4 tahun akhir hidupnya memilih tinggal di Mesir. Selain mengajar banyak ulama daei berbagai penjuru negeri, beliau juga menulis Ar-Risalah yang dianggap banyak orang sebagai masterpiece sang Imam.
Mesir yang sebelumnya sempat redup sepeninggal Imam Al-Laits, tiba-tiba jadi terang benderang dengan keberadaan sang Imam yang legend ini.
Meski hanya 4 tahun saja beliau mengajar, namun murid-murid beliau di Mesir ini memang ulama semua. Sehingga mudah sekali menyebarkan dan menumbuh kembangkan Mazhab sang imam.
Wajar kalau penyebaran Mazhab fiqihnya merata di berbagai belahan dunia, karena muridnya datang dari berbagai penjuru dan mengembangkan lagi di berbagai tempat.
Bahkan Mazhab beliau tetap bisa menembus wilayah-wilayah yang sebegitu jauhnya, dimana Mazhab lain sudah hilang signal, tapi Mazhab Asy-Syafi'i masih penuh signalnya.
Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei dan sekelilingnya adalah wilayah dimana signal mazhab lain pada hilang. Tapi signal Mazhab Syafi'i masih penuh, full, dan koneksinya lancar.
Wajar kalau orang Indonesia hanya kenal Mazhab Asy-Syafi'i. Saya kesulitan cari kitab fiqih Mazhab lain di Indonesia. Bahkan pakar ulama fiqih resmi yang mewakili Mazhab lain pun saya tidak temukan di negeri kita.
Kalau sekedar ulama yang tidak bermazhab sih banyak banget, bertaburan dan berhamburan dimana-mana.
Masalahnya jurusan kuliah saya bukan fiqih tanpa mazhab, tapi fiqih empat Mazhab.
Dan yang paling kuat signalnya, serta paling lengkap dalil serta logika Ushul fiqihnya memang Mazhab Asy-Syafi'i.
Ini bukan urusan fanatisme Mazhab, tapi ini fakta nyata di lapangan.
* * *
Di makbarah inilah beliau dimakamkan tahun 204 Hijriyah. Maka mari kita hadiahkan pahala kepada Al-Imam . . . Alfatihah.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat