Sunnah Yang Mudah dan Yang Sulit
Tidak ada yang tahu jumlah pasti dari sunnah saking banyaknya. Yang dimaksud sunnah di sini adalah perbuatan/amalan yang utama sebab disukai Rasulullah tetapi tidak berdosa apabila tidak dilakukan.
Dalam satu jenis ibadah saja sunnahnya sudah banyak. Misalnya ketika shalat, ada posisi berdiri yang sunnah, cara mengangkat tangan yang sunnah, posisi meletakkan tangan yang sunnah, arah pandangan yang sunnah, bacaan yang sunnah, gerakan yang sunnah, posisi shaff dan seterusnya. Dalam puasa, dzikir, membaca al-Qur’an dan lain-lain juga sama banyaknya.
Dalam kegiatan non ibadah juga sama ada sunnahnya. Dalam cara berjalan, duduk, tidur, berpakaian, kaget, heran, diam, berteduh, bepergian, masuk rumah, buang air, hingga memakai sandal pun ada sunnahnya.
Secara umum, bila dilihat dari tingkat kesulitannya, amalan sunnah dapat dibagi menjadi dua, yakni amalan mudah dan amalan sulit:
Sunnah yang mudah adalah amalan sunnah yang tidak memerlukan ketekunan dan usaha, misalnya urusan penampilan. Memanjangkan jenggot, memakai bawahan cingkrang atau mekaia desain model busana tertentu adalah sunnah yang mudah sebab hanya perlu membiarkan jenggot dan sekali saja mendesain celana/baju/sorban. Tak perlu usaha apa pun untuk istiqamah dalam hal ini. Selain mudah, sunnah tipe penampilan adalah sunnah yang paling gampang disusupi riya' hingga bisa saja malah tak berarti sama sekali.
Sunnah yang sulit adalah sunnah yang memerlukan usaha dan ketekunan dari waktu ke waktu untuk menjaga keistiqamahannya. Memenuhi sunnah-sunnah dalam ibadah, puasa sunnah, shalat sunnah, wiridan sunnah, khataman al-Qur’an terus menerus, belajar/mengajar rutin, dan banyak lainnya adalah contoh sunnah yang berat. Tanpa niat, kesungguhan dan usaha keras, semua itu akan sangat sulit dilakukan kecuali jarang-jarang dan putus-putus.
Sunnah yang pahalanya sangat besar dan dapat mengubah kualitas seseorang adalah sunnah yang sulit itu. Tapi sayang, sebagian muslim justru menilai kadar kesunnahan seseorang dari sunnah yang mudah itu. Pokoknya kalau sudah berjenggot panjang dan cingkrang maka dianggap suka sunnah, kalau tidak begitu maka artinya kurang sunnah. Mungkin dia berpikir bahwa kalau yang mudah saja sudah tidak dilakukan maka pasti yang sulit juga tidak, padahal tidak demikian.
Kecenderungan, minat dan kesempatan tiap orang berbeda sehingga amalan sunnah yang dilakukan secara istiqamah juga akan berbeda-beda. Sebagian suka shalat malam, sebagian suka wirid, sebagian suka membaca al-Qur’an, sebagian suka sedekah dan seterusnya. Ketika seseorang mati, amalan sunnahnya akan ditotal semua dan saat itu barulah terlihat mana yang paling banyak sunnahnya. Sedangkan di dunia, masih belum bisa dinilai mana yang banyak sunnahnya sebab tak semua sunnah itu terlihat.
Bahkan salah satu sunnah yang sangat besar nilainya dan sangat sulit dilakukan adalah tipe sunnah yang bersifat batiniah, yaitu menjaga kebersihan hati. Ini sunnah yang elit sebab hanya dapat dilakukan sedikit orang, tapi sama sekali tidak terlihat. Sunnah tipe elit ini sulit sebab penuh jebakan. Makin seseorang merasa bahwa hatinya bersih biasanya itu tanda bahwa sejatinya hatinya makin kotor. Makin merasa cantik hati, biasanya makin buruk rupa hatinya sebab setan selalu ahli memoles yang buruk agar tampil baik dalam benak orang yang ditipunya.
Baca juga kajian Sunnah berikut :
- Sunah-sunah Salat Yang Selalu Dipermasalahkan
- Lahir Lalu Meninggal, Apakah Masih Disunahkan Untuk Diakikahi?
- Bolehkah Shalat Sunnah Saat Khatib Khutbah?
- Ibadah Sunnah Enak, Wajib Kok Tidak Enak?
- Maulid Nabi Perspektif Al-Qur'an dan Sunnah
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad