PERAN HADIS
Al-Qur'an biasanya menggunakan redaksi yang global sehingga memungkinkan untuk ditarik ke sana kemari. Al-Qur'an menyebut fenomena ini sebagai tindakan orang yang hatinya menyimpang untuk mengikuti yang tasyabuh (samar-samar) guna menimbulkan kekacauan penafsiran (fitnah), lihat Ali Imran: 7.
Namun, penghalang paling besar bagi pikiran yang nyeleneh tersebut adalah Hadis. Teks yang global dan masih samar dalam al-Qur'an hampir semuanya dijelaskan dalam hadis. Hal ini sesuai dengan titah Allah sendiri dalam al-Qur'an yang memberi tugas pada Nabi Muhammad untuk menjelaskannya.
وَمَاۤ أَنزَلۡنَا عَلَیۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ إِلَّا لِتُبَیِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِی ٱخۡتَلَفُوا۟ فِیهِ وَهُدࣰى وَرَحۡمَةࣰ لِّقَوۡمࣲ یُؤۡمِنُونَ
"Dan Kami tidak menurunkan Kitab (Al-Qur`ān) ini kepadamu (Muhammad), melainkan AGAR ENGKAU DAPAT MENJELASKAN KEPADA MEREKA APA YANG MEREKA PERSELISIHKAN ITU, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." [Surat An-Nahl 64]
Sebab itu, nyaris seluruh pemikiran nyeleneh akan menentang otoritas hadis atau menyebarkan keraguan akan validitasnya secara mutlak agar pemikiran nyelenehnya didengar orang. Tentu hanya muslim yang akalnya eror yang lebih memilih keterangan orang lain atau pikirannya sendiri daripada penjelasan Nabi Muhammad yang sampai pada kita dari rantai transmisi terpercaya.
Poin yang paling krusial yang dilupakan oleh orang yang menerima al-Qur'an tetapi menolak hadis adalah bahwa seluruh isi al-Qur'an adalah Hadis mutawatir. Ya, firman Allah seluruhnya yang tercatat dalam mushaf adalah juga hadis karena diucapkan oleh Nabi Muhammad tetapi lafadz dan maknanya dinisbatkan pada Allah dengan jalur yang mutawatir (disampaikan olah banyak sekali perawi sehingga tidak diragukan validitasnya). Kriteria super inilah yang membedakan antara al-Qur'an dengan hadis yang lain, namun tak bisa disangkal bahwa seluruh yang diucapkan oleh Nabi adalah Hadis juga. Menyebut hadis sebagai tutur tinular, sama juga akhirnya dengan mengkritik al-Qur'an itu sendiri. Mengkritik hadis dan al-Qur'an sekaligus, sama artinya dengan membuat agama sendiri.
Semoga bermanfaat.
Sumber FB Ustadz : Abdul Wahab Ahmad
11 November 2021·