IMAM SA'ID BIN MUSAYIB YANG CUEK KEPADA PENGUASA
Oleh Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
Al imam Sa'id bin Musayib rahimahullah dikenal sebagai ulama yang sangat menjaga jarak dengan para penguasa, khususnya dari keluarga istana dinasti Umawiyah.
Setiap khalifah yang naik tahta berusaha menundukkan hati Sa'id untuk mau berkontribusi di pemerintahan, atau minimal mau lunak kepada para penguasa dengan sesekali memenuhi undangan mereka, namun selalu berbuah pahit.
Seperti yang dilakukan oleh khalifah Malik bin Marwan yang mendengar bahwa Sa'id bin Musayib sedang membutuhkan uang karena tertimpa sebuah musibah. Ia mengirimkan 30.000 dirham (2,1 milyar) kepada sang imam. Namun Ibn Musayib justru menolaknya dan mengatakan kepada utusan istana kalimat yang tajam :
لا حاجة لي فيها ولا في بني مروان حتى ألقى الله، فيحكم بيني وبينهم
"Saya tidak membutuhkan uang ini dan juga tidak membutuhkan bantuan dari bani Marwan, hingga saya bertemu Allah dan mengadili antara saya dan mereka.”
Setelah ditolak bantuannya, Malik bin Marwan masih mencoba melakukan pendekatan lain, kali ini ia mengirimkan utusannya yang didampingi gubernur Madinah melamar putri Sa'id bin Musayyib untuk putra mahkotanya, yakni Walid bin Abdul Malik.
Namun lagi-lagi lamaran ini pun ditolak mentah - mentah oleh Sa'id bin Musayib. Sang imam kemudian justru menikahkan putrinya yang terkenal cantik dan alim itu dengan muridnya yang menduda karena baru saja ditinggal oleh istrinya.
Ketika khalifah Walid bin Abdul Malik telah naik tahta menggantikan ayahnya Abdul Malik, ia pernah pergi mendatangi kota Madinah dan singgah di masjid Nabawi.
Di dalam masjid ia melihat seorang syaikh yang dikerumuni oleh banyak jama'ah, maka ia bertanya ke orang-orang siapa syaikh tersebut, dan dijawab bahwa itu adalah imam Sa'id bin Musayib. Ia pun memerintahkan seorang pengawalnya untuk mendatangkan beliau kepadanya.
Pengawal itupun datang kepada Ibnu Musayib dan berkata : "Amirul mukminin meminta agar engkau menemuinya."
Said bin Musayib menjawab dengan datar : "Mungkin engkau salah orang, mungkin saja yang dimaksud olehnya adalah orang lain."
Utusan itu berkali-kali meyakinkan bahwa ia tidak sedang salah orang, namun kembali dijawab serupa oleh sang imam. Akhirnya ia kembali dengan tangan hampa, gagal menghadirkannya kepada khalifah al Walid.
Begitu mengetahui panggilannya tidak dipenuhi, Walid bin Abdul Malik sempat marah, bahkan ia berniat untuk menghukum Sa'id bin Musayib, namun orang-orang yang bersamanya dan juga jama'ah yang ada di masjid berkata mengingatkannya :
يا أمير المؤمنين ، فقيه المدينة ، وشيخ قريش ، وصديق أبيك ، لم يطمع ملك قبلك أن يأتيه
"Wahai Amirul Mukminin, dia adalah ulama yang paling ahli di Madinah, pembesar kaum Quraisy dan juga teman dari ayahmu. Tidak ada seorang pun dari para khalifah yang bisa membuatnya memenuhi panggilan mereka."
Akhirnya, Walid bin Abdul Malik sang penguasa dinansti Umawiyah itu pun pergi meninggalkan masjid dengan perasaan yang mendongkol.
________
📜Siyar A'lam Nubala (4/218- 224)
Baca juga kajian Ustadz AST tentang Penguasa :
- Demo Sama Dengan Pemberontakan?
- Firqah Sesat Murjiah
- Koq Bisa Kebalik Gitu Ya?
- Menasehati Penguasa Secara Terbuka
- Doa Laknat Untuk Penguasa Dzalim
- Keberanian Sa'id Ibn Musayib Kepada Penguasa Dzalim
- Imam Said Bin Musayib Yang Cuek Kepada Penguasa
- Ulama Yang Berhadapan Dengan Penguasa
- Deretan Ulama yang Mengkritik Penguasa Secara Terbuka
- Sikap Ulama Kepada Kedzaliman Penguasa
- Ulama Juga Menasehati Penguasa Secara Terbuka
Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq
24 Oktober 2022 ·