Sajen Senilai Lalat

Sajen Senilai Lalat - Kajian Islam Tarakan

SAJEN SENILAI LALAT

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq 

ﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ , ﻭَﺩَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ : ﻭَﻛَﻴْﻒَ ﺫَﻟِﻚَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺮَّ ﺭَﺟُﻼَﻥِ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﻡٍ ﻟَﻬُﻢْ ﺻَﻨَﻢٌ ﻻَ ﻳَﺠُﻮْﺯُﻩُ ﺃَﺣَﺪٌ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻘَﺮِّﺏَ ﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺌًﺎ، ﻓَﻘَﺎﻟُﻮْﺍ ﻷَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻗَﺎﻝَ : ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﺷَﻲْﺀٌ ﺃُﻗَﺮِّﺏُ، ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟَﻪُ : ﻗَﺮِّﺏْ ﻭَﻟَﻮْ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ، ﻓَﻘَﺮَّﺏَ ﺫُﺑَﺎﺑًﺎ ﻓَﺨَﻠُّﻮْﺍ ﺳَﺒِﻴْﻠَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ، ﻭَﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﻟِﻶﺧَﺮِ : ﻗَﺮِّﺏْ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖُ ﻷُﻗَﺮِّﺏَ ﻷﺣَﺪٍ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﺩُﻭْﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﻀَﺮَﺑُﻮْﺍ ﻋُﻨُﻘَﻪُ ﻓَﺪَﺧَﻞَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ

“Kelak ada yang masuk surga karena seekor lalat dan masuk neraka juga karena seekor lalat.”

Para sahabat bertanya: “Bagaimana itu bisa terjadi ya Rasulullah ?"

Beliau menjawab: “Ada dua orang berjalan melewati sebuah kaum yang memiliki berhala, yang mana tidak boleh seorangpun melewatinya kecuali dengan mempersembahkan sesuatu untuknya terlebih dahulu.

Maka mereka berkata kepada salah satu di antara kedua orang tadi: “Persembahkanlah sesuatu untuknya !” Ia menjawab: “Saya tidak mempunyai apapun untuk dipersembahkan”.

Mereka berkata lagi: “Persembahkan untuknya walaupun seekor lalat !” Maka iapun mempersembahkan untuknya seekor lalat, maka mereka membiarkan ia untuk meneruskan perjalanannya, dan iapun masuk ke dalam neraka.

Kemudian mereka berkata lagi kepada seseorang yang lain: “Persembahkalah untuknya sesuatu." Ia menjawab: “Aku tidak akan mempersembahkan sesuatupun untuk selain Allah, maka merekapun memenggal lehernya, dan akhirnya dia masuk ke dalam surga”. (HR. Ahmad)

1️⃣. Untuk jatuh kepada kesyirikan tidak harus memberi sajen senilai seekor sapi. Cukip dengan sepeser harta hanya senilai lalat, bisa menjatuhkan seseorang kepada dosa syirik.

2️⃣. Hukum itu ada pada esensi, bukan namanya. Ada perbedaan mendasar antara sedekah kepada sesama manusia, hewan atau bahkan tumbuhan dengan sesajen kepada manusia, jin dan berhala meski diistilahkan dengan istilah yang sama, sedekah laut, sedekah bumi, dll.

Maka menuduh kepada pihak yang mengingatkan bahaya syirik sajen kepada jin dan berhala berarti sama dengan mensyirikan sedekah dan dianggap cacat logika, justru sebaliknya. Si penuduh yang logikanya samsung, eh sungsang.

Menyamakan semua hal hanya karena ada persamaannya, level cacat logikanya separah dengan menganggap beda sesuatu hanya karena ada perbedaannya.

Menganggap kambing sama dengan anjing karena sama-sama berkaki empat, itu sama o'onnya dengan membedakan babi dengan khinzir karena beda namanya.

3️⃣. Hadits diatas jelas menegaskan, tidak serta merta perbuatan dosa bisa dicuci bersih hanya ketika istilahnya diubah menjadi lebih islami seperti sedekah, qurban, infak dll. 

Meski disebut "Sedekah", "qurban", "sajian" tapi menyimpang dari syariat, maka hukumnya tidak akan berubah.

4️⃣. Kewajiban bagi setiap da'i untuk jujur dalam menyampaikan Agama Allah. Katakan yang salah itu salah, yang benar itu benar. Meski kebenaran itu datang dari pihak yang tidak kita sukai.

Jangan setiap rambu yang mengingatkan bahaya syirik, selalu kita identikkan dengan wahabi. Sehingga ketidak sukaan kita kepada Wahabi yang tasyaddud (keras), justru menjatuhkan kita kepada sikap tasahhul (menggampang-gampangkan), untuk urusan aqidah dan masalah pokok lainnya.

Kita memang nggak suka kepada pihak yang mudah mensyirikkan, tapi bukan berarti kesyirikan yang sudah pasti kita bela juga.

Kita juga sangat anti ke kelompok yang sedikit-sedikit membid'ahkan, tapi bukan berarti kebid'ahan yang terang benderang justru kita bentengi.

"Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa." (QS. Al Maidah : 8)

Wallahu a'lam.

©AST

═══ ❁✿❁ ═══

🔅Dapatkan tulisan lainnya di ⤵️https://t.me/subulana

Sumber FB Ustadz : Ahmad Syahrin Thoriq

13 Desember 2022  · 

©Terima kasih telah membaca kajian ulama ahlussunnah dengan judul "Sajen Senilai Lalat - Kajian Ulama". Semoga Allah senantiasa memberikan Ilmu, Taufiq dan Hidayah-Nya untuk kita semua. aamiin. by Kajian Ulama Aswaja ®