Belajar Ilmu Al-Quran
Semakin berkembang zaman semakin berkembang juga cabang-cabang ilmu pengetahuan, termasuk ilmu Al-Quran.
Memang kalau di level dasar dan pemula, belajar Al-Quran itu ibarat kita sekolah di SD, ilmu yang kita pelajari semuanya hanya ilmu yang dasar-dasar saja. Makanya di SD yang ngajar cukup satu guru, untuk semua mata pelajaran.
Bukan berarti guru itu pinter banget menguasai semua ilmu, tapi karena ilmu di SD itu memang masih dasar banget.
Beda ceritanya dengan jenjang SMP, tidak mungkin satu guru mengajar semua mata pelajaran. Di SMP tiap satu mata pelajaran hanya bisa diajar oleh satu guru khusus.
Guru Biologi tidak mungkin ngajar Matematika. Guru Geografi tidak boleh ngajar Fisika. Dan guru Bahasa Inggris tidak mengajar Ekonomi.
Ilmu-ilmu itu mulai dipecah sedemikian rupa, karena semakin mendalam. Yang mengajar hanya guru yang dulu kuliahnya di bidang itu.
oOo
Begitu juga dengan ilmu Al-Quran. Bagi orang yang levelnya masih awalan, masih level SD, pokoknya mengaji Al-Quran, ya sudah gitu doang, soalnya memang masih dasar banget.
Namun semakin naik kelas dan semakin mendalami Al-Quran, ternyata Al-Quran itu bagaikan alam semesta, teramat luas isinya bagaikan tak bertepi.
Mempelajari Al-Quran ternyata tidak sebatas belajar membaca dan mengeja huruf Hijaiyah.
Makanya sekedar orang bisa hafal Qur'an itu belum bisa disebut ahli Al-Quran. Soalnya kayak gitu itu belum ada 1% dari cabang ilmu Al-Quran lainnya.
Khusus di bidang membaca saja, ada banyak cabang ilmu. Ada ilmu qiraat sab'ah dan 'asyrah dengan berbagai riwayat yang tidak mudah semuanya kita kuasai.
Di Indonesia, guru Al-Quran yang menguasai ilmu qiraat sab'ah bisa dihitung pakai jari.
Kalau sekedar dasar dalam membaca Al-Quran memang ada ilmu tajwid. Awalnya saya pikir ilmu tajwid itu ilmu sederhana, karena dipelajari ketika masih SD. Ternyata karena tajwidnya tajwid buat level SD.
Kalau ilmu tajwid yang sebenarnya, wah haha ternyata luas sekali. Saya baru sadar setelah belajar kepada yang lebih ekspert, luas sekali ternyata bagai alam semesta tak bertepi.
Saya heran, bagaimana guru saya KH. Dr. Ahmad Fathoni bisa menguasai sebegitu banyak kandungan ilmu tajwid. Puyeng saya mempelajarinya.
Belum lagi cabang ilmu baca Al-Quran lainnya seperti nagham. Wah, saya belum apa-apa sudah nyerah duluan. Inilah cabang ilmu Al-Quran yang saya tidak pernah mampu menguasainya. Ada begitu banyak maqamat yang perlu keseriusan tingkat tinggi untuk bisa menguasainya.
Ini adalah spesialisasi tersendiri dari Ilmu Al-Quran. Malah ada lomba dan kekuatannya mulai level kecamatan sampai internasional.
oOo
Ternyata ilmu Al-Quran itu luas sekali dan jumlahnya bejibun. Masing-masing ilmu itu harus dipelajari secara khusus, tidak bisa dikuasai hanya dengan baca-baca sekilas, apalagi googling.
Harus ada kelas khusus yang diajar oleh pakar spesialis, bukan sekedar nara sumber abal-abal.
Pantas dulu di masa kenabian, ilmu Al-Quran bahkan bisa dijadikan pembayar mahar kepada calon istri. Ternyata ilmunya keren dan bukan ilmu iseng-iseng. Orang yang menguasai ilmu Al-Quran, sebenarnya punya harta Karun yang terpendam.
Di bidang penulisan teks ayatnya, ada lagi ruang lingkup yang amat luas. Setidaknya kita mengenal ada ilmu rasm, ilmu khat, dan ilmu khusus tentang mushaf.
Di bidang memahami isi pesan dan kandungannya, induk besarnya adalah ilmu tafsir. Namun di dalam induknya, ada begitu banyak cabang-cabang pembahasannya.
oOo
Setelah mengetahui keberadaan cabang ilmu Al-Quran yang sebegitu luasnya bagai alam semesta tak bertepi, saya jadi heran dengan ungkapan lugu : Kembali kepada Al-Quran.
Bicara Al-Quran itu ibarat alam semesta, luas sekali. Kembali ke Al-Quran itu maksudnya bagaimana? Kan Al-Quran itu luas sekali. Kembali ke bagian mana dari alam semesta?
Tapi saya setuju dengan ungkapan kembali ke Quran, kalau maksudnya adalah mari kita pelajari berbagai cabang ilmu Al-Quran.
Ya, kita harus kembali ke Quran, kita wajib pelajari banyak ilmu Al-Quran.
oOo
Lalu bagaimana agar kita bisa belajar banyak cabang ilmu Al-Quran? Kan susah sekali mencari guru yang jadi pakar di masing-masing cabang ilmu Al-Quran?
Jawabannya sederhana. Kenapa nggak kuliah aja sekalian? Kalau kita ikut perkuliahan, kita tidak usah pusing memikirkan cari guru. Karena gurunya sudah disediakan.
Dan kalau kita kuliah, kita nggak usah repot mikirian cabang ilmu apa yang kita pelajari.
Karena memang sudah ada kurikulum dan silabus. Tugas kita tinggal menikmati saja suguhan berbagai macam ilmu Al-Quran.
Saya sendiri pun melakukan proses kuliah lewat jenjang pasca sarjana, baik Strata 2 (S2) atau pun strata 3 (S3). Dan tempat yang saya pilih adalah di Pascasarjana Iiq Jakarta.
Lama juga saya menimba ilmu di kampus IIQ Jakarta. Terhitung sejak lulus S1 LIPIA tahun 2001.
Alhamdulillah, akhirnya dari sedikit ilmu yang saya pelajari di IIQ, ada sisa-sisa catatan kuliah yang saya susun menjadi 2 jilid buku setebal 1.134 halaman.
Ini linknya kalau mau tahu apa saja isinya :
http://rumahfiqih.com/buku/1/31
Kalau tertarik membelinya, beli ya bukan donlot bajakan pdf-nya, silahkan kontak Ustadz Lukman 085-341-771-661. Nanti beliau bantu pengirimannya.
Sumber FB Ustadz : Ahmad Sarwat
4 Februari 2022 ·