AKIDAH TANZIH ULAMA HANABILAH SEBELUM IBNU TAYMIYAH
Sebelum munculnya Syaikh Ibnu Taymiyah dengan segala kenyelenehannya dalam fikih mau pun akidah, para ulama Hanabilah sama dengan ulama Ahlussunnah di luar mereka memilih secara tegas menafikan gerak dan perpindahan dari Allah. Pernyataan mereka tidak berada di wilayah abu-abu yang akhirnya membuat awamnya terperosok dalam tajsim, seperti kita lihat dalam pola statemen para Taymiyun.
Imam Ibnu Hamdan al-Hanbali (603-695 H) adalah salah satu tokoh sentral Hanabilah pada masanya yang merekam pendapat-pendapat tokoh Hanabilah klasik. Dalam kitabnya yang berjudul Nihayat al-Mubtadi'in, ia menukil pendapat Imam Ahmad dan beberapa nama besar pengikutnya dalam bidang akidah. Di antara pembahasan yang menarik untuk disampaikan di sini adalah soal "gerakan" dan "perpindahan" Tuhan yang sepintas ada dalam hadis nuzul. Seperti para Asy'ariyyin, dalam catatan Ibu Hamdan mereka semua menafikan "gerakan" dan "perpindahan" tersebut meskipun dalam waktu yang sama menetapkan hadis nuzul dan mengimaninya. Berikut ini pernyataan mereka dalam kitab tersebut:
1. at-Tamimi al-Hanbali
وقال التميمي في اعتقاد أحمد في حديث النزول : «ولا يجوز عليه الانتقال، ولا الحلول في الأمكنة» .
"At-Tamimi berkata tentang akidah Imam Ahmad dalam masalah hadis Nuzul: Tidak mungkin bagi Allah berpindah atau pun menempat di berbagai tempat"
2. Ibnu al-Banna' al-Hanbali
قال فيه ابن البناء في اعتقاد أحمد : «ولا يقال بحركة ولا انتقال »
"Ibnu al-Banna' berkata soal hadis nuzul dalam perspektif akidah Imam Ahmad: Tidak boleh dikatakan nuzul dengan gerakan dan perpindahan".
3. Qadi Abu Ya'la al-Hanbali
وقال القاضي أبو يعلي : «وقد وصفه النبي ﷺ بالنزول إلى السماء الدنيا
والعلو، لا على جهة الانتقال والحركة، كما جازت رؤيته، لا في جهة. ... لا يثبت نزول عن علو وزوال، بل نزول لا يعقل معناه ورؤية لافي جهة، ولا يعقل ذلك في الشاهد
"Qadi Abu Ya'la berkata: Nabi telah menyifati Allah dengan nuzul ke langit dunia dan uluw, tapi tidak atas makna berpindah maupun bergerak seperti halnya Allah bisa dilihat tanpa arah. ... Nuzulnya bukanlah turun dari tempat atas dan menyingkir dari sana, tapi nuzul yang tidak dipahami maknanya dan melihat Allah tanpa arah. Dan, hal ini tidak dapat dipahami dalam apa yang terlihat sekarang."
4. Ibnu Aqil al-Hanbali
وقال ابن عقيل : «ليس بزوال ولا انتقال، ولا كنزولنا»
"Ibnu Aqil berkata: Nuzul Allah tidaklah berupa menyingkir atau berpindah lokasi, tidak seperti turunnya kita".
5. Abu Nashr as-Sijsi al-Hanbali
وقال أبو نصر السجزي: ليس في قول الله على العرش تحديد، وإنما
التحديد للعرش وما دونه ، والله فوق ذلك حيث لا مكان ولا حد، لأنه كان ولا مكان، ثم خلق المكان وهو كما كان قبل خلق المكان»
"Abu Nashr as-Sijsi berkata: "Dalam firman Allah "di atas Arasy" tidak ada makna pembatasan lokasi. Sesungguhnya yang terbatas hanyalah Arasy dan apa yang ada di bawahnya sedangkan Allah di atas itu sekiranya tidak ada tempat dan batasan sebab Allah sudah ada saat tempat tidak ada, kemudian Allah menciptakan tempat sedangkan Allah tetap seperti sedia kala sebelum tempat tercipta (wujud tanpa tempat)."
Kesemua pernyataan ulama Hanabilah klasik di atas sama persis dengan pernyataan ulama Asy'ariyah di kitab-kitab mereka. Nuzul dan uluw ditetapkan apa adanya sebagaimana dinyatakan dalam nash tetapi unsur kejisiman yang meliputi gerak dan perpindahan lokasi dinafikan dengan tegas. Yang ada adalah keyakinan bahwa Allah wujud tanpa tempat dan berbeda secara mutlak dari seluruh semesta mau pun hukum alam yang kita amati sekarang. Jadi, ketika makhluk nuzul, maka yang terjadi adalah perpindahan lokasi dari atas ke bawah, tetapi ketika Allah yang nuzul, maka tidak ada hal semacam itu.
Catatan Imam Ibnu Hamdan di atas adalah sekelumit kecil dari perbedaan antara ulama Hanabilah dan para Taymiyun alias mereka yang kita kenal sebagai wahabi di era ini. Sebelumnya saya pernah membahas akidah Syaikh Ibu Abdil Barr al-Maliki yang juga sama persis seperti para Hanabilah di atas yang secara tegas menafikan gerak dan perpindahan, dan semuanya disalahkan oleh para tokoh Taymiyun yang muncul di era khalaf tapi selalu mengaku salaf itu. Padahal yang salaf justru menyelisihi mereka.
Semoga bermanfaat.
baca juga kajian tentang ulama berikut :
- Mengapa Banyak Ulama Wafat
- Proses Ulama Dalam Berfatwa Mengenai Suatu Permasalahan Kontemporer
- Ulama Istana
- Validasi Fatwa Ulama
- Warisan Ulama Salaf, Adab dan Perbedaan Pendapat
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
18 Juli 2022 ·