Sholat Pakai Hisab Kenapa Puasa Gak Mau Pakai Hisab?
1. Kalau pelaksanaan sholat itu dalilnya begini:
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ
"Dirikanlah salat KARENA TERGELINCIRNYA MATAHARI sampai gelapnya malam..."
Patokannya adalah : Kejadian alamnya, meskipun kita tidak melihat kejadian alamnya, misalnya hanya pakai jam.
2. Kalau pelaksanaan puasa dan Idul Fitri itu dalilnya begini:
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ سَحَابٌ فَكَمِّلُوا الْعِدَّةَ ثَلاثِينَ
“Puasalah kamu KARENA MELIHAT HILAL dan berbukalah kamu karena melihatnya. Jika awan menghalangi kalian dengan hilal maka sempurnakanlah hitungan bulan Sya’ban 30 hari.”
Patokannya adalah : melihat kejadian alamnya, bukan semata-mata kejadian alamnya. Artinya, meskipun hilalnya ada tapi tidak kelihatan maka tidak boleh berpuasa. Tapi, genapkan dulu bulan Sya'ban menjadi 30 hari.
Demikian pula untuk sholat Idul Fitri. Patokannya adalah melihat kejadian alamnya, yaitu melihat hilal. Jika hilal tidak terlihat maka genapkan bulan Ramadhan menjadi 30 hari.
Kalau sekiranya, puasa dan Idul Fitri itu cukup dengan hisab, dan tidak perlu rukyat atau tidak perlu genapkan bulan menjadi 30 hari jika hilal tidak terlihat. Lalu, untuk apa kita membentuk tim rukyat, dan untuk apa tim rukyat pergi ke berbagai titik Indonesia untuk mengamati hilal? Berarti, tim rukyatul hilal gak ada gunanya lagi dong?
Padahal, apa yang dilakukan oleh tim rukyat adalah untuk menjalankan perintah Rasulullah SAW, yaitu: Melihat hilal, jika tidak terlihat maka genapkan bulan sebelumnya menjadi 30 hari.
Sumber FB Ustadz : Saiful Anwar