Bumi Bulat vs Datar II

Bumi Bulat vs Datar II

𝗕𝗨𝗠𝗜 𝗕𝗨𝗟𝗔𝗧 𝗩𝗦 𝗗𝗔𝗧𝗔𝗥 𝗕𝗮𝗴𝗶𝗮𝗻 𝗜𝗜

Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq 

𝟮. 𝗣𝗲𝗻𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁 𝗯𝘂𝗺𝗶 𝗯𝘂𝗹𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗹𝗶𝗹𝗻𝘆𝗮

Pendapat ini dinyatakan dan didukung oleh mayoritas ulama kaum muslimin dari berbagai disiplin ilmu, para muhaditsin (ahli hadits), mufassirin (ahli tafsir), muarikhin (ahli sejarah), fuqaha (ahli fiqih) hingga para ilmuwan muslim kala itu. 

Rasanya tidak perlu kami sebutkan nama-nama mereka berikut pernyataannya di sini karena akan menjadi panjang sekali karena banyaknya. Mungkin pembaca bisa mengetahui sebagiannya dari penjelasan pendalilan pengusung pendapat bumi bulat yang saya cantumkan.

Karena itulah kemudian ada sebagian ulama yang menyatakan adanya ijma ulama dalam memegang pendapat ini. Al Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata :

أن أحد من أئمة المسلمين المستحقين لإسم الإمامة بالعلم رضي الله عنهم لم ينكروا تكوير الأرض ولا يحفظ لأحد منهم في دفعه كلمة بل البراهين من القرآن والسنة قد جاءت بتكويرها

“Para Imam kaum muslimin yang berhak mendapar gelar imam radhiallahu'anhum tidak mengingkari bahwa bumi itu bulat. Tidak pula diketahui dari mereka yang membantah sama sekali, bahkan bukti-bukti dari al Quran dan Sunnah membuktikan bahwa bumi itu bulat.”[1]

Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata :

وقال الإمام أبو الحسين أحمد بن جعفر بن المنادي من أعيان العلماء المشهورين بمعرفة الآثار والتصانيف الكبار في فنون العلوم الدينية من الطبقة الثانية من أصحاب أحمد : لا خلاف بين العلماء أن السماء على مثال الكرة قال : وكذلك أجمعوا على أن الأرض بجميع حركاتها من البر والبحر مثل الكرة

“Telah berkata Imam Abul Husain Ibnul Munadi rahimahullah termasuk ulama terkenal dalam pengetahuannya terhadap atsar-atsar dan kitab-kitab besar pada cabang-cabang ilmu agama, yang termasuk dalam tingkatan kedua ulama dari pengikut imam Ahmad : “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa langit itu seperti bola.”

Beliau juga berkata: “Demikian pula mereka telah bersepakat bahwa bumi ini dengan seluruh pergerakannya baik itu di daratan maupun lautan, seperti bola.”[2]

Sedangkan ulama lainnya tidak menyatakan sebagai Ijma’, namun pendapat mayoritas ulama, sebagaimana yang dinyatakan oleh al alamah Muthahhar bin Thahir al Maqdisi :

وقد اختلف القدماء في هيأة الأرض وشكلها فذكر بعضهم أنها مبسوطة مستوية السطح في أريع جهات والمشرق والمغرب والجنوب والشمال ومن هؤلاء من زعم أنها كهيئة الترس…. والذي يعتمده جماهيرهم أن الأرض مستديرة كالكرة وأن السماء محيطة فيها من كل جانب إحاطة البيضة بالمحة فالصفرة بمنزلة الأرض وبياضها بمنزلة الهواء وجلدها بمنزلة السماء

“Para ulama terdahulu berbeda pendapat tentang bentuk bumi. Sebagian mereka menyebutkan bahwa bentuk bumi itu datar membentang ke empat arah; timur, barat, selatan dan utara. Di antara mereka ada juga yang menyangka bahwa bentuknya seperti perisai.

Pendapat yang dipegang oleh kebanyakan mereka adalah bahwa bumi itu bulat seperti bola dan bahwa langit itu meliputi bumi dari segala arah seperti putih telur yang meliputi kuning telur.

Maka kuning telur diibaratkan seperti bumi, putihnya seperti udara dan kulitnya seperti langit.”[3]

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹-𝗱𝗮𝗹𝗶𝗹𝗻𝘆𝗮

1. Az Zumar ayat 5 :

يُكَوِّرُ اللَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى اللَّيْلِ

“Allah menggulung malam ke dalam siang dan menggulung siang ke dalam malam.”

Ibnu Hazm berkata :

‌وهذا ‌أوضح ‌بيان ‌في ‌تكوير ‌بعضها ‌على ‌بعض ‌مأخوذ ‌من ‌كور العمامة وهو إدارتها وهذا نص على تكوير الأرض ودوران الشمس كذلك

“Ayat ini adalah penjelasan yang paling terang bahwa siang dan malam itu digulung. Diambil dari kata yang semakna, yaitu: Menggulung sorban, artinya menggulung dengan cara diputar. Maka ini adalah nash yang menunjukkan bundarnya bumi dan berputarnya matahari juga demikian.”[4]

Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah berkata:

تقول العرب: كار العمامة على رأسه إذا أدارها ولفها، وكورها بالتشديد صيغة مبالغة وتكثير، فالتكوير في اللغة: إدارة الشيء على الجسم المستدير كالرأس، ‌فتكوير ‌الليل ‌على ‌النهار ‌نص ‌صريح ‌في ‌كروية ‌الأرض

Orang Arab berkata: “Seseorang men-takwir surban di kepalanya jika dia melilitkan dan memutarkannya.” Kata ‘Takwir’ ditasydid sebagai bentuk mubalaghah (sangat). Maka kata ‘at-Takwir’ secara bahasa adalah melingkarkan sesuatu pada benda yang bulat seperti kepala. Maka men-takwir siang dan malam merupakan teks yang jelas bahwa bumi itu bulat.”[5]

2. Al Insyiqaq ayat 3 dan 4 :

وَإِذَا الأَرْضُ مُدَّتْ () وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ

“Apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.”

Al Imam Ibnu Jauzi ketika menjelaskan ayat ini berkata :

وإذا الأرض مدت قال ابن عباس تمد مد الأديم ويزاد في سعتها

“Ayat “Apabila bumi diratakan,” Ibnu Abbas berkata: “Bumi diratakan seperti dibentangkannya kulit yang disamak dan ditambah luasnya.”[6]

Muhammad ath Thahir bin Asyur al Maliki berkata :

ومد الأرض : بسطها وظاهر هذا أنها يزال ما عليها من جبال كما يمد الأديم فتزول انثناءاته… ومن معاني المد أن يزال تكويرها بتمدد جسمها حتى تصير إلى الاستطالة بعد التكوير .

“Maksud meratakan bumi adalah membentangkannya. Secara dzahir jelaslah bahwa gunung-gunung di atasnya dihilangkan sebagaimana kulit yang disamak dibentangkan sehingga lipatan-lipatannya menghilang….

 Di antara makna meratakan bumi pada hari kiamat adalah bahwa bentuk bulatnya bumi dihilangkan dengan cara membentangkan badan bumi sehingga menjadi bentuk yang memanjang setelah berbentuk bulat.”[7]

3. Al Ma’arij ayat 40

فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ

“Maka aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur-timur dan barat-barat, sesungguhnya Kami benar-benar Maha Kuasa.”

Abu Abdillah Ibnu Arafah al Maliki berkata :

إما على أن الأرض كروية فتعدد المشرق والمغرب ظاهر لأن كل موضع مغرب لقوم مشرق لآخرين ، وإن قلنا : إنها بسيطة فهو مغرب واحد ومشرق واحد لكنها تتعدد بالفصول 

 “Ayat ini bisa menunjukkan bahwa bumi itu bulat. Maka banyaknya waktu dan tempat terbit serta tenggelamnya matahari menjadi jelas, karena setiap tempat mempunyai tempat dan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Jika kita katakan bahwa bumi itu datar, maka yang ada hanyalah tempat dan waktu terbit yang satu dan tempat dan waktu terbenam yang satu.”[8]

Al imam al Husain bin Mas’ud al-Baghawi asy Syafi’i berkata :

أراد الله تعالى أنه خلق للشمس ثلثمائة وستين كوة في المشرق، وثلثمائة وستين كوة في المغرب، على عدد أيام السنة، تطلع الشمس كل يوم من كوة منها، وتغرب في كوة منها، لا ترجع إلى الكوة التي تطلع منها إلى ذلك اليوم من العام المقبل، فهي المشارق والمغارب، وقيل: كل موضع شرقت عليه الشمس فهو مشرق وكل موضع غربت عليه الشمس فهو مغرب، كأنه أراد رب جميع ما أشرقت عليه الشمس وغربت.

Allah ta’ala memaksudkan bahwa Allah menciptakan untuk matahari 360 tempat terbit di timur dan 360 tempat terbenam di barat, sesuai dengan jumlah hari dalam setahun. Maka matahari terbit setiap hari di tempat terbit yang berbeda dan terbenam di tempat terbenam yang berbeda.

Dan tidak akan kembali ke tempat semula pada hari berikutnya sampai pada tahun depan. Itulah yang dimaksud dengan kata ‘Timur-timur’ dan ‘Barat-barat.” Ada juga yang berpendapat bahwa setiap tempat di mana matahari terbit padanya disebut timur Dan setiap tempat dimana matahari terbenam padanya disebut barat. Seolah-olah yang dimaksud adalah Allah sebagai Rabb semua tempat terbit dan tenggelamnya matahari.”[9]

4. Al Anbiya ayat 32 :

وَجَعَلْنَا السَّمَاء سَقْفًا مَّحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ

“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.“

Ibnu Katsir rahimahulah berkata :

أي: على الأرض وهي كالقبة عليها..

“Maksudnya di atas bumi. Langit itu seperti kubah yang melingkupi bumi...”[10]

Dan Ibnu Atsir rahimahulah berkata :

القُبَّة من الخيام : بَيْتٌ صغير مُسْتدير وهو من بيوت العرب

“Kubah dari tenda adalah rumah kecil yang berbentuk bulat. Dan itu termasuk rumah-rumah orang Arab.”[11]

5. Ath Thalaq ayat 12 :

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأَرْضِ مِثْلَهُنَّ

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.

Al imam Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata :

جَاءَ رجل إِلَى ابْن عَبَّاس فَقَالَ أَرَأَيْت قَول الله عز وَجل {سبع سماوات وَمن الأَرْض مِثْلهنَّ} قَالَ ابْن عَبَّاس هن ملتويات بَعضهنَّ على بعض

“Pernah datang seorang laki-laki kepada Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dan bertanya tentang maksud firman Allah ta’ala 'tujuh langit dan seperti itu pula bumi', maka beliau menjawab: 'Sebagian dari mereka (langit dan bumi) melingkarkan kepada sebagian lainnya.”[12]

Burhanuddin Ibrahim bin Umar asy Syafi’i rahimahullah berkata :

وظاهره يدل على أنها كما هي مثلها في العدد فهي مثلها في الكرية وإحاطة كل واحدة منها بالتي تحتها.

“Dhahir ayat di atas menunjukkan bahwa bumi sebagaimana mirip dengan langit dalam hal jumlahnya, juga mirip dengan langit dalam bentuknya yang bulat dan masing-masing lapisannya melingkupi lapisan yang berada di bawahnya.”[13]

6. Al Kahfi ayat 47 :

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الأَرْضَ بَارِزَةً

“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan dapat melihat bumi itu datar...”

Ulama Saudi terkemuka, Syaikh Utsaimin ketika menjelaskan makna ayat di atas berkata :

‌ظاهرة ‌لأنها ‌تكون ‌قاعاً ‌وصفصفاً، ‌وهي ‌الآن ‌ليست ‌بارزة ‌لأنها ‌مكورة

“Bumi menjadi tampak jelas karena bekas gunung-gunung diratakan. Sedangkan bumi sekarang tidaklah datar (tidak bisa nampak semua) karena berbentuk bulat.”[14]

7. Surah Yasin ayat 40 :

لا الشَّمْسُ يَنبَغِي لَهَا أَن تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”

Al imam Shidiq Khan rahimahulah berkata :

وأما في أنفسها فإن كروية الأرض تقتضي أن يكون بعض الأوقات في بعض الأماكن ليلاً وفي مقابله نهاراً.

“Adapun mengenai bumi, maka bulatnya bumi memberikan konsekuensi bahwa sebagian waktu di sebagian tempat adalah malam, sedangkan di tempat yang berkebalikan waktunya siang.”[15]

8. Al Hajj ayat 61 :

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ

“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah (kuasa) memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam.”

Berkata Nidzamuddin an Naisaburi  ketika menjelaskan ayat ini :

لأن زيادة أحدهما تستلزم نقصان الآخر ضرورة كون مجموعهما أربعاً وعشرين ساعة . أو كيف يختلفان في الأمكنة فإن نهار كل بقعة تقابلها ضرورة كروية الأرض .

“Ini karena bertambahnya waktu dari salah satunya (yakni siang dan malam, pen) menyebabkan berkurangnya waktu yang lainnya sebagai kemestian bahwa jumlah lamanya siang dan malam adalah 24 jam. Atau bagaimana siang dan malam berbeda-beda di berbagai tempat di bumi, karena waktu siang setiap tempat itu dihadapkan pada kemestian bulatnya bumi.”[16]

Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah

‌ويدل ‌عليه ‌أن ‌الشمس ‌والقمر ‌والكواكب ‌لا ‌يوجد ‌طلوعها وغروبها على جميع من في نواحي الأرض في وقت واحد بل على المشرق قبل المغرب

“Dan yang menunjukkan bahwa bumi itu bulat adalah matahari, bulan dan bintang-bintang tidak terbit dan terbenam terhadap semua orang di seluruh penjuru bumi dalam waktu bersamaan, akan tetapi terbit di Timur dulu sebelum ke Barat.” [17]

~ Bersambung (Bantahan pendalilan)...

________

[1] Fashl fil Milal (2/78)

[2] Majmu’ Fatawa (25/195)

[3] Al Bad’u wat Tarikh hal 76.

[4] Al Fashl fil Milal wal Ahwa wan Nihal (2/78)

[5] Tafsir al Manar (1/177).

[6] Zaadul Masir fi Ilmit Tafsir (9/63).

[7] At Tahrir wat Tanwir (4772-4773).

[8] Tafsir Ibn ‘Arafah (1/402)

[9] Ma’alimut Tanzil (7/34).

[10] Tafsir Ibnu Katsir (5/340).

[11] An Nihayah fi Gharibil Hadits wal Atsar (4/4).

[12] Al Fashl fil Milal wal Ahwa’ wan Nihal (2/80).

[13] Nazhmud Durar (9/67).

[14] Tafsir Surat al Kahfi li Ibni Utsaimin hal. 81

[15] Fathul Bayan fi Maqashidil Quran (6/18).

[16] Gharaibul Quran wa Raghaibul Furqan (1/387).

[17] Majmu’ al Fatawa (25/195)

Baca juga kajian tentang ikhtilaf berikut :

  1. Luwes Karena Luas
  2. Bumi Bulat vs Datar IV
  3. Bumi Bulat vs Datar III
  4. Bumi Bulat vs Datar II
  5. Bumi Bulat vs Datar I

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

16 Desember 2022 pada 05.31  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Bumi Bulat vs Datar II - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®