TAKBIRAN (Mereka sudah kembali)
Setelah kami upload video tentang anjuran takbiran (termasuk di dalamnya takbiran berjamaah), banyak yang menyampaikan kepada kami via dm di Instagram dan messenger facebook, bahwa masjid mereka sudah kembali takbiran lagi. Kalimat “sudah kembali takbiran lagi”, menunjukkan sebelumnya tidak melakukannya. Lalu masing-masing menyampaikan kisah ‘pertaubatan’ mereka.
Mereka cerita bahwa sebelum ini atau dulunya, pernah punya pemahaman bahwa takbiran berjamaah itu bidah. Termasuk yang mereka bidahkan adalah tarling (takbir keliling biasanya sambil bawa oncor). Maka, amalan seluruh kaum muslimin di Indonesia bahkan di dunai saat ini, termasuk bidah dhalalah. (Sekali lagi) mereka berdalih (bukan berdalil) karena hal ini tidak dicontohkan oleh nabi. Demikianlah mereka memahami makna bidah.
Karena ingin menjauhi bidah, maka setelah isya mereka pulang. Rencananya, mau takbiran sendiri-sendiri saja di rumah yang menurut asumsi mereka itu satu-satunya cara yang sesuai sunah. Tapi, rencana tinggal rencana. Sampai di rumah ternyata juga tidak takbiran. Malah ngobrol ngalor ngidul nggak jelas. Sebentar waktu lalu tidur sampai subuh.
Di saat seluruh masjid di Indonesia dan bahkan di dunai semarak mengumandangkan dan menggemakan takbiran, hanya masjid mereka satu-satunya masjid yang sepi, tidak ada aktifitas apapun, dan gelap gulita. Akhirnya masjidnya terlihat ‘nyleneh’ alias tidak lumrah. Masyarakat pun akhirnya takut mendekat, karena khawatir masjid tersebut ikut aliran yang menyimpang.
Kondisi seperti itu tidak kemudian membuat mereka mau berfikir dan menganalisa kembali pemahaman mereka, justru membuat mereka semakin bersemangat di atas kesalahan tersebut. Mereka merasa menjadi golongan yang benar-benar “ghuraba” (terasing). Untuk menjustifikasi klaim ini, merekapun membawakan hadis tentang ghuraba dan firqatun najiyah (golongan yang akan selamat) yang mereka tafsirkan seenak perut mereka.
Itu kondisi mereka sebelumnya. Alhamdulillah sekarang sudah taubat dan kembali kepada pemahaman yang benar. Bahkan sebagian mereka sudah meninggakan pemaham seperti ini sejak beberapa tahun yang lalu. Semuanya memang perlu proses. Asal mau untuk terus belajar, membaca, dan tidak antipati dari menerima informasi ilmu dari pihak lain, insya Allah akan dibukakan ke pemahaman yang benar. Ini baru satu contoh, permasalah lainnya masih banyak.
Dengan banyaknya testimoni positif inilah, yang membuat kami bersemangat untuk terus menulis dan membuat video-video dakwah di medos (terutama di Instagram, Facebook dan Youtube). Berusaha untuk membagikan sedikit ilmu dan pencerahan kepada umat. Semoga upaya ini ditulis oleh Allah sebagai bagian dari amal shalih yang pahala akan terus mengalir kepada kami kelak di alam kubur. Amin.
(Abdullah Al-Jirani)
Sumber FB Ustadz : Abdullah Al Jirani
3 Mei 2022