Bila Beragama Tanpa Akal
Beragama tentu harus memakai akal sehat. Baik dalam masalah akidah, fikih, tasawuf atau seluruh ilmu islam, semuanya wajib memakai akal sehat. Tapi kita sering mendengar Netizen sebelah yang mendoktrin agar tidak pakai akal. "Beragama kok pakai akal?", kata mereka.
Demi diskusi, oke kita iyakan saja dulu dan kita anggap beragama, dalam kasus ini adalah berakidah, tidak perlu pakai akal. Lalu apa jadinya? Ketika Nabi Ibrahim bersabda atas instruksi Allah seperti berikut:
قَالَ أَفَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا یَنفَعُكُمۡ شَیۡـࣰٔا وَلَا یَضُرُّكُمۡ . أُفࣲّ لَّكُمۡ وَلِمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
"Dia (Ibrahim) berkata, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kalian memakai akal?” [Surat Al-Anbiya' 66 - 67]
Saat Nabi Ibrahim bertanya: "Tidakkah kalian memakai akal?", maka karena tidak boleh pakai akal jawabannya adalah: "Agama kok mau pakai akal, Ibrahim..Ibrahim...?"
Akibatnya ditolaklah dakwah rasional para Nabi, suburlah kekafiran, kebodohan dan kesesatan sebab akal sehat dibuang dari agama.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
25 Mei 2022 pada 09.39 ·