Label Syiah untuk pengkounter wahhabi
Oleh : Rahmat Taufik Tambusai
Entah dari mana asal usulnya setiap orang yang mengkounter dan meluruskan pemahaman wahhabi, maka akan dituduh sebagai syiah.
Jika ada yang tidak percaya, silahkan coba tulis status di face book, yang sifatnya mengkounter dan meluruskan pemahaman wahhabi, sebagai contoh bahwa Syeikh Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad abdul wahhab, Albani, Utsaimin, Bin baz dan Shalih fauzan bukan ulama salaf.
Contoh lain, bahwa Qunut subuh, zikir dan doa berjamaah, talqin dan baca al Quran di kuburan, isra mikraj, azan di telinga bayi bukan bidah seperti yang dituduhkan wahhabi.
Maka para pengikut wahhabi akan bermunculan merespon dikolom komentar, dengan mengatakan yang punya status sebagai syiah.
Respon langsung tanpa tabayyun oleh pengikut wahhabi, ternyata bukan hanya di indonesia tetapi di negara arab juga sama, dan saya telah buktikan dengan melihat web dan face book berbahasa arab yang mengkounter pemahaman wahhabi, para komentator wahhabi langsung menuduh penulisnya sebagai syiah.
Apakah hanya kebetulan sama atau memang mereka diciptakan dengan model yang sama, atau efek dari diasuh dengan metode dan manhaj yang sama.
Yang tidak habis pikir, mereka yang mengaku terpelajar juga terpapar dengan virus ini, bukankah membaca merupakan pintu ilmu, dengan banyak membaca, maka yang samar - samar akan menjadi jelas, yang tersembunyi akan terbuka dan yang terdoktrin akan terurai buhul - buhulnya satu per satu.
Jika diamati, mulai dari pelosok negeri yang jauh dari hiruk pikuk peradaban sampai ke kota besar yang tersebar toko - toko buku, jika seseorang sudah terpapar virus wahhabi, maka sangat amad sulit untuk merubahnya, walau pun hidup di tengah banyaknya ulama.
Karena sejak dini, para pendakwah wahhabi telah menanamkan kepada muridnya, jangan pernah mengambil ilmu kepada selain ulama mereka, dan jangan pernah baca buku si fulan karena penuh dengan syubhat yang menyambar - nyambar.
Bumbu selanjutnya, Jika ada yang tidak suka dengan dakwah kita, maka mereka adalah syiah, karena hanya syiah yang tidak suka dengan dakwah kita.
Padahal yang mereka tuduh sebagai syiah, adalah para ulama aswaja yang mengkounter dan meluruskan pemahaman wahhabi yang terang - terangan memvonis amalan mayoritas umat islam sebagai bidah, khurafat dan syirik.
Maka ada satu ungkapan, jika anda berani mengkounter dan meluruskan pemahaman wahhabi, berarti anda sudah siap untuk dituduh sebagai syiah.
Yang menjadi tanda tanya, kenapa para pengikut wahhabi bersikap sama dalam menghadapi para pengkounter paham wahhabi dengan tuduhan sebagai syiah ?
Sedangkan istilah syiah barang baru yang tidak familiar di daerah - daerah pelosok yang jauh dari komunitas syiah ibu kota, tetapi para pengikut wahhabi seolah - olah begitu yakin bahwa para pengkounter wahhabi sebagai syiah, kalau bukan didoktrin oleh gurunya.
Yang menjadi tanda tanya besar selanjutnya, kenapa para pendaku wahhabi menjadikan syiah sebagai tertuduh?
Sedangkan para pengkounter wahhabi, murni dari kalangan ahlus sunnah wal jamaah yang tidak pernah bersentuhan dengan syiah, apalagi kerja sama dengan syiah, malahan mereka juga sebagai pengkounter syiah.
Atau ada unsur sengaja untuk menarik simpati orang awam, agar dianggap paham wahhabi merupakan paham yang selaras dengan ahlus sunnah wal jamaah, maka dijadikan syiah sebagai musuh.
Dan berharap umat islam mengakui bahwa mereka bagian mayoritas ahlus sunnah wal jamaah, karena mayoritas umat islam berpendapat bahwa syiah bukan bagian islam.
Dan ada pula yang berpendapat, Untuk menunjukkan eksistensi suatu komunitas agar terlihat dipermukaan, jalan yang paling mudah adalah membuat - buat musuh bebuyutan, agar perhatian orang tertuju kepada mereka.
Selanjutnya membenturkan sesama muslim, jika tidak setuju dengan mereka disebut sebagai syiah, apabila ikut dalam kelompok wahhabi maka baru dianggap muslim yang sejati dan original.
Walaupun berbuih mulut para pengkounter syiah menunjukkan kekeliruan paham syiah, jika tidak ikut dalam kafilah wahhabi, maka di mata wahhabi akan tetap dikatakan sebagai syiah.
Dalu - dalu, 21 April 2022
Sumber FB Ustadz : Abee Syareefa
21 April 2022 pada 20.45 ·