Belajar Tawakal Kepada Burung

Belajar Tawakal Kepada Burung

Belajar Tawakal Kepada Burung

Oleh : Rahmat Taufik Tambusai

Sebagian umat islam belum bisa membedakan mana yang termasuk amalan hati dan mana yang masuk amalan fisik.

Akhirnya mengakibatkan mereka salah dalam mengambil sikap dalam setiap persoalan hidup, baik berkaitan dengan urusan duniawi mau pun urusan ukhrawi.

Diantara amalan hati ; tawakal, ridho, khauf, roja, syukur, sabar dll.

Jika dikatakan amalan hati, maka maknanya adalah bahwa amalan tersebut letaknya di dalam hati, bukan diletakkan di perbuatan fisik. 

Tawakal merupakan amalan hati, apabila diletakkan di perbuatan fisik, maka melahirkan sikap pasrah dan malas berusaha.

Sebagai contoh ; anak istrimu butuh biaya, kenapa kamu santai di rumah tidak bekerja ? tawakal ajalah kepada Allah.

Yang dikehendaki syariat adalah ketika akan dan sedang  bekerja mengantungkan usaha badaniyah tersebut kepada Allah.

Artinya fisik berusaha, sedangkan hati mengingat hakikat ketetapan Allah ; bahwa Allah yang maha mengatur, dan mustahil Allah lalai terhadap hambanya. 

Pemahaman yang benar ini dapat kita lihat dalam doa keluar rumah, yang berbunyi :

بسم الله توكلت علی الله و لا حول و لا قوۃ الا بالله العلی العظیم 

Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, yang mana tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah yang maha tinggi lagi maha agung.

Doa ini bukti, bahwa amalan hati harus dibarengi dengan amalan fisik berupa tindakan dan perbuatan. 

Ketika keluar rumah, entah untuk bekerja mencari nafkah, atau ibadah berupa sholat ke masjid, umroh haji atau sekedar silaturrahmi dan refreshing, diawali dengan tawakal menyerahkan urusan tersebut kepada Allah ditindaklanjuti dengan perbuatan fisik berupa melangkahkan kaki ke tempat yang dituju.

Jika amalan hati saja berupa tawakal tanpa tindakan fisik berupa melangkahkan kaki dan ayunan tangan, maka makna tawakal tidak tercapai, dan itu dinamai pasrah, islam bukan agama pasrah.

Sikap burung merupakan contoh nyata bahwa tawakal amalan hati, bukan amalan fisik, dan antara amalan hati dan fisik harus sejalan dan seimbang.

Sebagaimana disebutkan di dalam hadits nabi : 

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً

”Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang. ( HR. Tirmizi )

Jika seandainya tawakal amalan fisik, maka burung cukup diam di sarangnya, menunggu tanpa usaha, ternyata tidak demikian.

Jika boleh kita diilustrasikan insting burung, dalam batinnya mengatakan, aku yakin rizkiku telah ditetapkan Allah, maka aku cukup keluar dari sarang, Allah pasti akan memberikan rizki tersebut kepadaku.

Yang perlu kita ingat, burung hanya diberi dua sayap, mampu mendapatkan rizki, pada waktu pagi keluar dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.

Sedangkan kita manusia, Allah berikan Akal serta anggota tubuh yang sempurna, jika ingin sedikit saja menggunakan potensi yang Allah anugrahkan, maka pasti Allah akan memberikan rizki.

Berkaitan besar kecilnya rizki yang diberikan merupakan hak Allah, bukan hak kita menentukan hasilnya, karena kita hanya disuruh keluar rumah sebagaimana burung keluar dari sarangnya, maka pasti Allah akan cukupi kebutuhan kita.

Keluar rumah bagi manusia maknanya lebih luas dibandingkan burung keluar dari sarangnya, jangan dipahami, keluar jalan - jalan tanpa melakukan apa - apa, burung keluar dengan terbang kesana - kemari bentuk usahanya mencari rizki.

Manusia dengan matanya untuk memperhatikan, lisannya untuk bertanya, telinganya untuk mendengar informasi, seandainya manusia cukup menggunakan lisannya saja, lalu jalan kesana kemari untuk bertanya sebuah pekerjaan, maka akan didapatkan pekerjaan tersebut.

Burung hanya dari satu ranting ke ranting yang lainnya, Allah bukakan pintu rizki untuknya, sedangkan kita mampu bersilaturrahmi dari berbagai kalangan, pedagang, petani, peternak, pejabat, nelayan, dan pengusaha, dengan mendengarkan pengalaman mereka dalam merintis karir dan usaha, bisa dijadikan sebagai motivasi dan inspirasi.

Sebagai contoh, Jika ingin jadi pedagang cukup duduk dengan para pedagang, maka peluang - peluang akan terbuka, jika ingin jadi peternak, cukup duduk dengarkan cerita pengalaman para peternak sukses, maka bisa dijadikan sebagai inspirasi, demikian seterusnya sesuai profesi yang diinginkan.

Burung saja mengerti hakikat tawakal, maka seharusnya kita lebih paham, apa makna tawakal yang sesungguhnya.

Tawakal tanpa usaha fisik adalah bohong, dan usaha fisik tanpa tawakal adalah sombong.

Jadikan tawakal burung sebagai pedoman hidup, sebelum keluar sarang bertawakal kepada Allah, lalu kepakkan sayap menjemput rizki yang telah Allah tebarkan di permukaan bumi, sesuai kecenderungan, hobi dan kemampuan skill kita.

Kenapa kita harus tawakal dari awal melangkah ? jika setelah kita berusaha tidak mendapatkan hasil atau tidak maksimal hasilnya dengan usaha kita, maka hati tidak kecewa dan tidak pula mengumpat - umpat pemberian Allah yang sedikit.

Dalu - dalu, Minggu 12 Juni 2022

Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa

12 Juni 2022 pada 17.33  ·

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Belajar Tawakal Kepada Burung - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®