SERANGAN NEGARA API
Setelah kajian di Darmo Permai tadi ada ibu-ibu yang datang. Dia cerita bahwa masjid di perumahannya dulu adem ayem. Namun setelah negara api datang suasananya sudah berubah menjadi tidak kondusif bahkan sering terjadi saling caci di dalam masjid hanya gara-gara masalah khilafiyah yang sepele.
Singkat cerita, beliau meminta waktu saya untuk bisa mengisi kajian di masjid tersebut. Beliau ingin di masjid perumahannya ada kajian fiqh yang menampilkan berbagai macam pendapat ulama' dilengkapi dengan dalil masing-masing seperti yang saya sampaikan di masjid Darmo Permai.
Fenomena seperti ini banyak sekali terjadi di banyak masjid terutama di daerah perkotaan dengan masyarakat yang sangat majemuk. Karena itulah menyampaikan berbagai sudut pandang pendapat ulama' diperlukan sehingga masyarakat bisa tau bahwa 10 itu bukan hanya 5 + 5. Namu juga bisa 2 + 8, 3 + 7 atau juga 4 + 6. Saya sering mencontohkan ketika mengaji Sifat Shalat Rasulullah bahwa mulai dari angkat tangan sampai naruh tangan saat takbiratul ihram saja ada 11 perbedaan cara yang disampaikan oleh ulama'.
Ketika seseorang hanya mengetahui satu pendapat saja dan meyakininya sebagai satu-satunya kebenaran, maka dia cenderung akan mudah menyalahkan atau bahkan menghujat dan memusuhi sesuatu yang berbeda dengan dirinya. Dalam sebuah kata bijak disebutkan
النَّاسُ أَعْدَاءُ مَا جَهِلُوا
“Manusia itu menjadi musuh terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.”
Berbeda dengan orang yang mengetahui banyak ilmu dan berbagai perbedaan pendapat ulama' dalam satu masalah. Dia akan cenderung memaklumi dan melakukan toleransi terhadap praktek atau pendapat yang berbeda dengan dirinya. Karena itu salah satu nasihat Sayyid Muhammad al-Maliki yang selalu saya ingat adalah
الإنسان كلما اتسع أفقه قل إنكاره على الناس
"Seseorang ketika memiliki cakrawala keilmuan yang luas, maka dia tidak akan mudah ingkar atau protes terhadap orang lain"
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahid Alfaizin