Ibnu Rajab Al Hanbali Membantah Utsman bin Sa'id Addarimi Al Mujassim dan Para Pengekornya.
Para Salafi Wahabi dan para pengikutnya seperti akun Kongres Athari dan Saudara Mohib Khouli Fans telah keliru dan salah dalam memahami sosok yang mereka jadikan rujukan yaitu Utsman bin Sa'id Addarimi (W 280 H) yang sudah terkenal akan kemujassimahannya.
1. Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbali Membantah Addarimi Al Mujassim yang mengatakan Allah bergerak.
Alasan Addarimi mengatakan Allah bergerak karena Allah adalah dzat yang Hayyu (maha hidup) dan Qayyum (maha berdiri). Dari lafadz Hayyu, Addarimi menegaskan: Allah bergerak, karena yang hidup pasti bergerak tidak seperti yang mati tidak bergerak. Dari lafadz Qayyum, Addarimi menegaskan: Allah bisa duduk, berdiri, naik, turun dan sebagainya.
Utsman bin Sa'id Addarimi Al Mujassim (W 280 H) berkata:
لأن الحي القيوم يفعل ما يشاء ويتحرك إذا شاء ويهبط ويرتفع إذا شاء ويقبض ويبسط ويقوم ويجلس إذا شاء، لأن أمارة ما بين الحي والميت التحرك، كل حي متحرك لا محالة، وكل ميت غير متحرك لا محالة.
Artinya: Sesungguhnya Dzat yang Al Hayyul Qayyum (Allah) berbuat pada apa yang ia kehendaki. Ia bisa bergerak jika ia mau, turun dan naik jika ia mau, menggenggam, menebarkan, berdiri dan duduk jika ia mau. Karena, sesungguhnya bukti perbedaan antara hidup dan mati adalah pergerakan. Setiap yang hidup pasti bergerak dan setiap yang mati pasti tiada pergerakan.
[Naqdhu Utsman Bin Sa'id: 52]
Utsman bin Sa'id Addarimi Al Mujassim (W 280 H) berkata:
لا نسلم أن مطلق المفعولات مخلوقة، وقد أجمعنا واتفقنا على أن الحركة والنزول والمشي والهرولة والاستواء على العرش وإلى السماء قديم.
Artinya: kamk tidak bisa menerima secara mutlak bahwa semua perbuatan itu adalah baharu. Sungguh, kami telah sepakat bahwa gerak, turun, berjalan, lari kecil, dan bertempat di atas arsy dan di atas langit itu, semuanya adalah Qadim.
[Radda Al Imamu Addarimi: 121]
Sedangkan Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbali menegaskan bahwa: Bergerak tidak ada penyebutan nya didalam Al Qur'an dan Sunnah. Ini hanyalah pendapat nya orang orang yang membahas sifat dan dzat Allah dengan akal mereka yaitu seperti golongan Karramiyyah.
Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbali (W 795 H) mengatakan:
والثاني من رام إثبات ذلك بأدلة العقول التي لم يرد بها الأثر ورد على أولئك مقالتهم كما هي طريقة مقاتل بن سليمان ومن تابعه كنوح بن أبي مريم وتابعهم طائفة من المحدثين قديماً وحديثاً. وهو أيضاً مسلك الكرامية فمنهم من أثبت لإثبات هذه الصفات الجسم إما لفظا وإما معنى. ومنهم من أثبت للَّه صفات لم يأت بها الكتاب والسنة كالحركة وغير ذلك مما هي عنده لازم الصفات الثابتة.
Artinya: Dan yang kedua orang orang yang condong terhadap penetapan Dzat dan Shifat Allah dengan dasar akal semata yang tidak terdapat dalam atsar. Telah datang perkataan-perkataan mereka yang membantah golongan yang pertama sebagaimana yang dilakukan oleh Muqatil bin Sulaiman dan pengikut-pengikutnya seperti Nuh bin Abi Maryam; yang kemudian diikuti oleh kalangan Muhadditsin dulu dan sekarang. Jalan ini pulalah yang ditempuh golongan Karamiyyah. Di antara mereka (golongan Karamiyyah) ada yang menetapkan shifat jism bagi Dzat Allah secara lafadh atau makna. Dan di antara mereka pula ada yang menetapkan shifat yang tidak terdapat dalam Al Quran dan As-Sunnah seperti shifat bergerak (Al Harakah) dan selainnya itu. Baginya (golongan Karramiyyah) sifat ini (bergerak dan selainnya) merupakan ketetapan sifat yang tidak bisa dipisah (Tsabit).
[Bayaanu Fadhli Ilmi Salaf Alaa Ilmi Khalaf: 47/48]
2. Addarimi Al Mujassim Menyalahi Konsesus Salafus Soleh.
Konsesus Salafus Soleh mengenai ayat sifat, diantaranya adalah Addarimi Al Mujassim berani membuat perumpamaan kepada Allah dalam Itsbat nya. Dengan dalih: Allah maha berkehendak kepada apapun. Sedangkan konsesus Itsbat khususnya dalam madzhab hanbali adalah seseorang tidak boleh membuat perumpamaan lain kepada Allah. Namun, hal itu tidak berlaku kepada Al Mujassim yakni Al Imam Addarimi.
Utsman bin Sa'id Addarimi Al Mujassim (W 280 H) berkata:
ولو شاء الله لاستقر على ظهر بعوضه فاستقلت به بقدرته ولطف ربوبـيته فكيف على عرش عظيم.
Artinya: Dan jika Allah berkehendak untuk menetap di atas sayap seekor nyamuk. Maka, tentu dengan sifat kuasanya dan keagungan sifat ketuhanan nya, ia mampu untuk melakukan itu. Lalu apalagi menetap diatas Arsy yang agung.
[Radda Al Imamu Addarimi: 85]
Utsman bin Sa'id Addarimi Al Mujassim (W 280 H) berkata:
والله تعالى له حد لا يعلمه أحد غيره، ولا يجوز لأحد أن يتوهم لحده غاية في نفسه، ولكن نؤمن بالحد، ونكل علم ذلك إلى الله، ولمكانه أيضا حد، وهو على عرشه قوق سمواته، فهذان حدان اثنتان.
Artinya: Allah memiliki batasan yang tidak seorangpun yang mengetahui selain dia. Tidak boleh bagi siapapun untuk membayangkan bahwa ukuran-Nya memiliki penghabisan, tetapi kita beriman dengan adanya ukuran bagi-Nya, kita serahkan perkara itu kepada Allah. Demikian pula tempat-Nya, memiliki bentuk dan ukuran, dan Dia bertempat di atas arsy-Nya yang berada di atas langit langit nya. Dengan demikian maka Allah dan tempat-Nya keduanya memiliki bentuk dan ukuran.
[Naqdhu Utsman Bin Sa'id: 58]
Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbali (W 795 H) menegaskan:
والصواب ما عليه السلف الصالح من إمرار آيات الصفات وأحاديثها كما جاءت من غير تفسير لها ولا تكييف ولا تمثيل: ولا يصح من أحد منهم خلاف ذلك البتة خصوصاً الإمام أحمد ولا خوض في معانيها ولا ضرب مثل من الأمثال لها
Artinya: Yang benar dalam permasalahan ini adalah apa yang telah dipegang oleh As-Salafush-Shalih, yaitu memperlakukan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits tentang Shifat Allah sebagaimana adanya, tanpa mentafsirkannya, menanyakan bagaimananya, atau menyerupakannya dengan makhluk nya. Tidak pernah dinukil perselisihan diantara mereka dalam masalah ini, khususnya dari Al-Imam Ahmad. Dan golongan salaf tidak berlebih-lebihan dalam memahami makna shifat-shifat tersebut dan tidak pula mendalami membuat permisalan lainnya baginya.
[Bayaanu Fadhli Ilmi Salaf Alaa Ilmi Khalaf: 48/49]
3. Addarimi Al Mujassim selain telah menyalahi konsesus Itsbat sifat Salafus Soleh. Ucapan nya harus ditinggalkan dan tidak bisa dijadikan rujukan/landasan meskipun ia hidup dizaman Imam Ahmad atau sekalipun jadi murid nya.
Bagaimana mungkin seseorang yang telah menyalahi aturan Itsbat salaf dijadikan rujukan?. Seorang muqatil saja hampir saja dihalal darahnya karena membantah Mu'tazilah menggunakan landasan akal saja. Apalagi Addarimi yang sudah berani membuat perumpamaan sifat sifat Allah kepada selainnya.
Al Imam Ibnu Rajab Al Hanbali (W 795 H) menegaskan:
وقد أنكر السلف على مقاتل قوله في رده على جهم بأدلة العقل وبالغوا في الطعن عليه. ومنهم من استحل قتله، منهم مكي بن إبراهيم شيخ البخاري وغيره. ... وإن كان بعض من كان قريباً من زمن الإمام أحمد فيهم من فعل شيئاً من ذلك اتباعاً لطريقة مقاتل فلا يقتدى به في ذلك إنما الإقتداء بأئمة الإسلام كابن المبارك. ومالك. والثوري والأوزاعي. والشافعي. وأحمد. واسحق. وأبي عبيد. ونحوهم وكل هؤلاء لا يوجد في كلامهم شيء من جنس كلام المتكلمين فضلا عن كلام الفلاسفة.
Artinya: Para ulama salaf telah mengingkari dan mengecam tindakan Muqatil saat ia membantah Jahmiyyah dengan dasar akal semata. Di antara para ulama salaf bahkan sampai ada yang menghalalkannya untuk dibunuh, seperti Makki bin Ibrahim yang merupakan guru Imam Al Bukhari dan selainnya. ... Walaupun ada sebagian ulama yang hidup dekat dengan jaman Imam Ahmad mengikuti jalan yang ditempuh oleh Muqatil, akan tetapi perbuatan mereka tidak dapat dijadikan landasan. Sebab, contoh yang dapat dijadikan panutan hanyalah para imam besar seperti Ibnu Mubarak, Malik (bin Anas), Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq (bin Rahawaih), Abu ‘Ubaid, dan semisal dengan mereka. Seluruh perkataan para imam tersebut tidak ada kemiripan dengan perkataan ahlul-kalam dan juga para filosofi.
[Bayaanu Fadhli Ilmi Salaf Alaa Ilmi Khalaf: 48]
Jikalau Addarimi Al Mujassim memang layak dan bisa dijadikan rujukan, kenapa Imam Ibnu Rajab tidak memasukkan namanya?. Alasannya karena Addarimi menyalahi konsesus Itsbat sifat. Silahkan cek nama nama yang dicantumkan oleh Al imam Ibnu Rajab, anda tidak akan pernah menemukan penjelasan Itsbat seperti Addarimi Al Mujassim ini.
Kesimpulannya adalah: Penjelasan Itsbat didalam kitabnya banyak menyalahi konsesus Itsbat sifat dan penjelasannya tidak akan pernah anda temukan lagi didalam kitab kitab ulama Madzhab Hanbali yang serupa dengannya. Karena, semuanya lahir dari tajsim nya Addarimi itu sendiri, bukan dari tuntunan keilmuannya.
Al Imam Addzahabi (W 748 H) menegaskan:
وفي كتابه بحوث عجيبة مع المريسي يبالغ فيها في الإثبات
Artinya: Dan didalam kitabnya terdapat pembahasan yang menarik berkenaan Al Mariisii, ia telah ghulluw (berlebih-lebihan) didalam kitabnya mengenai Itsbat.
[Al 'Uluw Li'aliyyil Ghaffaar: 195]
© ID Cyber Aswaja
Oleh: M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH.
Sumber FB : ID Cyber Aswaja