𝗠𝗨𝗧𝗜𝗔𝗥𝗔 𝗡𝗔𝗦𝗘𝗛𝗔𝗧 𝗔𝗟𝗜 𝗕𝗜𝗡 𝗔𝗕𝗜 𝗧𝗛𝗔𝗟𝗜𝗕 𝗯𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗜𝗜
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
الناس نيام، فإذا ماتوا انتبهوا
“Manusia itu tertidur, ketika mereka mati, barulah mereka terbangun.”[1]
ثبات الملك بالعدل
“Kokohnya negara adalah karena keadilannya.”[2]
التهلكة هي: أن يذنب العبد ذنبا ثم لا يعمل بعده خيرا حتى يهلك
“Kebinasaan sebenarnya adalah ketika seorang hamba melakukan dosa kemudian ia tidak mau melakukan satu kebaikan setelahnya, sampai ia binasa.”[3]
لا شرف مع سوء أدب
“Tidak ada kemuliaan bersama buruknya adab.”[4]
حدثوا الناس بما يعرفون، أتحبون أن يكذب الله ورسوله
“Berbicaralah dengan manusia dengan apa yang mereka bisa memahaminya. Apakah kalian mau Allah dan Rasulnya didustakan ?”[5]
للمرائي ثلاث علامات يكسل إذا كان وحده وينشط إذا كان في الناس ويزيد في العمل إذا أثني وينقص إذا ذم
“Orang yang riya itu ada tiga tandanya : Malas beramal jika sendiri tapi semangat jika bersama orang banyak. Bertambah amalnya jika dipuji dan berkurang amalnya jika dicela.”[6]
صدق المرء نجاته. صحة البدن في الصوم. الصبر يورث الظفر
“Kejujuran seseorang adalah sumber kesuksesannya, kesehatan badan ada pada puasa dan kesabaran akan mewariskan kemenangan.”[7]
وإن الصبر من الإيمان بمنزلة الرأس من الجسد؛ لا خير في جسد لا رأس له
“Sesungguhnya kedudukan kesabaran bagi iman itu seperti kedudukan kepala atas jasad. Tidak akan ada gunanya badan yang tidak ada kepalanya.”[8]
إنك إن صبرت جرى عليك القدر وأنت مأجورٌ؛ وإن جزعت، جرى عليك القدر، وأنت مأزور
“Sesungguhnya jika engkau bersabar, memang taqdir akan tetap terjadi padamu tapi engkau akan mendapatkan pahala. Dan jika engkau tidak bersabar, taqdir juga tetap terjadi padamu dan engkau akan diberi dosa.”[9]
بلاء الإنسان من اللسان
“Musibah yang menimpa seseorang, disebabkan oleh lisannya.”[10]
إن النعمة موصلة بالشكر، والشكر معلق بالمزيد، وهما مقرونان في قرن، فلن ينقطع المزيد من الله حتى ينقطع الشكر من العبد
"Sesungguhnya kenikmatan akan terus berlanjut bila diiringi dengan syukur, dan rasa syukur mendatangkan tambahan kenikmatan. Keduanya selalu beriringan laksana sepasang tanduk.
Allah tidak akan berhenti menambahkan kenikmatan kepada hamba sampai ia berhenti bersyukur kepada-Nya."[11]
إيمان المرء يعرف بأيمانه
“Keimanan seseorang bisa diketahui dari janji-janjinya.”[12]
إن الحق والباطل لا يعرفان بأقدار الرجال، وبإعمال الظن! اعرف الحق تعرف أهله، واعرف الباطل تعرف أهله
“Seungguhnya kebenaran dan kebatilan itu tidak dikenal dengan melihat ukuran kedudukan seseorang, atau karena sekedar prasangka. Kenalilah kebenaran maka engkau akan mengetahui siapa-siapa yang mengusungnya. Kenalilah kebatilan, maka engkau juga akan mengetahui siapa-siapa pengusungnya.”[13]
باكر تسعد
“Bersegeralah (dalam beramal) maka engkau akan beruntung.”[14]
من لانت كلمته، وجبت محبته
“Siapa yang lemah lembut kata-katanya, maka sudah menjadi keharusan ia akan dicintai banyak orang.”[15]
ولا يستحي إذا سئل عما لا يعلم أن يقول: لا أعلم، ولا يستحي أن يتعلم إذا لم يعلم
“Jangan kalian malu ketika ditanya tentang hal yang kalian memang tidak tahu untuk mengatakan : ‘Aku tidak tahu’. Dan jangan kalian malu untuk belajar jika tidak mengetahui.”[16]
تغافل عن المكروه توقر
“Taghaful (tak ambil pusing) terhadap hal yang tak disukai akan mendatangkan kehormatan.”[17]
حلمك على السفيه يكثر أنصارك عليه
“Sikap santunmu kepada orang yang berlaku buruk kepadamu, akan memperbanyak pembelamu terhadap kejahatannya.”[18]
نعم القرين الرضى
“Sebaik-baik pendamping adalah sifat Ridha.”[19]
العلم خير من المال، العلم يحرسك وأنت تحرس المال. العلم يزكو على العمل والمال تنقصه النفقة
“Ilmu lebih baik dari pada harta. Ilmu itu menjagamu, sedangkan harta engkau yang menjaganya. Ilmu bertambah ketika dibagikan, sedangkan harta akan berkurang ketika diberikan.”[20]
تكلموا تعرفوا، فإن المرء مخبوء وراء لسانه
“Bicaralah, maka engkau akan dikenal dari cara bicaramu. Karena hakikatnya rahasia seseorang itu tersembunyi di belakang lisannya.”[21]
Wallahu a’lam.
•┈┈•••○○❁༺αѕт༻❁○○•••┈┈•
[1] Al I’jaz wa Ijaz hal. 35
[2] Majani al Adab (2/67)
[3] Mwaidh ash Shahabah hal. 66
[4] Al I’jaz wa Ijaz hal. 35
[5] Riwayat Bukhari no. 127
[6] Ihya Ulumuddin (3/296)
[7] Majani al Adab (2/67)
[8] Al Iman hal. 85
[9] Tarikh Damsyiq (9/139)
[10] Majani al Adab (2/67)
[11] Mawa’idh as Shahabah hal. 51
[12] Majani al Adab (2/67)
[13] Ansab al Asyraf (2/238)
[14] Majani al Adab (2/67)
[15] Al Aqdud Farid (2/138)
[16] Al Iman hal 85
[17] Majani al Adab (2/67)
[18] Al Aqdud Farid (2/138)
[19] Tadzkiratul Hamudiyah (1/251)
[20] Hilyatul Aulia (1/80)
[21] Dirasat wa Taujihat al Islamiyah hal. 89
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq