TINGGAL MAKAN AJA RIBET
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
"Afwan kiyai, kalau semua pendapat madzhab yang berbeda-beda itu semua sama-sama kuat, yang benar yang mana ? Kami jadi bingung."
Begitulah, kalau nggak tahu tehniknya, jangankan masalah ilmu, la wong urusan makan saja bisa membingungkan bagi sebagian orang...
Ada yang hari-hari makannya cuma sayur sama sambel, atau maksimal tiga jenis hidangan. Lalu tiba-tiba dia hadir di meja prasmanan ala sultan, kemungkinan bingung bahkan malah panik.
Dari cara masaknya saja ada berbagai ragam masakan mulai dari yang kering, yang berkuah, yang digoreng, yang dipanggang sampai yang cuma dibiarkan mentahan.
Satu model makanan seperti ayam saja ada yang digeprek, digepuk, dipenyet sampai yang dicincang.
Ini makanan sebanyak ini, mana dulu yang mau dimakan. Bisa habis nggak ya ? Padahal yang nyuruh habisin semua juga siapa. Akhirnya lahir pikiran "barbar" keluar cari tas kresek, jurus membungkus.
Tapi bagi yang sudah ngerti, menghadapi situasi seperti ini, ia akan senyum dengan manis sekali. Saat perbaikan gizi dimulai.
Dia akan memilih dari sekian banyak hidangan yang sesuai seleranya. Bahkan jika perlu ia akan mainkan tehnik mengunyah makanan mulai dari makanan pembuka, pelanjut, penerus hingga penutup.
Tak akan ada sedikitpun ekspresi kebingungan di wajahnya, yang ada malah sumringah. Pikirnya, kan enak kalau banyak makanan begini, bisa dipilah dan dipilih sesuai kebutuhan dan selera.
Yang hobinya pecel lele yang ikannya digoreng sampai matang cenderung gosong, tak harus memaksakan diri untuk menelan Susi ala Jepang yang isian teripangnya masih uget-uget...
Begitulah kurang lebih tamsil memilih pendapat dari para ulama madzhab, tak ubahnya seperti memilih makanan yang beragam. Setelah bab memilah yang halal dari yang haram selesai, ragam menu makanan di meja makan itu adalah pilihan yang silahkan disesuaikan dengan kebutuhan, selera dan kebiasaan.
Anda akan sangat aneh jika kemudian di hadapan hidangan halal yang beraneka ragam itu justru dengan pedenya berkata : "Pilih yang halal, singkirkan yang haram."
Lalu anda menepi di pojok seorang diri hanya makan sayur bening sama sambel terasi, karena menganggap itu saja yang halal sebab itulah yang biasa anda konsumsi.
Yang salah tentu bukan menu pilihan anda, yang salah ketika anda menyalahkan menu orang lain yang bahkan bisa jadi lebih enak dari apa yang anda pilih....
•┈┈•••○○❁🌻 𝐀𝐒𝐓🌻❁○○•••┈┈•
Berkata sayidina Umar bin Abdul Aziz :
ما يسرني أن أصحاب رسول الله يختلفوا ، لأنهم لو لم يختلفوا لم يكن لنا رخصة” .
"Aku akan kehilangan kebahagiakanku seandainya para sahabat Rasulullah tidak berbeda pendapat, karena jika mereka tidak berbeda, maka kita tidak akan punya banyak pilihan.
لوَإِذَا اخْتَلَفُوا فَأَخَذَ رَجُلٌ بِقَوْلِ هَذَا وَرَجُلٌ بِقَوْلِ هَذَا كَانَ فِي الْأَمْرِ سَعَةٌ
Karena mereka saling berbeda pendapat, maka ada yang bisa mengambil pendapat ini, dan yang lain bisa mengambil pendapat yang itu. Karenanya agama ini menjadi luas."
Ketika saya menjelaskan pendapat madzhab dengan dalil yang mendetail, saya hanya bertujuan untuk menyadarkan bahwa ulama madzhab itu tidak main-main dalam berdalil.
Baca juga kajian tentang ikhtilaf berikut :
- Ragam Pendapat Tentang Nur Muhammad
- Perbedaan Pendapat Dalam Mengartikan Ayat/Hadits Mutasyabih
- Fiqih Perbedaan Waktu Idul Adha
- Semua Dengan Caranya Masing-Masing
- Logika Sederhana Imam Hasan Al-Banna
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq