JANGAN HINA MAKAM ULAMA KARENA ZIARAH WALI TRADISI ULAMA SALAF DAN KHOLAF
Bagi kalangan mayoritas umat Islam Indonesia, berziarah ke makam para wali merupakan tradisi yg sangat digemari. Mereka rela meluangkan waktu, mengeluarkan biaya, dan menempuh perjalanan yang jauh guna memanjatkan doa dan mengharap berkah dari para kekasih Allah subhanahu wata’ala tersebut.
Ziarah ke makam ulama dan wali hingga di lokasi yg jauh misal antarkota antarprovinsi, bahkan negara, pernah dilakukan sejumlah ulama klasik.
Hal ini sebagaimana dinukilkan Direktur Aswaja Center Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ( PWNU Jatim ) Jawa Timur, KH Ustadz Ma'ruf Khozin yg juga Ketua Komisi Fatwa MUI JATIM
Imam Ibnu Hibban rahimahullah
Salah satunya adalah yg dilakukan Imam Ibnu Hibban rahimahullah. Ziarah kubur yg dilakukan Ibnu Hibban adalah lintas negara.
Nama lengkapnya, Al-Imam Abu Hatim Muhammad bin Hibban bin Ahmad bin Hibban bin Muadz bin Ma'bad Bin Faisal At-Tamimi Abu Hatim Ad-Darimi Al-Busti Asy-Syafi'i atau Muhammad bin Hibban Al-Busti atau Imam Ibnu Faisal atau masyhur dgn nama Imam Ibnu Hibban rahimahullah (Lahir di Desa Busti, Afganistan, 270 H / 884 M dan wafat di Lashkar Gah, Afghanistan, 354 H / 965 M pada umur 83 tahun).
Beliau pernah menjadi Qadhi di Samarqand, seorang ilmuwan besar muslim keturunan Arab yg bermadzhab Syafi'i, ulama yg fuqaha, ahli hadis, ahli linguistik, ahli geografi, ahli kedokteran, astronom, sejarawan, mutakallim. Beliau merupakan seorang ulama besar hadits, yg penyusun kitab Shahih Ibnu Hibban.
Beliau mempelajari ilmu2 Islam dgn banyak ilmuwan besar terkemuka pada masa itu, seperti : Imam An-Nasa’i An-Naisaburi Al-Makki Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 915 M di Makkah), Imam Abul Abbas Al-Hasan bin Sufyan Bin Amir An-Nasawi rahimahullah (wafat 915 M), Al-Imam Al-Hafidh Syaikhul Islam Abu Al-Ya’la Al-Moshuli rahimahullah (wafat 919 M di Irak), Imam Abu Ali Bin Hazm Al-Husain bin Idris bin Al-Mubarak bin Al-Haitsam Al-Anshari al-Harawi rahimahullah (wafat 913 M), Imam Abu al- Khalifa al-Jamhi, Imam Imran bin Musa ibn Madzhashi‘, Imam Ahmad bin Hasan As-Sufi, Imam Ja’far bin Ahmad Ad-Dimashqi, Imam Abu Bakar bin Khuzaimah Asy-Syafi'i (wafat 923 M di Iran) rahimahumullah dll.
Murid2nya termasuk Abu Abdullah Muhammad bin Ishaq Ibn Mandah atau Imam Ibnu Mandah Al-Hambali Al-Asy'ari rahimahullah (wafat 1005 M di Iran), Imam Abu Abdullah Al-Hakim An-Naisaburi Asy-Syafi'i atau Imam al-Hakim rahimahullah (wafat 1012 M di Iran) dan lainnya.
Karya Imam Ibn Hibban rahimahullah, menulis hampir 60 kitab, tentang berbagai topik keilmuan Islam, tetapi karya agungnya adalah kitab Sahhih Ibnu Hibban.
Beberapa di antaranya adalah daftar di bawah ini.
Kitab al Sahaba
Kitab al Tabi`yyun
Kitab al-Atba` al Tabi`yeen
Kitab Taba al-Atba`
Kitab Taba` al Taba`
Kitab `ala al Awham
Kitab al Rihla
Kitab al Fasl Bayna Akhbarna wa Haddathana
Tarikh al-Thiqat,
Ilal wa Awham al-Mu’arrikhin
Ilal Manaqib al-Zuhri
Ilal Hadith Malik
Ilal ma Asnada Abu Hanifah
Ghara’ib al-Kufiyeen
Ghara’ib ahl al-Basrah
Mawquf ma Rufi`a
Al-Mu`jam` ala al-Mudun
Al-Hidayah ila al-`Ilm al-Sunan
Dan lainnya.
Berikut praktik ziarah kubur yg dijalani ulama ahli hadits, Imam Ibnu Hibban rahimahullah, yg beliau tulis dalam kitabnya Masyahir Ulama Al-Amshar :
ﺃﺑﻮ اﻟﺪﺭﺩاء ﻋﻮﻳﻤﺮ ﺑﻦ ﻋﺎﻣﺮ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ اﻻﻧﺼﺎﺭﻱ ﻣﺎﺕ ﺳﻨﺔ اﺛﻨﺘﻴﻦ ﻭﺛﻼﺛﻴﻦ ﻭﻗﺒﺮﻩ ﺑﺒﺎﺏ اﻟﺼﻐﻴﺮ ﺑﺪﻣﺸﻖ ﻣﺸﻬﻮﺭ ﻳﺰاﺭ ﻗﺪ ﺯﺭﺗﻪ ﻏﻴﺮ ﻣﺮﺓ
“Sahabat Abu Darda' Al-Anshari Radhiyallahu Anhu (580 M, Madinah - 652 M, Damaskus, Suriah). Makamnya terkenal dan diziarahi. Saya selalu menziarahinya lebih dari sekali". (halaman 84) .
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺳﻴﺮﻳﻦ ﻭﻣﺎﺕ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮﺓ ﻓﻲ ﺷﻮاﻝ ﺑﻌﺪ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﻤﺎﺋﺔ ﻳﻮﻡ ﻭﻗﺒﺮﻩ ﺑﺈﺯاء ﻗﺒﺮ اﻟﺤﺴﻦ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮﺓ ﻣﺸﻬﻮﺭ ﻳﺰاﺭ ﻭﻗﺪ ﺯﺭتهما ﻏﻴﺮ ﻣﺮﺓ
“(Ulama Tabi'in Senior) Abubakar Muhammad bin Sirin al-Bashri atau Imam Ibnu Sirrin rahimahullah wafat di Basrah, Iraq (12 Januari 729 M) seratus hari setelah wafatnya Al-Hasan Bashri. Makamnya berdekatan. Saya sudah menziarahi keduanya lebih dari sekali".(halaman 143)
ﻓﻀﻴﻞ ﺑﻦ ﻋﻴﺎﺽ ﻣﻮﻟﺪﻩ ﺑﺴﻤﺮﻗﻨﺪ ... ﻣﺎﺕ ﺑﻬﺎ ﺳﻨﺔ ﺳﺒﻊ ﻭﺛﻤﺎﻧﻴﻦ ﻭﻣﺎﺋﺔ ﻭﻗﺒﺮﻩ ﻣﺸﻬﻮﺭ ﻳﺰاﺭ ﻗﺪ ﺯﺭﺗﻪ ﻣﺮاﺭا
“Fudhail bin Iyadl (Abu Ali Fudail bin Iyadh bin Mas'ud bin Bisyir At-Tamimi Al-Yarbu'i Al-Hurasani rahimahullah) lahir di Samarkand dan wafat tahun 187 H (803 M di Makkah). Makamnya terkenal dan diziarahi. Saya sudah menziarahinya berkali2". (halaman 235)
ﺳﻔﻴﺎﻥ اﻟﺜﻮﺭﻱ ﻣﺎﺕ ﻓﻲ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺳﻨﺔ ﺇﺣﺪﻯ ﻭﺳﺘﻴﻦ ﻭﻣﺎﺋﺔ ﻭﻗﺒﺮﻩ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮﺓ ﻓﻲ ﻣﻘﺒﺮﺓ ﺑﻨﻰ ﻛﻠﻴﺐ ﻗﺪ ﺯﺭﺗﻪ ﻣﺮاﺭا
“Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah (Sufyan bin Sa'id bin Masruq bin Habib bin Rafi' bin Abdillah), wafat tahun 161 H (778 M), makamnya di Bashrah, Iraq. Saya sudah menziarahinya berkali2.” (halaman 268) .
Disebutkan pula, dalam kitab Ats-Tsiqat karangan Imam Ibnu Hibban rahimahullah, ketika mengomentari kubur Al Imam Ali Ar Ridha (Ali bin Musa al-Kadzim bin Ja'far ash-Shadiq) rahimahullah sbg berikut :
وقبره بسنا باذ خارج النوقان مشهور يزار بجنب قبر الرشيد قد زرته مرارا كثيرة وما حلت بي شدة في وقت مقامى بطوس فزرت قبر على بن موسى الرضا صلوات الله على جده وعليه ودعوت الله إزالتها عنى إلا أستجيب لي وزالت عنى تلك الشدة وهذا شيء جربته مرارا فوجدته كذلك أماتنا الله على محبة المصطفى وأهل بيته صلى الله عليه وسلم الله عليه وعليهم أجمعين.
”Saya telah mengunjungi kuburannya berkali2. Bahkan ketika saya mengalami kesulitan di Thus, saya datang ke kuburnya dan saya berdo’a kepada Allah agar dihilangkan kesusahan itu. Maka hilanglah kesulitan2 itu”. (Imam Ibnu Hibban rahimahullah, Kitab Ats-Tsiqat : 8 / 457)
Imam Ibnu Khuzaimah Asy-Syafi'i rahimahullah
Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah bin Shalih bin Bakar An Naisaburi Asy Syafi’i atau Imam Ibnu KHuzaimah rahimahullah (837 - 923 M, Naisabur Iran), penulis Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah yg menyandang gelar Imamul Aimmah (tokoh para Imam) juga dikenal sbg ulama’ yg ahli ziarah kubur.
Al-Hafidh Al-Imam Syaikhul Islam Amirul Mukminin fi Hadits Abul Fadhl Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar Al-Kinani Al-‘Asqalani Al-Mishri Asy-Syafi’i atau Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah (18 Februari 1372 M - 2 Februari 1449 M di Kairo, Mesir) berkata :
“Aku mendengar cerita dari Abu Bakar Muhammad Ibn Muammal Ibn Hasan Ibn Isa (rahimahullah) bahwa ia pernah keluar dalam sebuah rombongan Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah bersama rekannya Muhammad bin Abdul Wahhab al-Tsaqafi atau Imam Abu Ali al-Tsaqafi rahimahullah (wafat 939 M di Iran) dan beberapa orang guru kami. Saat itu Ibnu Khuzaimah memimpin rombongan untuk melakukan ziarah ke makam Ali Ibn Musa al-Ridha rahimahullah di Thus Iran. Aku memperhatikan betapa khidmad dan ta’dhimnya Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah terhadap makam Ali Ibn Musa al-Ridha rahimahullah. Kekhusyu’annya luar biasa, hingga hal itu membuatku terheran2”. (Kitab Tahdzib al-Tahdzib, 11 / 261).
Disebutkan dalam kitab Tahdzibu At Tahdzib karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah, ketika menulis sejarah Imam Ali bin Musa Ar Ridha rahimahullah disebutkan :
قبر الإمام علي بن موسى الرضا زاره جماعة من علماء ومشايخ السنة وعلى رأسهم الحفظ الكبير إمام أهل الحديث في وقته محمد بن إسحاق بن خزيمة ، قال الحاكم في تاريخ نيسابور :
Kubur Imam Ali bin Musa Ar Ridha rahimahullah, telah diziarahi oleh banyak Ulama’ dan Masyayikh As sunnah, diantaranya adalah Imam besar Ahli Hadits (yg benar2 Ahli dalam bidang Hadits) Ibnu Khuzaimah rahimahullah". (Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, kitab Tahdzibu At Tahdzib: 7/339)
Imam Ibnul Fauzi Al-Hambali rahimahullah
Selanjutnya, ada contoh beberapa ulama yg berziarah ke makam ulama lainnya, salah satunya Al-Imam Al-Hafidh Asy-Syaikh Jamaluddin Abdurrahman Abu al-Faraj bin Ali bin Muhammad al-Jauzi Al-Qurasyi Al-Baghdadi Al-Hambali atau Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah (wafat 16 Juni 1201 M di Bagdad, Irak) yg berziarah ke makam Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (wafat 2 Agustus 855 M) di Baghdad, Irak.
Imam Ibnu al-Jauzi rahimahullah dikatakan juga menganjurkan untuk menziarahinya jika dalam waktu tertentu. Hal itu ia tuliskan dalam Kitab Shaidu al-Khatir, yg berbunyi : "Dan sebaiknya seorang itu membiasakan diri menyendiri (khalwat), sering membaca teladan para ulama salaf. Sebaiknya seorang juga membiasakan diri untuk ziarah ke kuburan orang2 saleh dan berkhalwat di sana."
Imam Ibnu Al-Jauzi rahimahullah, salah seorang ulama Ahlussunnah terkemuka yg bermadzhab Hanbali, hidup jauh sebelum Syaikh Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam kitabnya "Sifat as-Shofwah jilid 2" halaman 324, menganjurkan ziarah ke makam orang2 saleh dan Tawassul. Di halaman itu ditulis yg artinya sbg berikut : "Dia (Ma’ruf bin Faizan Abu Mahfudz al-Ibid bin Firus al-Karkhi atau Imam Ma'ruf al Karkhi rahimahullah wafat 815 M) adalah obat yg mujarab, karenanya siapa yg memiliki kebutuhan, maka datanglah ke makamnya dan berdoalah (meminta kepada Allah) di sana; maka keinginannya akan terkabulkan, Insya Allah.
Makam Imam Ma'ruf al-Karkhi rahimahullah sangat terkenal di Baghdad, yaitu tempat untuk mencari berkah wali. Imam Ibrahim bin Ishaq Al- Harbi rahimahullah (wafat 898 M di Baghdad) berkata : "Makam Imam Ma’ruf al Karkhi adalah obat yg mujarab."
Imam Al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah
Disebutkan dalam kitab Tarikh Baghdad Karya Al-Imam Al-Hafizh Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit bin Ahmad bin Mahdi Asy-Syafi'i Al-Asy'ari, yg lebih dikenal dgn Imam Al-Khathib Al-Baghdadi rahimahullah (10 Mei 1002 M - 5 September 1071 M di Bagdad, Irak), sbg berikut :
قبر سلمان الفارسي، قال الخطيب في ترجمته: وحضر فتح المدائن ونزلها حتى مات بها، وقبره الآن ظاهر معروف بقرب إيوان كسرى، عليه بناء، وهناك خادم مقيم لحفظ الموضع وعمارته، والنظر في أمر مصالحه، وقد رأيت الموضع، وزرته غير مرة.
”Al Khatib Al-Baghdadi rahimahullah ketika menulis tentang Kubur Abu Abdullah Salman Al-Farisi Radhiyallahu Anhu (wafat 656 M) berkata : Dia (Salman Al Farisi) ikut dalam Peristiwa Fath Al-Madain sehingga meninggal disana. Kuburannya sekarang masih ada di dekat Iwan Kisra. Saya telah melihatnya dan mengunjunginya beberapa kali”. (Imam Al-Khathib Al-Baghdadi, kitab Tarikh Baghdad : 1/163).
Ibnu Qadhi Syuhbah rahimahullah
Disebutkan dalam kitab Thabaqat As Syafiiyyah karya Al-Allamah Al-Faqih Al-Muarrikh Imam Ibnu Qadhi Syuhbah Asy-Syafi'i atau Imam Ibnu Qadhi Syuhbah rahimahullah (wafat 1447 M) sbg berikut :
قال أبو بكر أحمد بن محمد المعروف بابن قاضي شهبة الدمشقي الشافعي في ترجمة أحمد بن علي الهمداني : والدعاء عند قبره مستجاب . طبقات الشافعية لابن قاضي شهبة ج1 ص 158 رقم 14 ط. دار الندوة الجديدة / بيروت سنة 1407هـ – 1987م .
Abu Bakar bin Muhammad ketika menuliskan biografi Ahmad bin Ali Al Hamdani rahimahullah berkata : Berdo’a di kuburnya termasuk mustajab. (Syaikhul Islam Imam Tajuddin As-Subki Asy-Syafi'i, kitab Thabaqat Asy-Syafi’iyyah).
Sebaimana disebutkan dalam kitab Siyaru A’lami An-Nubala’ karya Al-Imam al-Hafidh Al-Muarrikh Islam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz bin Abdullah At-Turkmani Al-Fariqi Asy-Syafi’i Ad-Dimasyqi atau Imam Ad-Dzahabi rahimahullah sbg berikut :
والدعاء عند قبره مستجاب. سير أعلام النبلاء ج17 ص 76 ط. مؤسسة الرسالة / بيروت
"Do’a di kuburnya termasuk mustajab." (Imam Ad-Dzahabi, Siyaru a’lami An Nubala’: 17/76)
Said Al-Jamidi rahimahullah
Disebutkan juga dalam kitab Takmilatul Ikmal karya Al-Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Abdul Ghani Al Baghdadi rahimahullah dalam menyebutkan biografi Sa’id bin Abi Sa’id Al Jamidi rahimahullah sbg berikut :
وكان شيخاً صالحاً وأبوه، يتبرك بقبره، مشهور بالزهد. تكملة الإكمال ج2 ص 331 ط. جامعة أم القرى / مكة المكرمة سنة 1410 هـ
Sa’id bin Abi Sa’id dan bapaknya adalah seorang Syeikh yg shalih. Ditabarruki kuburnya, terkenal akan kezuhudannya. (Al-Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Abdul Ghani al Baghdadi, kitabTakmilatul Ikmal : 2/331)
Abul Hasan al-Baghdadi rahimahullah
Sebagaimana keterangan Imam Abu Ya'la Muhammad bin Al-Husain Bin Al-Farra atau Imam Abu Ya’la Al-Hanbali rahimahullah (wafat 15 Agustus 1066 M di Bagdad, Irak), dalam kitabnya Thabaqat Al-Hanabilah ketika menuliskan biografi Imam Abu al Hasan bin Ali bin Muhammad Al-Baghdadi rahimahullah :
ومات بآمد سنة سبع أو ثمان وستين وأربعمائة، وقبره هناك يقصد ويتبرك به. طبقات الحنابلة ج2 ص 234 رقم 670 ط. دار المعرفة / بيروت.
“Dia meninggal tahun 467 H / 2074 M atau 468 H / 1075 M), kuburnya banyak didatangi dan ditabarruki”.
Imam Asy-Syafi'i rahimahullah
Di dalam kitab Tarikh Baghdad karya Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali Al-Khatib al-Baghdadi rahimahullah, jilid 1 halaman 123, cetakan "Dar El-Fikr", Beirut-Lebanon, disebutkan bahwa Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi atau Imam Asy-Syafi'i rahimahullah (wafat 20 Januari 820 M, Fustat, Mesir), pernah berdoa dan ber-tabarruk di makam Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi rahimahullah.
Berikut bunyinya : "Telah memberitahukan kepadaku Al-Qadhi Abu Abdillah Al-Husaini bin Ali bin Muhammad As-Shaimiri rahimahullah sambil berkata, telah menceritakan kepadaku Umar bin Ibrahim al-Muqri rahimahullah sambil berkata, telah menceritakan kepadaku Mukram bin Ahmad rahimahullah sambil berkata, telah menceritakan kepadaku Umar bin Ishaq bin Ibrahim rahimahullah sambil berkata, telah menceritakan kepadaku Ali bin Maimun rahimahullah sambil berkata, "Aku telah mendengar Imam Syafi'i rahimahullah berkata : Sesungguhnya aku bertabarruk (mengambil berkah) dengan Imam Abu Hanifah rahimahullah dan aku mendatangi makamnya setiap hari, yakni berziarah. Apabila aku mempunyai hajat (kebutuhan), maka aku melakukan shalat dua rakaat dan aku mendatangi makam beliau untuk bertabarruk sambil memohon kepada Allah ta'ala akan hajatku di sisi makam beliau. Maka tidak jauh dariku (tidak lama kemudian) terkecuali hajatku dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala."
Dalam banyak literatur, semisal kitab At-Tibyan Fin Nahyi An-Muqothoatil Arham Wal Aqorib Wal Ikhwan karya Hadharatus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari (14 Februari 1871 M - 25 Juli 1947 M Kabupaten Jombang), termaktub juga kisah ziarah Imam Asy-Syafi'i rahimahullah ke makam Imam Abu Hanifah rahimahullah (5 September 699 M, Kufah, Irak - 14 Juni 767 M, Bagdad, Irak).
Perjalanan ziarah yg penuh suri teladan. Menggoreskan spirit pelajaran yg sangat berarti. Makam Imam Abu Hanifah rahimahullah, selaku pendiri madzhab Hanafiyah, berada di samping Masjid Abu Hanifah di kota Baghdad Iraq. Sedangkan Imam Asy-Syafi'i rahimahullah, di sisa usianya, menetap di Kairo Mesir. Dalam kitab Tarikh Baghdad, Imam Khatib al-Baghdadi (rahimahullah mencatat, dua kali Imam Asy-Syafi’i mengunjungi Baghdad.
Setidaknya ada 3 hal yg Imam Asy-Syafi'i rahimahullah lakukan, saat ziarah ke makam Imam Abu Hanifah rahimahullah :
1. Menginap selama 7 hari di makam Imam Abu Hanifah.
Tidak tanggung2, ziarah tidak hanya cukup satu dua jam saja, tetapi berhari2. Bagi Imam Asy-Syafi'i, Imam Abu Hanifah adalah tokoh penting dalam perkembangan ilmu keislaman. Corak penggunaan rasio dalam memahami al-Qur’an dan hadits ala Imam Abu Hanifah, sedikit banyak mempengaruhi ijtihad Imam Asy-Syafi'i. Melengkapi corak ijtihad ahli hadits yg diserap Imam Asy-Syafi'i dari Imam Malik rahimahullah (wafat 795 M, Jannatul Baqi'Madinah). Karena itu, meskipun tidak sempat bertemu langsung, Imam Asy-Syafi'i sangat menaruh rasa hormat kepada Imam Abu Hanifah. Ziarah adalah salah satu bentuknya.
2. Membaca al-Quran
Hal kedua yg Imam Asy-Syafi'i lakukan adalah membaca al-Qur’an. Setiap kali khatam, Imam Asy-Syafi'i berdoa dan menghadiahkan pahala bacaannya kepada Imam Abu Hanifah. Membaca al-Qur’an adalah salah satu aktivitas yg banyak Imam Asy-Syafi'i lakukan selama 7 hari di makam Imam Abu Hanifah. Di samping mengimami sholat jamaah dan mengadakan majlis ilmu di tempat yg sama. Di saat itu, masih banyak murid2 Imam Abu Hanifah. Mereka tidak segan berdiskusi dan bertukar pendapat dgn Imam Asy-Syafi'i. Membandingkan metodologi ijtihad Imam Malik dan Imam Abu Hanifah.
3. Imam Syafii meninggalkan Qunut
Ketiga, satu hal yang menjadi pelajaran dari ziarahnya Imam Asy-Syafi'i di atas adalah setiap sholat Shubuh di Masjid Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi’i tidak membaca doa Qunut. Karena penasaran, sebagian murid Imam Asy-Syafi’i yg menyertainya bertanya. Mengapa selama 7 hari terakhir, Imam Asy-Syafi’i meninggalkan bacaan Qunut. Padahal Imam al-Syafi’i berpendapat bahwa membaca Qunut adalah sunnah. Mendengar pertanyaan ini, dgn bijak Imam Asy-Syafi’i menjawab; “Sungguh, Imam Abu Hanifah tidak berpendapat kesunahan Qunut di setiap sholat Shubuh. Karena itu, aku tidak membacanya sbg bentuk tata krama dan hormat kepada beliau.”
Jika ulama dahulu sudah mencontohkan pentingnya saling hormat dan menghargai perbedaan pendapat sedemikian hingga, lantas bagaimana dengan kita saat ini? Sudahkah?
Dan ternyata, salah satu kebiasaan ulama besar salaf dan kholaf adalah berziarah dan bertabarruk ke makam para ulama. Karena sering dikunjungi, maka makam2 tsb pasti terjaga dan dipelihara.
Pendapat 4 Madzhab Tentang Ziarah Wali
Bagaimana pendapat para ulama tentang hukum ziarah wali ? Melansir dari laman https://islam.nu.or.id Para ulama berbeda pendapat terkait hukum permasalahan ini.
PERTAMA, ulama Madzhab Syafi’i dan Madzhab Hanbali menyatakan, ziarah wali hukumnya SUNNAH, baik bagi laki2 maupun perempuan. Salah seorang ulama bermazhab Syafi’i, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Asy-Syarbini al-Khatib atau Syaikh Khatib As-Syarbini rahimahullah (wafat 1570 M / 977 H) menyebutkan :
يُنْدَبُ لَهُنَّ زِيَارَةُ قَبْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّهَا مِنْ أَعْظَمِ الْقُرُبَاتِ، وَيَنْبَغِي أَنْ يُلْحَقَ بِذَلِكَ بَقِيَّةُ الْأَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِينَ.
Disunnahkan bagi perempuan menziarahi makam Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam, karena hal itu merupakan sarana terbesar untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan sepatutnya, makam2 para nabi dan orang2 shaleh disamakan dgn makam Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam”. (Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al-Khatib Assyarbini, Kitab Al-Iqna’ fi Halli Alfadzi Abi Syuja’, halaman 423).
Senada dgn Imam Khatib Asy-Syarbini, Syaikhul Islam Zakaria bin Muhammad bin Ahmad bin Zakaria Al-Anshari As-Sunaiki Asy-Syafi'i atau Imam Zakaria Al-Anshari rahimahullah (1420 M - 1520 M, di Kairo, Mesir) menuturkan :
(إلَّا قَبْرَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) فَلَا تُكْرَهُ لَهَا زِيَارَتُهُ، بَلْ تُنْدَبُ. وَيَنْبَغِي - كَمَا قَالَ ابْنُ الرِّفْعَةِ وَالْقَمُولِيُّ - أَنْ تَكُونَ قُبُورُ سَائِرِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ كَذَلِكَ
“… Kecuali makam Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wasallam. Maka tidak dimakruhkan bagi perempuan menziarahinya, bahkan disunnahkan. Dan sebaiknya, sebagaimana diutarakan oleh Ibnu Ar-Rif’ah Asy-Syafi'i (Al-Faqih Ali bin Ahmad bin Abdul Muhsin Ibnu ar-Rif'ah wafat 1310 M) rahimahullah dan Imam Al-Qamuli (Ahmad bin Muhammad bin Abi al-Haram al-Qarsy Al-Makhzumi Najmuddin Al-Qamuli Asy-Syafi'i wafat 727 H / 1327 M di Kairo Mesir) rahimahullah, makam2 para nabi dan para wali disamakan dgn makam Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wasallam”. (Zakaria bin Muhammad Al-Anshari, Asnal Mathalib Fi Syarhi Raudhit Thalib, juz 1, h. 331).
Sedangkan seorang ulama bermazhab Hanbali, Syekh Ar-Rahyabani menjelaskan:
(إلَّا لِقَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَبْرَيْ صَاحِبَيْهِ) أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، (فَتُسَنُّ) زِيَارَتُهُمَا لِلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ (وَكَذَا) تُسَنُّ لِلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ زِيَارَةُ (قَبْرِ نَبِيٍّ غَيْرِهِ)
“…Kecuali ke makam Nabi shallallahu a’laihi wasallam dan makam kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma. Maka disunnahkan menziarahi keduanya bagi laki2 dan perempuan. Begitu pula disunnahkan bagi laki2 dan perempuan menziarahi makam nabi lain” (Syaikh Musthafa bin Sa'ad bin Abdah ar-Rahibani rahimahullah, kitab Mathalibu Ulinnuha fi Syarhi Ghayatil Muntaha, juz 1, halaman 932).
Senada dengan Imam Ar-Rahyabani, Syaikh Al-Bahuti Al-Hambali rahimahullah menjelaskan :
(وَتُكْرَهُ) زِيَارَةُ الْقُبُورِ (لِلنِّسَاءِ) (غَيْرَ قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَبْرِ صَاحِبَيْهِ) أَبِي بَكْر وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا (فَيُسَنُّ) زِيَارَتُهَا لِلرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ.
“Dan ziarah kubur dimakruhkan bagi perempuan, kecuali makam Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wasallam dan makam kedua sahabatnya, yaitu Abu Bakar dan Umar bin Khattab radhiyallahu anhuma, maka menziarahinya disunnahkan bagi laki2 dan perempuan” (Syaikh Mansur al-Bahuti, kitab Kasysyaful Qina’ an Matnil Iqna’, juz 4, halaman 437).
KEDUA, Ulama Mazhab Hanafi dan Ulama Mazhab Maliki menegaskan, hukum ziarah wali adalah MUBAH. Abu Muhammad Mahmud ibn Ahmad ibn Musa Badruddin Al-'Aini Al-Hanafi atau Imam Badruddin Al-Aini rahimahullah (30 Juli 1361 M, Gaziantep, Turki - 28 Desember 1451 M, Kairo, Mesir) dari mazhab Hanafi memberikan contoh ibadah2 yg pahalanya dapat dihadiahkan kepada orang yg sudah mati :
كَالْحَجِّ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالْأَذْكَارِ، وَزِيَارَةِ قُبُوْرِ الْأَنْبِيَاءِ وَالشُّهَدَاءِ وَالْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ
“Seperti berhaji, membaca Al-Qur’an, berdzikir, menziarahi makam2 para nabi, syuhada’, para wali, dan orang2 shaleh” (Imam Mahmud bin Ahmad Al-Aini, Kitab Al-Binayah fi Syarhil Hidayah, juz 4, halaman 422).
Sedangkan Syekh Ibnu Abidin menyebutkan :
وَالتَّبَرُّكُ بِزِيَارَةِ قُبُورِ الصَّالِحِينَ فَلَا بَأْسَ إذَا كُنَّ عَجَائِزَ
“Memohon berkah dgn menziarahi makam orang2 shaleh hukumnya tidak apa2, jika para peziarah (perempuan) tsb sudah tua”. (Muhammad Amin Ibnu Abidin, kitab Raddul Muhtar Alad Durril Mukhtar, juz 3, halaman 151).
Tidak jauh dari kedua ulama Madzhab Hanafi di atas, salah satu ulama Mazhab Maliki, Syaikh Mohammed Bin Muhammad ibn Muhammad Abu Abdallah Ibn Al-Hajj Al-Abdari Al-Maliki Al-Fassi atau Syaikh Ibnul Hajj Al-Maliki rahimahullah (wafat 1336 M di Mesir) menerangkan :
إنَّ زِيَارَةَ قُبُورِ الصَّالِحِينَ مَحْبُوبَةٌ لِأَجْلِ التَّبَرُّكِ مَعَ الِاعْتِبَارِ، فَإِنَّ بَرَكَةَ الصَّالِحِينَ جَارِيَةٌ بَعْدَ مَمَاتِهِمْ كَمَا كَانَتْ فِي حَيَاتِهِمْ
"Sesungguhnya menziarahi makam orang2 shaleh dianjurkan, guna memperoleh keberkahan dan pelajaran. Sebab, berkah orang2 shaleh senantiasa masih mengalir setelah mereka wafat, sebagaimana ketika mereka masih hidup”. (Imam Ibnul Hajj Al-Maliki, kitab Al-Madkhal, juz 1, halaman 255).
Syaikh Abu Muhammad Abdullah Ibnu Abi Zaid Abdurrahman Al-Qairawani Al-Asy'ari atau Syaikh Al-Qairuwani atau Imam Ibnu Zaid al-Maliki rahimahullah (wafat 996 M di pemakaman Quraisy, Kairoaun) juga menuliskan :
وَتُؤْتَى قُبُوْرُ الشُّهَدَاءِ بِأُحُدٍ، وَيُسَلَّمُ عَلَيْهِمْ، وَيُؤْتَى قَبْرُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيُسَلَّمُ عَلَيْهِ، وَعَلَى ضَجِيْعَيْهِ
“Dan makam2 Syuhada’ perang Uhud dikunjungi, lalu diucapkan salam atas mereka. Dan makam Nabi Muhammad shallallahu a’laihi wasallam dikunjungi, lalu diucapkan salam atasnya, dan kedua sahabat yang menyertainya” (Abu Zaid Al-Qairuwani, kitab an-Nawadir wa Azziyadat, juz 1, halaman 656).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ulama berbeda pendapat tentang hukum berziarah ke makam para wali, baik bagi laki2 maupun perempuan. Ulama mazhab Syafi’i dan mazhab Hanbali menghukuminya SUNNAH, sedangkan ulama mazhab Hanafi dan Maliki menghukuminya MUBAH. Artinya, para ulama tsb sepakat akan kebolehan ziarah wali, baik dgn status SUNNAH ataupun MUBAH.
Adapun pengkhusus kata “perempuan” dalam redaksi teks2 di atas mengandung makna bahwa perempuan saja disunnahkan atau dibolehkan menziarahi makam wali, apalagi laki2.
Jika mau belajar sejarah yg luas dari biografi para ulama pasti akan menemukan riwayat2 sahih bahwa mereka juga suka ziarah wali pada zamannya. Ngakunya ikut manhaj salaf tetapi tidak sesuai dgn perilaku, akhlak dan kebiasaan baik ulama salaf. Apalagi, mengatakan bahwa makam para wali adalah "TAIN ACONG (tahi anjing). Sungguh sangat kurang ajar dan tidak memiliki adab kebiasaan mayoritas kaum muslimin di Indonesia yg suka berziarah wali sebagaimana para ulama salaf dan kholaf dalam riwayat2 diatas.
Written by from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim JAMA'AH SARINYALA Kabupaten Gresik
WEBSITE
https://www.sarinyala.id/
Facebook Jama'ah Sarinyala https://www.facebook.com/groups/1811379799080690/?ref=share
https://www.facebook.com/sarinyala.id/
MAJELIS NGAJI SARINYALA https://youtube.com/c/MAJELISNGAJISARINYALA
Twitter @hazanafa
Instagram : ahmadzainialawi
MAJELIS NGAJI SARINYALA https://youtube.com/c/MAJELISNGAJISARINYALA
#ziarahwali #sarkubnu #sarkubnusantara #ziarahulama #santrinusantara #tahlilan #tawassul #berkah #ziarahkubur #biografiulama #pwnujatim #pcnugresik #mytripmyziarah #nahdlatululama #manaqib #haul #ulamanusantara #sarinyala #jamaahsarinyala #nu #ldpbnu #banser #ansor
baca juga kajian tentang ulama berikut :
- Ulama Kelas Papan Atas
- Perjuangan Syafi’i Kecil Saat Belajar
- Kedermawanan Imam Syafi’i
- Ulama Yang Super Dermawan
- Perbedaan Pengambilan Dalil Di Internal Ulama Salafi
Sumber FB : Sarinyala.id sedang di Ziarah Sarinyala.
6 Januari 2022 · Gresik, Jawa Timur ·